Usinara

Penulis

Senin, 4 Januari 2010 00:00 WIB

ALKISAH, seekor burung deruk yang luka terbang, panik, ketakutan, dan putus asa. Di belakangnya seekor lang memburu. Terdesak, deruk itu pun menerobos masuk lewat sebuah tingkap, dan terjatuh di sebuah bilik yang lengang.

Di ruang puri itu, Raja Usinara sedang duduk, membaca, hanya ditemani dua orang abdi.

Burung malang yang terlontar di kaki baginda itu berkata, "Tolonglah saya!" Suaranya lamat-lamat.

Usinara melihat tubuh unggas itu berdarah. Burung itu pun diangkatnya, dan disuruhnya salah satu abdi membawa air dan obat. Ketika ia bersihkan luka itu dengan hati-hati, tiba-tiba terdengar suara yang membentak, berat dan gelap, dari arah jendela: "Kembalikan ia kepadaku!"

Di bendul jendela itu dilihatnya seekor lang besar dengan pandang yang liar. "Deruk itu milikku!" lang itu berkata. "Aku telah berhasil menggigitnya: itulah tanda ia mangsaku. Hukum perburuan menentukan demikian. Berikan kembali ia kepadaku. Lihat, aku gemetar. Aku lapar. Sudah sepekan aku tak memangsa apa-apa."

Advertising
Advertising

Untuk beberapa saat Usinara yang terkejut itu kehilangan kata-kata. Tapi akhirnya raja yang lembut hati ituyang juga melihat bagaimana lang itu memang gemetar karena laparmenawarkan sebuah jalan lain: ia akan memberikan daging apa saja yang diminta burung buas itu asal deruk itu dibebaskan.

"Kau bilang daging apa saja?"

"Ya, apa saja yang kau minta."

Tak terduga-duga, lang itu berkata, "Kau gantikan daging deruk itu dengan dagingmu sendiri."

Usinara terhenyak. Ia sadar ia terjebak janji yang sulit. Tapi ia tak hendak ingkar. "Berapa banyak?" tanyanya.

"Seberat tubuh deruk itu saja," jawab si lang.

Maka dacin pun disiapkan dan belati yang tajam dihunus. Burung kecil itu pun ditimbang, juga kemudian daging dari tubuh Usinara yang dikerat. Dalam jumlah kati yang sama daging segar itu disajikan ke depan si lang, yang memakannya dengan lahap.

Tapi begitu serpihan daging terakhir lenyap di paruhnya yang menakutkan, burung buas itu berkata, "Aku masih lapar." Dan ia menuduh Usinara ingkar janji. "Kau berdusta. Daging yang kau berikan pasti masih kurang dibanding dengan berat badan deruk mangsaku. Ia harus ditimbang lagi!"

Mendengar itu, Usinara pun menyuruh tubuh deruk itu diletakkan di dacin kembali. Ternyata benar: badan unggas itu jauh lebih berat dari semula. Bahkan hampir seberat tubuh sang raja.

Meski terkejut dan pucat, Usinara mengambil belati dan merenggutkan jangatnya sendiri, sepotong demi sepotong. Darah membasah di ruang itu. Tampak baginda menahan sakit, tubuhnya kian lama kian lemah, dan akhirnya rubuh.

Dalam kisah yang terselip di antara ribuan seloka Mahabharata ini (yang saya ceritakan kembali dengan variasi saya sendiri), Usinara tidak mati. Lang pemangsa dan mangsanya yang luka itu sebenarnya dewa-dewa; mereka datang untuk menguji amal sang raja.

Tapi bagi saya, kehadiran para dewa justru tak penting dalam kisah ini. Yang membuat kita terpukau ialah bahwa Usinara tak tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya. Ia masuk ke dalam situasi itu begitu saja semata-mata untuk menyelamatkan seekor burung yang tak berdaya. Kisah Usinara adalah kisah pengorbanan diri yang radikal.

Dalam Mahabharata, tokoh Bhisma juga sebuah tauladan pengorbanan: putra mahkota itu berjanji tak akan naik takhta, juga tak akan kawin dan punya anak, demi kebahagiaan ayahnya. Tapi Bhisma telah meniadakan masa depannya untuk seorang yang sedarah. Usinara sebaliknya: ia berikan raga dan nyawanya untuk keselamatan makhluk lain yang tak ia kenal. Ia melakukan yang tak berhingga. Ia kerelaan tak berbatas.

Maka kita terpanajuga karena yang dilakukan Usinara sesuatu yang sama sekali baru. Keputusannya tak dianjurkan adat dan tak diatur hukum. Justru ia melampaui hukum, melebihi moralitasdan mencapai dasar yang "ethikal", yakni semacam kebaikan budi, atau cinta kasih, yang memberikan segalanya, menanggungkan segalanya, demi liyan: bagi yang bukan bagian diriku, bukan kaumku, melainkan ia yang terpuruk di luar pintuku, yang tak kukenalyang tak akan memberikan apa pun kepadaku, tapi terancam, ketakutan, tertindas, menderita.

Dan Usinara memberikan dirinya bukan karena patuh kepada aturan atau taat kepada Tuhan. Usinara tak dikendalikan pamrih, tak menuruti kalkulasi dosa & pahala yang sering dilakukan orang beragama dalam tata buku moral mereka. Lakunya adalah laku kemerdekaan.

Apa gerangan yang mendorongnya? Adakah imbauan dari yang "ethikal" hanya terjadi pada tokoh dongeng? Mungkinkah kebaikan budi itu menggerakkan hati orang pada umumnya?

Tak setiap orang Usinara, tentu. Tapi dalam pengalaman manusia ada perbuatan yang, meskipun tak dramatis, paralel dengan yang dilakukan raja itu: satu hal yang menyebabkan kita berpikir, mengikuti postulat Kant, bahwa dalam diri manusia ada yang menyebabkan dirinyadengan otonomi penuh, dengan kemauan bebasmenghormati dan mematuhi panggilan "hukum moral": diam-diam seorang wartawan menampik bayaran uang untuk menulis fitnah, menolak juga godaan untuk jadi pahlawan. Diam-diam seorang pejabat memilih diberhentikan ketimbang mematuhi perintah atasan yang melanggar hukum.

Tapi apa itu sebenarnya, dari mana datangnya das Faktum der Vernunft itu? Tak bisa dijelaskan. Faktum itu tak mungkin ditunjukkan di dunia empiris. Kita, kata Kant, hanya "mengerti ketidakmungkinannya untuk dimengerti".

Mungkin justru sebab itu kita takjub: Usinara tak bertolak sebagai "aku" yang telah merumuskan apa itu kebaikan budi. Ia bukan "aku" di pusat situasi. Kita takjub karena ia mengatasi keterbatasan dirinya justru ketika ia merasa, di saat yang konkret itu, imbauan makhluk yang terancam itu adalah segala-galanya.

Selebihnya, juga dirinya sendiri, hanya turahan.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Film Horor Psikologis Possession: Kerasukan Tayang 8 Mei, Produser Berharap Dapat Jadi Bahan Diskusi

10 menit lalu

Film Horor Psikologis Possession: Kerasukan Tayang 8 Mei, Produser Berharap Dapat Jadi Bahan Diskusi

Possession: Kerasukan memakai atribut horor Indonesia, yaitu pocong yang dipresentasikan bantal-guling lantaran dekat dengan keseharian masyarakat.

Baca Selengkapnya

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa itu Pelat Khusus ZZ?

11 menit lalu

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa itu Pelat Khusus ZZ?

Apa itu pelat khusus ZZ yang disebut tak kebal aturan ganjil-genap di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?

18 menit lalu

Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?

Jika sudah menjalin hubungan dengan seseorang dan sangat ingin tahu apakah dia adalah belahan jiwa, berikut beberapa tandanya.

Baca Selengkapnya

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

28 menit lalu

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

Solo Great Sale 2024 (SGS 2024) diharapkan menjadi sarana para pelaku UMKM memasarkan produknya.

Baca Selengkapnya

Sule: Mahalini akan Pindah Agama dan Menikah dengan Rizky Febian secara Islam

31 menit lalu

Sule: Mahalini akan Pindah Agama dan Menikah dengan Rizky Febian secara Islam

Sule menjelaskan bahwa Mahalini akan menjadi mualaf sebelum menikah dengan Rizky Febian secara Islam di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Chelsea Kalahkan West Ham United 5-0, Nicolas Jackson Bikin Brace

32 menit lalu

Hasil Liga Inggris: Chelsea Kalahkan West Ham United 5-0, Nicolas Jackson Bikin Brace

Chelsea berpesta gol di gawang West Ham United dan mengalahkan lawannya itu dengan skor 5-0 dalam pertandingan Liga Inggris.

Baca Selengkapnya

Kado Hari Pendidikan Nasional: UKT Naik di Berbagai Kampus Negeri

40 menit lalu

Kado Hari Pendidikan Nasional: UKT Naik di Berbagai Kampus Negeri

UKT naik di berbagai kampus, buah dari penerapan Keputusan Mendikbudristek

Baca Selengkapnya

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

42 menit lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

49 menit lalu

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

Tiga karyawan PT Wanatiara Persada, perusahaan tambang nikel di Halmahera Selatan dipecat usai melakukan aksi Hari Buruh.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

1 jam lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya