KOLOM: Literasi Agama dan Penguatan Regulasi

Penulis

Selasa, 28 Juli 2015 22:20 WIB

Nihayatul Wafiroh, Anggota DPR RI Fraksi PKB

Agenda kerukunan umat beragama belum usai. Hal ini masih menjadi PR besar bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Pembakaran Masjid Baitul Muttaqin di Karubaga, Tolikara, Papua (17 Juli 2015), menjadi penanda nyata belum usainya agenda kerukunan umat beragama. Insiden di Tolikara merupakan shock therapy bagi kita semua yang sudah ke-GR-an bahwa kerukunan umat beragama sudah terbangun dengan baik. Bisa jadi kerukunan tersebut sudah terbangun dengan baik, namun tidak merata di seluruh wilayah di Indonesia, mengingat begitu luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas pepulauan ini. Mungkin wilayah timur seperti Papua masih kurang-untuk mengatakan tidak sama sekali-disentuh oleh agenda ini.

Apa yang harus dilakukan pemerintah dan masyarakat selepas insiden tersebut menjadi pertanyaan penting yang harus segera dijawab. Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan tiga hal. Pertama, pengusutan tuntas secara hukum terhadap pelaku-pelaku pembakaran tersebut. Kedua, rehabilitasi atas bangunan-bangunan yang rusak (termasuk masjid), dan ketiga, menggelar dialog tokoh-tokoh agama dan masyarakat Papua untuk menangani situasi di sana. Instruksi ini perlu diapresiasi. Sejauh ini, ketiga instruksi tersebut sudah dilakukan. Namun masyarakat juga harus terus-menerus dikawal agar cita-cita kerukunan umat beragama ini tercapai dengan baik dan tidak melenceng.

Polda Papua telah menetapkan dua tersangka insiden Tolikara (Jawa Pos, 24/7/2015), meskipun belum sampai menangkap aktor intelektualnya. Melalui Kementerian Sosial, pemerintah akan memperbaiki fasilitas yang rusak dan terbakar akibat insiden tersebut. Pada 27 Juli 2015, Presiden Joko Widodo mengundang tokoh lintas agama untuk berdialog dan menyeru betapa pentingnya peran tokoh agama dan masyarakat dalam membangun hubungan harmonis antar-umat beragama.

Secara teori, semua agama pada hakikatnya mengajarkan ketundukan terhadap Tuhan dalam lambang-lambang kesalehan yang kemudian terejawantahkan dalam komitmennya untuk saling mengasihi sesama di dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan. Namun mengapa hal tersebut sulit terjadi?

Pertama, timbulnya gesekan antar-umat beragama tidak bisa dilepaskan dan sering kali berjalin-kelindan dengan sentimen keagamaan. Sentimen keagamaan ini lahir karena adanya klaim kebenaran (truth claim); yakni bahwa "hanya agamakulah yang benar". Agama di luar selain agama yang dipeluk seseorang adalah tidak benar.

Perhatikanlah kesaksian Nurman yang dirilis Tempo: Namun ketika rakaat pertama takbir kelima, Nurmin mendengar ada suara lantang yang diteriakkan sejumlah orang. "Tidak ada yang namanya ibadah gini, harus berhenti!" kata Nurmin, menirukan suara yang didengarnya itu saat diwawancarai Tempo, Selasa, 21 Juli 2015.
"Tidak ada yang namanya ibadah gini, harus berhenti!" merupakan ujaran dari sikap yang cenderung menolak kebenaran dari pihak lain dengan meyakini ajaran dan keyakinan kelompoknyalah yang paling benar.

Dan, bahkan yang mengerikan dari sikap ini adalah tampilnya wajah-wajah garang dan menakutkan. Sikap seperti ini memunculkan konsekuensi logis tumbuhnya potensi aksi-aksi destruktif.

Singkatnya, truth claim menjadi wilayah rawan yang wajib diperhatikan. Truth claim secara tidak langsung berperan dalam melenyapkan nilai dan fungsi agama itu sendiri. Bahkan, bisa jadi hal ini menciptakan agama "baru", yaitu agama "fundamentalis" yang kaku dan mengerikan. Jadi, menumbuhkan kesadaran untuk tidak melakukan truth claim itu harus ditekankan dalam agenda-agenda dialog antar-agama oleh para pemuka agama atau tokoh masyarakat.

Hal ini bisa terjadi apabila dibangun pemahaman baru yang lebih inklusif (hanif), konstruktif, dinamis, humanis, dan komprehensif terhadap agama-agama lain. Inilah yang penulis maksudkan dengan pluralisme, sebuah usaha pencerdasan keagamaaan (religion literacy).

Guru besar UIN Sunan Kalijaga, Amin Abdullah, pernah berkata: "to be religious man, you have to be inter-religion." Untuk menjadi religius, Anda harus memiliki pengetahuan lintas/inter agama. Mempelajari atau mengetahui agama lain, bukan berarti harus masuk ke dalam agama itu, melainkan berusaha memahami dan mengerti ajaran-ajaranya. Tujuannya adalah menghindari kesalahpahaman-kesalahpahaman yang memicu konflik.

Kedua, hal yang tak kalah penting lainnya adalah undang-undang tentang kerukunan umat beragama (KUB) dan perlindungan umat beragama (PUB) yang sangat mendesak untuk segera disahkan. Sebab, selama ini kedua RUU belum jelas nasibnya. Meskipun memang bisa dipahami bahwa penyusunan RUU yang sangat sensitif ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, kemendesakan agar segera disahkannya RUU tersebut juga harus dipikirkan.

Walhasil, kiranya, literasi agama (religion literacy), pencerdasan keagamaan yang diberikan kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta undang-undang mengenai kerukunan dan perlindungan umat beragama akan memberikan sumbangan yang signifikan bagi terciptanya kehidupan yang harmonis antar-umat beragama. Semoga. *

Berita terkait

Mahfud Md Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama, tapi Negara Beragama

2 hari lalu

Mahfud Md Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama, tapi Negara Beragama

Mahfud Md, mengatakan relasi agama dan negara bagi Indonesia sebenarnya sudah selesai secara tuntas. Dia menegaskan bahwa Indonesia bukan negara agama, tapi negara beragama.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran Dilantik Oktober 2024, Ini Sosok yang Pertama Kali Menggagas Sumpah Jabatan

8 hari lalu

Prabowo-Gibran Dilantik Oktober 2024, Ini Sosok yang Pertama Kali Menggagas Sumpah Jabatan

Ritual sumpah jabatan, yang akan dilakukan Prabowo dan Gibran pertama kali dilakukan pada ribuan tahun lalu. Ini sosok yang mencetuskannya

Baca Selengkapnya

Mengenal Narsisis Spiritual yang Selalu Sok Paling Benar soal Agama

43 hari lalu

Mengenal Narsisis Spiritual yang Selalu Sok Paling Benar soal Agama

Narsisis spiritual akan menggunakan ajaran agama dengan maksud membuat orang memenuhi keinginannya atau menyalahkan tindakan orang lain.

Baca Selengkapnya

Ini Respons Berbagai Pihak soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama

27 Februari 2024

Ini Respons Berbagai Pihak soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama

Rencana Yaqut Cholil Qoumas menjadikan KUA sebagai sentral pelayanan keagamaan mendapat berbagai respons.

Baca Selengkapnya

Soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama, Apa Kata SETARA Institute?

27 Februari 2024

Soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama, Apa Kata SETARA Institute?

Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan, mengatakan rencana KUA jadi tempat pernikah semua agama harus dituangkan dalam PP atau Perpres.

Baca Selengkapnya

Apa Saja Agama Tertua di Dunia? Ini Daftar dan Sejarahnya

29 Januari 2024

Apa Saja Agama Tertua di Dunia? Ini Daftar dan Sejarahnya

Ada beberapa agama tertua di dunia, di antaranya adalah Buddha dan Hindu. Agama ini sudah muncul sekitar 1.500 SM. Berikut sejarahnya.

Baca Selengkapnya

Ketua Fraksi PAN Ungkap Video Zulhas yang Bilang Orang-orang Tak Lagi Ucap Amin saat Salat Disalahartikan

20 Desember 2023

Ketua Fraksi PAN Ungkap Video Zulhas yang Bilang Orang-orang Tak Lagi Ucap Amin saat Salat Disalahartikan

Ketua Fraksi PAN menyatakan tak ada sedikit pun niat Zulhas melecehkan agama.

Baca Selengkapnya

10 Agama Terbesar di Dunia 2023 Berdasarkan Jumlah Pemeluknya , Islam Ke Berapa?

10 November 2023

10 Agama Terbesar di Dunia 2023 Berdasarkan Jumlah Pemeluknya , Islam Ke Berapa?

Berikut daftar 10 agama terbesar di dunia 2022 berdasarkan jumlah pengikutnya, pertama Kristen

Baca Selengkapnya

UIN Jakarta Undang 64 Peneliti Dalam & Luar Negeri Bicara Agama, Sains & Teknologi

6 November 2023

UIN Jakarta Undang 64 Peneliti Dalam & Luar Negeri Bicara Agama, Sains & Teknologi

Forum ICONIST 2023 kumpulkan penelitia dalam dan luar negeri bahas relevansi agama menghadapi kecanggihan teknologi dan perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Semua Kalangan Diundang ke Aksi Bela Palestina Besok, MUI: Tidak Usah Pikir Agama

4 November 2023

Semua Kalangan Diundang ke Aksi Bela Palestina Besok, MUI: Tidak Usah Pikir Agama

Aksi Bela Palestina untuk menyuarakan kepada dunia bahwa masyarakat Indonesia menolak dan mengecam segala bentuk penjajahan oleh Israel.

Baca Selengkapnya