Harga Minyak dan Energi Terbarukan

Penulis

Kamis, 28 Januari 2016 21:48 WIB

Turunnya harga minyak dunia tidak boleh menyurutkan upaya pemerintah mencari sumber energi pengganti bahan bakar fosil. Rendahnya harga minyak memang membuat beragam program di bidang ini tampak tak masuk akal dalam kalkulasi ekonomi jangka pendek. Salah satu yang kini terancam tekor adalah program pemerintah yang mewajibkan pencampuran 20 persen biodiesel ke dalam solar, atau mandatory B20. Dengan harga minyak yang sepanjang Januari ini berkisar di angka US$ 30 per barel, produksi biodiesel berbahan dasar sawit (CPO) memang semakin tak kompetitif.

Dalam hitungan pemerintah dan produsen, biodiesel baru akan ekonomis jika harga minyak berada pada level US$ 50-100 per barel atau rata-rata US$ 70. Bila tren penurunan harga minyak berlangsung seperti prediksi Dana Moneter Internasional (IMF), yakni hingga di bawah US$ 20 per barel, bisa jadi tak akan ada lagi yang tertarik memproduksi dan membeli biodiesel.

Makin lebarnya selisih harga solar dan biodiesel juga berarti membengkaknya subsidi yang disediakan melalui Badan Pengelolaan Dana Perkebunan (BPDP). Tahun lalu, badan bentukan pemerintah ini menghimpun dana dari pungutan ekspor minyak sawit dan produk turunannya sebesar Rp 6,9 triliun. Target perolehan pada tahun ini naik menjadi Rp 9,5 triliun.

Dengan asumsi harga minyak mentah US$ 40 per barel dan harga CPO sekitar US$ 500 per metrik ton, uang Rp 9,5 triliun itu akan habis untuk menopang program B20. Persoalannya, patokan harga dan volume konsumsi yang digunakan pemerintah dan BPDP itu jauh meleset dari kenyataan hari ini. Padahal, setiap kali harga minyak dunia turun US$ 1 per barel, akan dibutuhkan subsidi tambahan Rp 350 miliar. Dan setiap kenaikan harga CPO US$ 1 per metrik ton, kebutuhan subsidi akan ikut naik sekitar Rp 38 miliar.

Gambaran itu menunjukkan bahwa semangat tak boleh dijadikan satu-satunya modal. Tujuan baik yang dijalankan dengan perhitungan kurang akurat justru akan merugikan publik.

Advertising
Advertising

Kita membutuhkan energi lebih hijau dan terbarukan demi kelangsungan hidup yang lebih baik di masa depan, bukan semata karena alasan ekonomi sesaat. Program B20, misalnya, diharapkan mampu mengurangi emisi sebesar 9,4 juta sampai 16 juta ton setara karbon dioksida (CO2e) per tahun.

Tapi bersembunyi di balik tujuan mulia itu, demi menutupi ketidakbecusan dalam merancang program, pun tak bisa diterima. Kita perlu mencari formula lebih kreatif agar jurang antara kepentingan jangka panjang bagi lingkungan hidup dan tuntutan ekonomi hari ini bisa dipersempit. Yang pasti, murahnya minyak bumi tak boleh membuat kita lupa diri dan mengkonsumsi minyak tanpa kendali.

Berita terkait

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

12 menit lalu

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa sektor perikanan kurang mendapat dukungan investasi dari perbankan. Menurut dia, penyebabnya karena perbankan menghindari resiko merugi dari kegiatan investasi di sektor perikanan itu.

Baca Selengkapnya

Pertamina Bantah Hapus Pertalite, Tapi Beberapa SPBU Sudah Tak Dapat BBM Subsidi

27 menit lalu

Pertamina Bantah Hapus Pertalite, Tapi Beberapa SPBU Sudah Tak Dapat BBM Subsidi

Pertamina Patra Niaga menampik adanya penghapusan Pertalite menjadi Pertamax Green 95 di seluruh SPBU.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

31 menit lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Mardiono Sebut Gugatan PPP ke MK karena KPU Salah Catat Jumlah Suara

34 menit lalu

Mardiono Sebut Gugatan PPP ke MK karena KPU Salah Catat Jumlah Suara

PPP menilai terdapat perbedaan perhitungan suara versi PPP dengan KPU.

Baca Selengkapnya

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

34 menit lalu

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

Agar tak ada masalah dalam pekerjaan, cobalah hindari mengucapkan kalimat-kalimat berikut meski bos adalah teman sendiri.

Baca Selengkapnya

Cak Imin Berharap PPP Lolos ke Senayan

41 menit lalu

Cak Imin Berharap PPP Lolos ke Senayan

PPP saat ini sedang mengajukan gugatannya sengketa pileg 2024 ke MK.

Baca Selengkapnya

Legenda Sepak Bola Nur Alim Puji Shin Tae-yong, Optimistis Timnas Indonesia Maju ke Final Piala Asia U-23

47 menit lalu

Legenda Sepak Bola Nur Alim Puji Shin Tae-yong, Optimistis Timnas Indonesia Maju ke Final Piala Asia U-23

Legenda Timnas Indonesia asal Bekasi, Nur Alim memuji Shin Tae-yong. Ia percaya pelatih asal Korea itu bisa membawa timnas ke final Piala Asia U-23.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan, Babak Pertama Skor 0-0

47 menit lalu

Hasil Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan, Babak Pertama Skor 0-0

Timnas U-23 Indonesia tak mampu mengembangkan permainan di babak pertama, saat menghadapi Uzbekistan pada semifinal Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

PKB dan PPP Siapkan Lawan Khofifah di Pilkada Jawa Timur

50 menit lalu

PKB dan PPP Siapkan Lawan Khofifah di Pilkada Jawa Timur

PKB dan PPP siap untuk berkoalisi di Pilkada Jawa Timur. Kedua partai siap menghadirkan figur untuk melawan Khofifah Indar Parawansa.

Baca Selengkapnya

PPP Minta Dukungan PKB agar Lolos Ambang Batas Parlemen di Sengketa Pileg 2024

50 menit lalu

PPP Minta Dukungan PKB agar Lolos Ambang Batas Parlemen di Sengketa Pileg 2024

PPP dan PKB juga membahas hubungan kerja sama yang akan dijalin keduanya di gelaran Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya