Celeng(an)

Penulis

Minggu, 4 Juli 2010 00:54 WIB

Putu Setia

Celeng beda dengan babi. Orang Jawa menyebut babi hutan. Orang Sulawesi menyebut babi alas. Perbedaan bukan hanya fisik, tapi juga haram-tidaknya. Ada orang Jawa--yang muslim--mau makan daging celeng karena yang haram cuma daging babi.

Saya pernah ikut berburu celeng bersama masyarakat transmigran Bali di Sulawesi Tenggara. Ikut juga empat orang Bugis yang muslim. Setelah mendapat buruan, orang Bugis itu lahap menyantap celeng yang sudah dibakar. "Ini tidak haram," kata mereka sambil menawari saya. Saya tetap menolak. Saya berpantang makan beberapa jenis hewan, termasuk babi, sesuatu yang mungkin aneh karena saya orang Bali.

Kenapa, padahal itu bukan babi? Nah, di sini saya jadi orang Bali yang sebenarnya, babi dan celeng itu sama. Celeng itu bahasa Bali dari babi, jadi saya sulit membedakan babi dengan celeng.

Tetapi, membedakan celeng dengan celengan, saya yakin mampu. Akhiran "an" pada kata celeng memberi pengertian "bukan yang sebenarnya". Ada rumah makan di kawasan Puncak menawarkan daging "ayaman", ini jenis burung yang "bukan sebenarnya ayam". Celengan adalah benda yang berbentuk "mirip" celeng. Kata "mirip" perlu disebut karena tidak semua wujud celeng divisualkan dalam celengan. Perajin celengan gerabah pantang membuat celengan yang ada gigi, jari kaki, dan ekor yang menyerupai celeng. Tadinya saya pikir itu masalah kerumitan saja, tapi pembuat gerabah menyebutkan, "Celengan ini lambang kemakmuran, pertanda orang itu berhemat dan suka menabung. Gigi, jari kaki, dan ekor celeng lambang ketamakan, tak bisa dibawa ke wujud celengan."

Advertising
Advertising

Astaga, dari cerita ini saya baru tahu ternyata celengan tak sekadar mainan anak kecil untuk mencemplungkan uang logam. Celengan menyimpan sejarah panjang, jauh lebih panjang dari sejarah republik ini. Di masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14), celengan adalah benda yang hampir dipunyai oleh semua penduduk. Masyarakat Hindu pada saat itu mempersembahkan babi (ya, celeng) pada ritual keagamaan--sampai kini dilaksanakan di Bali--sebagai lambang dari rasa syukur atas kemakmuran yang didapat, lalu membuat benda yang mirip celeng dengan menghilangkan simbol ketamakan celeng untuk menabung hartanya. Harta berharga saat itu adalah uang kepeng. Dan benda mirip celeng itulah--puluhan tahun kemudian, entah kapan--disebut celengan.

Baru belakangan saya paham kenapa para pendeta Hindu dalam melafalkan mantram menyangkut persembahan babi selalu mengaitkan dengan kemakmuran. Jika Anda melihat ada celengan di rumah orang gedongan, jangan buru-buru berkata, "Hare gini masih pakai celengan? Buka rekening, dong, nabungnya di bank, dong." Oke, itu pasti sudah dilakukan orang kaya, tapi celengan adalah simbol yang wajib ada bagi mereka yang meyakini tradisi leluhur itu--sesuatu yang sulit dijelaskan. Itu sebabnya, celengan sebagai lambang kemakmuran dan pengendalian diri dari nafsu berfoya sulit digantikan dengan "celengan" ayam atau gajah.

Jika demikian, polisi berlebihan menggugat majalah Tempo karena sampul Tempo jelas gambar celengan, bukan celeng. Tapi saya maklum, polisi saat ini sedang "tertekan", banyak kasus di dalam tubuhnya, banyak masalah keamanan yang dihadapi, sehingga capek. Saya mengimbau teman wartawan, he-he-he, sayangi polisi, orang capek mudah tersinggung. Ibarat kata yang "mirip" Ruhut Sitompul, "Saya sangat bangga dan sangat cinta polisi, karena itu polisiku yang gagah berani menumpas teroris sampai mempertaruhkan nyawanya. Janganlah kebanggaanku jadi hilang hanya karena kalian takut pada celengan."

Berita terkait

Dampak Negatif Parkir Liar, Menghambat Usaha Kecil hingga Sebabkan Kemacetan

52 detik lalu

Dampak Negatif Parkir Liar, Menghambat Usaha Kecil hingga Sebabkan Kemacetan

Pemprov DKI akan tertibkan parkir liar. Benarkah parkir liar menghambat usaha kecil?

Baca Selengkapnya

CFD Dimeriahkan Penampilan Grup Musik Kathina, Ribuan Warga Padati Bundaran HI

16 menit lalu

CFD Dimeriahkan Penampilan Grup Musik Kathina, Ribuan Warga Padati Bundaran HI

Pengunjung CFD hari ini mengalami lonjakan signifikan karena ada penampilan Kahitna di panggung Pencanangan HUT Jakarta ke-497.

Baca Selengkapnya

Deretan Album Greatest Hits yang Terlaris

19 menit lalu

Deretan Album Greatest Hits yang Terlaris

Album greatest hits merupakan cara label mengemas ulang hak cipta yang ada

Baca Selengkapnya

Alasan Teguh Prakosa Singgung Soal Stunting Saat Daftar ke PDIP untuk Pilkada Solo

22 menit lalu

Alasan Teguh Prakosa Singgung Soal Stunting Saat Daftar ke PDIP untuk Pilkada Solo

Teguh Prakosa mengakui mendapat dukungan penuh dari akar rumput PDIP untuk maju dalam Pilkada Solo 2024.

Baca Selengkapnya

5 Maskapai Penerbangan Ini Tawarkan Liburan Gratis saat Transit

23 menit lalu

5 Maskapai Penerbangan Ini Tawarkan Liburan Gratis saat Transit

Liburan ini bisa gratis karena maskapai penerbangan memberi fasilitas kamar hotel tanpa biaya saat transit di Abu Dhabi, Kairo, hingga Doha.

Baca Selengkapnya

500 Demonstran Unjuk Rasa Damai di Peru Mendesak Undang-undang yang Mengatur LGBT Dihapus

23 menit lalu

500 Demonstran Unjuk Rasa Damai di Peru Mendesak Undang-undang yang Mengatur LGBT Dihapus

Demonstran menuntut penghapusan undang-undang baru yang menggambarkan transgender dan jenis LGBT lainnya masuk kategori sebuah penyakit mental

Baca Selengkapnya

Kemenko PMK Soroti Kurangnya Bidang Riset dalam Industri Elektronik Indonesia

24 menit lalu

Kemenko PMK Soroti Kurangnya Bidang Riset dalam Industri Elektronik Indonesia

Kemenko PMK menyebutkan, serapan kerja di industri elektronik Indonesia masih rendah, terutama di bidang riset.

Baca Selengkapnya

69 Tahun Chow Yun Fat, si "Dewa Judi" yang Selalu Klimis

25 menit lalu

69 Tahun Chow Yun Fat, si "Dewa Judi" yang Selalu Klimis

Aktor Chow Yun Fat akan berulang tahun ke 69 pada 18 Mei 2024. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

Amankan World Water Forum Di Bali, Ditpolairud Polda Bali Kerahkan 2 Kapal dan 3 Helikopter

26 menit lalu

Amankan World Water Forum Di Bali, Ditpolairud Polda Bali Kerahkan 2 Kapal dan 3 Helikopter

Ditpolairud Polda Bali kini melakukan pengamanan KTT World Water Forum ke-10 di Bali, kerahkan 2 kapal dan 3 helikopter.

Baca Selengkapnya

Fakta-Fakta Bambang Hartono Pemilik Como 1907, Pernah Jadi Atlet Indonesia Tertua

51 menit lalu

Fakta-Fakta Bambang Hartono Pemilik Como 1907, Pernah Jadi Atlet Indonesia Tertua

Bambang Hartono Pemilik Como 1907 adalah seorang atlet bridge. Ia menjadi atlet tertua kontingen Indonesia untuk Asian Games 2018 di usia 78 tahun.

Baca Selengkapnya