Putu Setia @mpujayaprema
Ada kesan tersisa dari mengikuti perayaan hari ulang tahun ke-70 Republik Indonesia di Istana Negara, walau cuma lewat siaran televisi. Bukan soal pasukan pengibar bendera atau Wakil Presiden Jusuf Kalla yang tak mengangkat tangan saat menghormati bendera. Apalagi soal Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak hadir, sementara Megawati hadir.
Yang berkesan adalah doa Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Alinea pertama setelah pembacaan ayat-ayat suci, masih umum. Mengucap syukur dan mengagungkan kemahakuasaan Sang Pencipta, doa "formal" di setiap agama. Tapi alinea kedua menukik ke masalah pokok yang dihadapi bangsa ini. "Berikanlah kami kedewasaan kehidupan berpolitik dan berdemokrasi. Mudahkanlah kami dalam bekerja dan menumbuhkan budaya kerja...." Itu cuplikannya.
Artinya, kehidupan politik kita diyakini belum dewasa. Partai politik dengan mudahnya bisa pecah hanya karena masalah sepele, berebut menjadi ketua umum. Bukan persoalan ideologis atau masalah program. Demokrasi kita masih coba-coba dan berpatokan pada kasus sesaat, bukan melihat ke depan. Dalam hal pemilihan kepala daerah, misalnya, calon independen dan persyaratan partai mengusung calon kepala daerah diperberat. Alasannya, calon menjadi tidak banyak sehingga masyarakat tidak bingung memilih. Tatkala kemudian calonnya justru tunggal, kehebohan terjadi. Bagaimana memilih kalau calonnya hanya satu?
"Mudahkanlah kami dalam bekerja dan menumbuhkan budaya kerja" adalah kritik khas setiap pelantun doa untuk menyatakan bahwa saat ini bekerja itu masih sulit, apalagi menumbuhkan budaya kerja. Orang bisa berkata (dan membaca): "Ayo kerja, kerja, dan kerja." Bagaimana petani bekerja kalau sawahnya kering? Musim lalu disalahkan, padahal sejak dulu April-Oktober adalah musim kemarau di Nusantara. Kalau saja irigasi mendapat perhatian pemerintah, mata air tidak mengering karena hutan yang dibabat. Air masih mengalir. Itu pun harus diprioritaskan untuk petani, bukan disalurkan ke hotel dan orang-orang kaya di kota. Orang kota itu harus dicarikan alternatif lain, misalnya, menyuling air laut. Ini sekadar contoh.
Sulit menumbuhkan budaya kerja saat kemewahan masih dipertontonkan, apalagi yang diperoleh dengan korupsi dan perbuatan terkutuk lain. Masyarakat tak lagi bodoh. Oke, disuruh kerja keras, tapi mereka melirik pejabat yang menyuruh itu. Apa mereka juga bekerja untuk rakyat? Masyarakat bertanya dalam diam, apa yang akan dikerjakan calon bupati itu setelah terpilih, kok berani membayar mahal ongkos politik yang begitu besar yang tak sebanding dengan gajinya selama lima tahun? Prasangka pun muncul, dan ini menggoyahkan budaya kerja yang sebenar-benarnya bekerja.
Alinea ketiga doa Menteri Agama adalah pernyataan yang umum, tapi menjadi beda jika disampaikan dalam upacara kenegaraan yang sakral. "...hindarkanlah bangsa dan negara kami dari marabahaya, fitnah antar-suku, agama, ras, dan antargolongan yang dapat memecah-belah kesatuan bangsa." Kita bisa merinding jika melihat kecenderungan di masyarakat yang masih mempermainkan "perbedaan" SARA dengan maksud memecah bangsa.
Tuhan tentu mendengar doa ini. Tapi, di atas segalanya, seharusnya kita sendiri-terutama para pemimpin-yang lebih dulu mendengarkannya dan mengamini, tidak dengan basa-basi. *
Berita terkait
6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?
12 Mei 2023
Para mahasiswa pada aksi unjuk rasa Mei 1998 menyuarakan 6 tuntutan dalam reformasi. Apakah hari ini sudah selesai?
Baca SelengkapnyaKesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual
8 April 2023
Presiden Saied menolak pemaksaan lebih jauh dari IMF karena bisa mengarah pada kemiskinan yang lebih lanjut di Tunisia.
Baca SelengkapnyaPeru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan
14 Desember 2022
Setidaknya tujuh orang tewas dalam unjuk rasa di Peru akhir pekan lalu saat aksi protes berubah menjadi kerusuhan.
Baca SelengkapnyaKrisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM
5 Agustus 2021
Menteri Luar Negeri RI secara terbuka menyebut isu Myanmar menjadi masalah yang paling banyak di bahas di pertemuan AMM
Baca SelengkapnyaNetanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel
18 Mei 2020
PM Netanyahu dan rival politik Benny Gantz membentuk koalisi pemerintahan baru bersatu untuk mengakhiri konflik politik berkepanjangan.
Baca SelengkapnyaKrisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?
13 Agustus 2018
Risiko sistemik dikhawatirkan akan mengakibatkan krisis Turki mempengaruhi IHSG.
Baca SelengkapnyaPerludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik
25 Maret 2018
Perludem pun menilai sistem politik yang ada di Indonesia tak ramah bagi anak muda sehingga mereka sulit terjun di dunia politik.
Baca SelengkapnyaJokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna
23 Mei 2017
Presiden Jokowi mengatakan, 6-8 bulan ini, energi dihabiskan untuk banyak hal tidak berguna, saling hujat, berdebat, dan membuat suhu politik memanas.
Baca SelengkapnyaSBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati
8 Februari 2017
SBY mengatakan pemerintah harus berhati-hati jika negara hanya menekankan aspek stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaAnalis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini
2 Februari 2017
Pertarungan Joko Widodo adalah kepada siapa saja yang berdiri di seberang kepentingan negara dan bangsa.
Baca Selengkapnya