Air Mata Muktamar NU

Penulis

Jumat, 7 Agustus 2015 03:25 WIB

Munawir Aziz, peneliti dan peserta Muktamar NU

Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 di Jombang telah selesai dihelat. Muktamar yang digelar pada 1-5 Agustus 2015 ini menjadi momentum bersejarah dalam perjalanan Nahdlatul Ulama sebagai jama'ah (komunitas) dan jam'iyyah (organisasi). Bersejarah dalam artian bahwa usul untuk mengembalikan marwah (kehormatan) para kiai sebagai pemegang komando tertinggi dalam struktur sekaligus kultur terjawab dalam perjuangan yang sangat berliku.

Muktamar ke-33 NU juga menjadi pertanda hadirnya kembali ghirah (semangat) para kiai yang ingin agar organisasi ini jauh dari politik praktis maupun kepentingan politik di tingkat lokal. Hasilnya, ahlul halli wal-aqdi (biasa disingkat AHWA; ada yang menyebut Ahlaq) disepakati sebagai konsep untuk menentukan pemimpin dalam level tertinggi, yakni Rais Aam Pengurus Besar NU. Perubahan sistem ini tentu saja membawa gejolak yang luar biasa karena gesekan kepentingan yang tidak terhindarkan.

Perubahan memang membutuhkan pengorbanan. Kondisi yang bergerak di sekitar perubahan adalah gesekan, perbedaan pendapat, hingga perselisihan karena ketidaksamaan perspektif. Aura panas Muktamar ke-33 di Jombang di beberapa titik menimbulkan friksi yang mengakibatkan meletupnya emosi. Inilah dinamika dalam sejarah NU, organisasi kemasyarakatan yang sejauh ini terbukti kokoh mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bersama Muhammadiyah, NU sudah terbukti menjadi pembuka gerbang kemerdekaan yang hingga kini masih istikamah dalam mengawal Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lalu, apa yang mendorong muktamar ke-33 organisasi para kiai ini menjadi terlihat ricuh? Tidak lain adalah gesekan kepentingan, nafsu untuk menguasai jabatan, hingga kesilapan menghargai warisan para ulama terdahulu. Dalam hal ini, kecerdasan spiritual para kiai NU mengalahkan logika politik yang mendominasi perhelatan. Di puncak kericuhan, KH Mustofa Bisri (sebagai Rais Aam pengganti KH Sahal Mahfudz) menitikkan air mata untuk memohon para muktamirin berakhlak karimah. "Saya menangis, malu kepada Allah SWT, Kiai Hasyim Asy'ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuri yang telah mengajari kita. Dengarkan saya. Kalau tidak, lupakan saya. Kalau perlu, saya ciumi kaki-kaki Anda supaya Anda menunjukkan diri sebagai seorang ulama," ucap Gus Mus, yang kemudian meredam amarah menjadi kesejukan di tenda sidang muktamar.

Penulis merasakan betul betapa aura panas karena tensi kepentingan yang meningkat seketika menjadi sejuk berkat getaran hati yang dipantulkan dalam pidato Gus Mus. Air mata menjadi penanda dalam Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33. Ke depan, semoga air mata Gus Mus menjadi yang terakhir dalam sejarah kepedihan organisasi ini. Karena, masih ada banyak program strategis yang perlu dikerjakan: kaderisasi, kemandirian organisasi, hingga diplomasi Islam Nusantara. Momentum satu abad Nahdlatul Ulama sudah menunggu di depan mata.

Di akhir segalanya, ke depan, duet KH Ma'ruf Amin dan KH Said Aqil Siroj-sebagai Rais Aam dan Ketua Umum PBNU-memikul tugas menuntaskan gegeran (perselisihan) menjadi ger-geran (canda tawa, harmoni) dalam seluruh dimensi warga nahdliyin. Semoga.

Berita terkait

KH Hasyim Asy'ari dan Pergulatan Berdirinya Nahdlatul Ulama

25 Juli 2022

KH Hasyim Asy'ari dan Pergulatan Berdirinya Nahdlatul Ulama

KH Hasyim Asy'ari meninggal pada bulan Ramadhan, tepat 25 Juli 2 tahun setelah kemerdekaan RI. Begini perjalanan spiritual pendirian Nahdlatul Ulama.

Baca Selengkapnya

Sempat Alot, Pleno Muktamar NU Tetapkan Mekanisme Pemilihan Ketum dan Rais Aam

23 Desember 2021

Sempat Alot, Pleno Muktamar NU Tetapkan Mekanisme Pemilihan Ketum dan Rais Aam

Muhammad Nuh, mengatakan sempat terjadi perdebatan alot terkait mekanisme pemilihan Ketua Umum PBNU dalam sidang pleno 1 Muktamar NU, Rabu malam

Baca Selengkapnya

Cegah Kerumunan, Nahdliyin Diminta Tonton Muktamar NU Secara Daring

12 Desember 2021

Cegah Kerumunan, Nahdliyin Diminta Tonton Muktamar NU Secara Daring

Ketua Panitia Pelaksana Muktamar NU ke-34, Imam Aziz, mengimbau dan mendorong seluruh warga NU agar tidak berbondong-bondong datang ke Lampung

Baca Selengkapnya

Gus Nadir Ingatkan Jadwal Muktamar NU Harus Diputuskan Secara Objektif

21 November 2021

Gus Nadir Ingatkan Jadwal Muktamar NU Harus Diputuskan Secara Objektif

Jadwal Muktamar NU akan digeser mengingat kebijakan pemerintah yang akan menerapkan PPKM level 3 memasuki libur Natal dan Tahun Baru.

Baca Selengkapnya

Panitia Minta PBNU Segera Putuskan Tanggal Pelaksanaan Muktamar NU

20 November 2021

Panitia Minta PBNU Segera Putuskan Tanggal Pelaksanaan Muktamar NU

Apapun keputusan yang diambil PBNU, panitia pusat, daerah maupun lokal tetap akan mematuhi kebijakan yang dikeluarkan.

Baca Selengkapnya

Yahya Staquf Ingin Ada Regenerasi di Kepengurusan PBNU

22 Oktober 2021

Yahya Staquf Ingin Ada Regenerasi di Kepengurusan PBNU

Yahya Staquf mengutarakan niatnya maju dalam pemilihan Ketua Umum PBNU pada Muktamar Ke-34 di Lampung.

Baca Selengkapnya

Muktamar PBNU: Beda Sikap Said Aqil dan Yahya Staquf soal Posisi Politik

17 Oktober 2021

Muktamar PBNU: Beda Sikap Said Aqil dan Yahya Staquf soal Posisi Politik

Said Aqil dan Yahya Staquf akan bersaing dalam perbetuan posisi Ketua Umum PBNU dalam muktamar pada Desember.

Baca Selengkapnya

Maju Calon Ketum PBNU, Yahya Staquf Mulai Bergerilya ke Pengurus Cabang

12 Oktober 2021

Maju Calon Ketum PBNU, Yahya Staquf Mulai Bergerilya ke Pengurus Cabang

Yahya Staquf, akan mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PBNU baru dalam Muktamar PBNU ke-34, yang akan digelar Desember 2021.

Baca Selengkapnya

Profil Yahya Staquf, Salah Satu Calon Ketua Umum PBNU

12 Oktober 2021

Profil Yahya Staquf, Salah Satu Calon Ketua Umum PBNU

Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Staquf mengumumkan maju sebagai calon ketua umum PBNU dalam Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34.

Baca Selengkapnya

Dinamika Jelang Muktamar NU Diharapkan Tak Sampai Saling Menjatuhkan

10 Oktober 2021

Dinamika Jelang Muktamar NU Diharapkan Tak Sampai Saling Menjatuhkan

JMM mengatakan dinamika dan kontestasi menjelang Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) adalah hal yang wajar.

Baca Selengkapnya