Soeharto dan Muhammadiyah

Penulis

Rabu, 5 Agustus 2015 02:23 WIB

Muhidin M. Dahlan, kerani @warungarsip

Muhammadiyah tak pernah lupa akan pengakuan Soeharto sebagai warga Muhammadiyah. Karena itulah di edisi khusus Suara Muhammadiyah (SM) untuk Muktamar ke-47 Makassar diperlukan satu artikel spesial yang mengingatkan hubungan manis itu.

Soeharto pada pembukaan muktamar di Banda Aceh, pada 1995, membuat pengakuan yang isinya: "Tanpa tedheng aling-aling, saya ini bibit Muhammadiyah yang ditanam di bumi Indonesia; dan alhamdulillah memperoleh kepercayaan masyarakat Indonesia untuk memimpin pembangunan nasional. Semoga apa yang saya lakukan ini tidak mengecewakan warga Muhammadiyah" (SM No. 15, Th 100).

Pengakuan itu tak hanya memiliki sayap tafsiran yang banyak, tapi juga bisa menyiratkan bagaimana tarik-menarik politik praktis dalam tubuh Muhammadiyah. Bagi Muhammadiyah, pengakuan Soeharto itu menjadi tonggak bahwa Muhammadiyah berada dalam perhatian khusus kekuasaan. Sementara bagi Soeharto, merangkul Muhammadiyah-termasuk kelompok intelektual dan tokoh utama kelas menengah muslim yang tergabung di ICMI-menjadi modal besar untuk pembangunan "tinggal landas".

Proyek penjinakan Muhammadiyah merupakan langkah besar untuk menghalau radikalisme kanan. Sekaligus untuk "menggembosi" suara sengak "muazin" Amien Rais, yang juga Ketua PP Muhammadiyah, yang berseru-seru tentang pergantian pimpinan nasional (suksesi).

Untuk meyakinkan Muhammadiyah, Soeharto bahkan "tanpa tedheng aling-aling" mengatakan bahwa usaha sosialnya membuat musala di ruang-ruang publik, semata karena Muhammadiyah.

Soeharto memang punya urgensi menarik kembali Muhammadiyah dalam pusaran kekuasaan setelah trauma dengan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi). Piagam pembentukan Parmusi ini ditandatangani PP Muhammadiyah yang diwakili H Djarnawi Hadikusumo dan M. Daris Tamim pada 8 September 1967.

Bagi Muhammadiyah, pendirian Parmusi adalah "hadiah" dari kekuasaan yang sukses menumbangkan rezim Sukarno dan mengubur PKI. Parmusi, bagi Muhammadiyah, adalah: "Keputusan Sidang Tanwir th 1966 di Bandung jg setjara tegas menekankan perlunja partai politik Masjumi direhabilitir dan djika belum mungkin sedang keperluan telah mendesak maka dapat dibentuk Partai Islam baru, jang akhir2 ini ternjata dapat direalisir dengan telah selesainja semua persiapan tentang pendirian Partai Muslimin Indonesia…" (SM No 21-22, Nov 1967).

Seperti halnya di masa Sukarno yang mendaku diri sebagai warga sah Muhammadiyah, persyarikatan yang ikut membidani lahirnya Masyumi ini juga mengalami bad mood yang parah. Ketika pada 1960-an Sukarno pada akhirnya "menyakiti" Muhammadiyah saat membubarkan Masyumi, begitu pula Soeharto yang hanya butuh lima tahun untuk melumat Parmusi dengan memaksanya masuk dalam proyek fusi partai 1973 yang melahirkan orpol PPP.

Dua kali disakiti politik oleh presiden yang mendaku diri sebagai warga sah Muhammdiyah itu yang membuat persyarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini kembali ke langgar mengaji Surat Al-Maun, dan menghabiskan energi yang terluka untuk kerja sosial dan pendidikan.

Seakan belum cukup luka itu, Muhammadiyah kembali lagi membidani lahirnya partai baru pada era baru politik nasional. Dan Anda semua tahu bagaimana kutukan partai itu terus memayungi nasib Muhammadiyah.

Berita terkait

2 Periode Haedar Nashir Pimpin PP Muhammadiyah, Begini Profil dan Pemikirannya

21 November 2022

2 Periode Haedar Nashir Pimpin PP Muhammadiyah, Begini Profil dan Pemikirannya

Haedar Nashir kembali terpilih menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah untuk periode 2022-2027. Begini profil dan pemikirannya.

Baca Selengkapnya

Haedar Nashir Jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah Lagi, Ganjar Pranowo: Selamat

21 November 2022

Haedar Nashir Jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah Lagi, Ganjar Pranowo: Selamat

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengucapkan selamat kepada Haedar Nashir yang kembali terpilih jadi Ketua Umum PP MUhammadiyah di Muktamar Solo.

Baca Selengkapnya

Tutup Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah, Ini Pesan Wapres Ma'ruf Amin

20 November 2022

Tutup Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah, Ini Pesan Wapres Ma'ruf Amin

Ma'ruf Amin berujar visi Muhammadiyah sejalan dengan visi Indonesia yang tengah diperjuangkan, yaitu mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Baca Selengkapnya

Haedar Nashir Kembali Jadi Ketum PP Muhammadiyah, PAN: Kepemimpinannya Terbukti

20 November 2022

Haedar Nashir Kembali Jadi Ketum PP Muhammadiyah, PAN: Kepemimpinannya Terbukti

Menurut Sekjen PAN Eddy Soeparno, Haedar Nashir telah membuktikan peran strategisnya kala memimpin pada periode sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Terpilih Lagi Jadi Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir Sampaikan 4 Poin Penting

20 November 2022

Terpilih Lagi Jadi Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir Sampaikan 4 Poin Penting

Haedar Nashir menguraikan beberapa poin amanat yang diberikan kepadanya dalam memimpin Muhammadiyah ke depan.

Baca Selengkapnya

Haedar Nashir Terpilih sebagai Ketum PP Muhammadiyah 2022-2027

20 November 2022

Haedar Nashir Terpilih sebagai Ketum PP Muhammadiyah 2022-2027

Terpilihnya Haedar Nashir sebagai Ketum dan Abdul Mu'ti sebagai Sekum berdasarkan hasil Sidang Pleno VIII Muktamar Muhammadiyah ke-48

Baca Selengkapnya

Haedar Nashir Dinilai Berpeluang Besar Terpilih Lagi Jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah

20 November 2022

Haedar Nashir Dinilai Berpeluang Besar Terpilih Lagi Jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah

Menko PMK, Muhadjir Effendy berharap duet Haedar Nashir - Abdul Mu'ti dapat kembali memimpin Muhammadiyah untuk periode lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Ini 13 Anggota Tetap PP Muhammadiyah yang akan Gelar Musyawarah Pilih Ketum Baru

20 November 2022

Ini 13 Anggota Tetap PP Muhammadiyah yang akan Gelar Musyawarah Pilih Ketum Baru

Proses pemilihan 13 anggota PP Muhammadiyah Sabtu malam itu berlangsung sekitar empat jam dan selesai pada Ahad dinihari, 20 November 2022.

Baca Selengkapnya

Haedar Nashir Raih Suara Terbanyak Pemilihan 13 Anggota Tetap PP Muhammadiyah

20 November 2022

Haedar Nashir Raih Suara Terbanyak Pemilihan 13 Anggota Tetap PP Muhammadiyah

Setelah ditetapkan, 13 anggota PP Muhammadiyah yang baru akan mengadakan musyawarah untuk memilih Ketua Umum PP Muhammadiyah yang baru.

Baca Selengkapnya

Pidato di Muktamar Muhammadiyah, Haedar Nashir Ajukan 3 Pertanyaan Introspektif

20 November 2022

Pidato di Muktamar Muhammadiyah, Haedar Nashir Ajukan 3 Pertanyaan Introspektif

Dalam Muktamar Muhammadiyah di Kota Solo itu, Haedar Nashir bertanya tiga soal introspektif kepada para muktamirin. Apa saja?

Baca Selengkapnya