Di Yerusalem

Penulis

Senin, 29 Maret 2010 00:00 WIB

Di Yerusalem, justru di Yerusalem, percayakah orang bahwa manusia itu diciptakan dari Ruh yang satu? Bahwa agama-agama dengan Tuhan-Yang-Tunggal, yang menegaskan jejak mereka yang cemas dan keras beratus-ratus tahun di kota itu, sungguh-sungguh yakin bahwa manusiayang diharapkan menyembah Khalik yang samadianggap bisa berbagi keluhan tentang ketidakadilan?

Memang agak ganjil dan mungkin menyedihkan, bahwa di Yerusalem, justru di Yerusalem, kita bertanya bisakah manusia bersepakat menolak kesewenang-wenangandan bisakah kita berbicara tentang manusia sebagai "sesama".

Hari-hari ini, Israel membangun permukiman untuk warga Israel yang Yahudi di Yerusalem Timur, merebut hak orang Palestina dan melanggar kesepakatan yang diakui dunia. Hari-hari ini, di Yerusalem tampaknya tak berlaku pertanyaan apa pun yang membuat ragudan pintu ditutup bagi gugatan dari luar gerbang. Hampir seluruh negeri di dunia, termasuk Amerika Serikat, menganggap tindakan itu sewenang-wenang, tapi tampaknya bagi para pemimpin Israel, apa yang sewenang-wenang bagi orang lain tak berlaku buat mereka. "Kami adalah kamiapa mau dikata."

Perang agaknya telah demikian membekas dalam pemikiran seperti ituperang yang menghendaki pihak "sana" hancur atau bisu. Israel, merasa terkepung dan terancam sejak lahir, menyerang dan menduduki wilayah orang sejak mula, dan bersikap bahwa perdamaian harus dicapai dengan kemenangan posisi, telah jadi sesuatu yang bukan hanya sebuah negeri. Israel adalah sebuah pasukan tempur. Ia siaga terus-menerusdan umumnya tak pernah kalah.

Tapi bagi sikap yang demikian, antagonisme dan perbedaan adalah awal dan akhir dalam kehidupan. Manusia tak dianggap satu, tak pernah dan tak akan ada "sesama". Jika ada percakapan, yang terjadi monolog yang berganti-ganti atau bertabrakan. Tak diperlukan kesepakatan. Sebab tak ada nilai-nilai yang dihayati bersama. Yang diperlukan hanyalah persetujuandan itu diperoleh dengan memaksa dan membungkam pihak yang lain.

Advertising
Advertising

Pola perhubungan internasional seperti inikah yang akan menentukan selamanya?

Pernah abad ke-20 dibentuk oleh perpecahan yang seakan-akan kekal, setelah dua perang besar meletus dan perang dunia ketiga yang lebih mengerikan mengancam. Tapi pernah abad ke-20 juga menyaksikan perdamaian-perdamaian besar, terutama setelah "Perang Dingin" berakhir tanpa diumumkan. Pernah para pemikir menganggap hidup adalah perbedaan. Tapi pernah mereka mulai menganggap bahwa optimisme Hegel benar.

Dalam optimisme ini, putik akan digantikan kembang, kembang akan digantikan buahseakan-akan yang pertama ditampik yang kedua, dan seakan-akan yang kedua (bunga dan kemudian buah) tampil sebagai wakil paling benar dari sang tanaman. Namun, kata Hegel dalam kalimat yang terkenal, sifat mereka yang cair akan menjadikan mereka hanya sekadar momen-momen dari "sebuah kesatuan organis". Mereka berkonflik, tapi yang satu merupakan keniscayaan yang lain, dan keduanya bersama-sama membentuk hidup keseluruhan.

Demikianlah Hegel berbicara tentang dialektik: putik sebagai tesis akan mendapatkan bunga sebagai antitesis, dan dari oposisi itu akan ada buah, sebagai hasil "tempuk-junjung" (Aufhebung). Dengan kata lain, dalam sejarah ada saat-saat yang bersengketa, tapi kemudian akan ada rekonsiliasi. Bahkan antara Sang Paduka yang menaklukkan dan Sang Takluk yang kalah, hubungan tak putus: pada akhirnya hanya ketika Sang Takluk menyatakan kesadaran dirinya, Sang Paduka akan mendapatkan pengakuan. Pembebasan terjadi ketika pembebasan itu tak hanya untuk diri sendiri.

Tapi Hegel hidup di abad ke-19, sebelum Marx, dan jauh sebelum konflik Timur Tengah berjangkit berpuluh tahun tanpa disusul sesuatu yang positif. Di abad ke-21, optimisme Hegelian berhenti. Justru di Yerusalem.

Mungkin kita memang tak boleh percaya kepada cara memandang sejarah seakan-akan membaca riwayat hidup tumbuh-tumbuhan. Sejarah terdiri atas yang tak bisa diperhitungkan. Dialektika terlalu sederhana untuk menafsirkannya.

Maka di zaman pasca-Hegel, keyakinan akan terjadinya "tempuk-junjung"konflik yang kemudian melahirkan sesuatu yang lebih terjunjungdigantikan dengan perspektif lain: bahwa dalam hidup, perbedaan tak akan berhenti.

Tapi dengan "doktrin" itu orang bisa menghalalkan perang, penindasan, dan kesewenang-wenangan dengan mengatakan: "Kami adalah kami, apa mau dikata."

Walhasil, tak ada titik Archmides yang bisa dipergunakan sebagai titik bertolak untuk menilai. Orang-orang Palestina berteriak, sakit dan terhina. Sebentar lagi kekerasan akan meletus, namun yang memilih pihak tak tahu lagi bagaimana menjelaskan pilihan itu kepada orang lain yang berbeda.

Saya ingat, ketika Hitler menyerbu Polandia, 1 September 1939, W.H. Auden menulis sajak yang mencatat rasa cemasnya: harapan habis di hari-hari ketika apa yang adil dan tak adil hanya bisa dipecahkan dengan dusta atau perang.

Kini rasanya dunia merasakan kecemasan yang mirip. Justru karena Yerusalem:

As the clever hopes expire

Of a low dishonest decade:

Waves of anger and fear

Circulate over the bright

And darkened lands of the earth.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Hammersonic 2024 Malam Ini: Profil Atreyu yang Mengusung Metalcore

2 menit lalu

Hammersonic 2024 Malam Ini: Profil Atreyu yang Mengusung Metalcore

Atreyu merupakan band metal legendaris asal California Selatan. Mereka akan tampil pada hari kedua Festival Hammersonic 2024 malam ini.

Baca Selengkapnya

Soal Partai di Luar KIM Gabung Koalisi Prabowo, Gerindra Sebut Tak Pernah Punya Masalah dengan PKS

4 menit lalu

Soal Partai di Luar KIM Gabung Koalisi Prabowo, Gerindra Sebut Tak Pernah Punya Masalah dengan PKS

Politikus Gerindra mengatakan belum ada komunikasi langsung dari PKS untuk bergabung dengan koalisi Prabowo.

Baca Selengkapnya

Waspada Penipuan Visa Non Haji, Kemenag: Kuota Haji Indonesia Sudah Penuh

11 menit lalu

Waspada Penipuan Visa Non Haji, Kemenag: Kuota Haji Indonesia Sudah Penuh

Kementerian Agama atau Kemenag mengimbau jemaah waspada terhadap tawaran visa non haji yang tidak resmi.

Baca Selengkapnya

Inilah 5 Minuman yang Bisa Memperlancar BAB

13 menit lalu

Inilah 5 Minuman yang Bisa Memperlancar BAB

Berikut ini lima minuman kesehatan yang bagus untuk menghilangkan sembelit serta perlancar BAB.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Lengkap Jubir Prabowo Soal Presidential Club

23 menit lalu

Penjelasan Lengkap Jubir Prabowo Soal Presidential Club

Presidential club adalah istilah yang bisa disematkan untuk silaturahmi para mantan presiden dengan presiden yang sedang menjabat.

Baca Selengkapnya

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

26 menit lalu

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta petani manfaatkan alokasi pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

35 menit lalu

Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

Pabrik sepatu Bata di Purwakarta tutup karena merugi. Bata pernah menjadi salah satu industri sepatu terbesar di dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Paling Ditunggu, Young K dan Day6 Sapa Penggemar Indonesia Setelah 5 Tahun di SHI 2024

37 menit lalu

Paling Ditunggu, Young K dan Day6 Sapa Penggemar Indonesia Setelah 5 Tahun di SHI 2024

Pada acara musik tahunan itu, idol K-Pop Kang Young Hyun alias Young K menjadi musisi yang paling sibuk.

Baca Selengkapnya

Chipset Snapdragon 8 Gen 4 Disebut akan Diluncurkan Pertengahan Oktober Ini

42 menit lalu

Chipset Snapdragon 8 Gen 4 Disebut akan Diluncurkan Pertengahan Oktober Ini

Detail baru yang dibagikan oleh tipster mengungkapkan bahwa Snapdragon 8 Gen 4 memiliki arsitektur inti "2+6".

Baca Selengkapnya

Manfaat Menjaga Hubungan dengan Teman Masa Kecil, Sahabat Sejati

46 menit lalu

Manfaat Menjaga Hubungan dengan Teman Masa Kecil, Sahabat Sejati

Tak semua orang mampu menjaga hubungan dengan teman masa kecil. Padahal, mereka adalah bagian dari perjalanan kehidupan kita.

Baca Selengkapnya