Malcolm X

Penulis

Senin, 18 April 2011 00:00 WIB

PADA umur 39 tahun, ia ditembak mati di depan umum.

Sejak itu, Malcolm X hidup sebagai riwayat yang bermula dari sebuah masa, sebuah tempat, yang buas dan tak adil: Amerika Serikat tahun 1960-an, gema ngilu nyanyian Billie Holiday tentang mayat-mayat Negro yang tergantung bagai "buah yang ganjil" di pepohonan.

Tapi tak hanya itu. Malcolm X tak mati-mati bukan hanya karena hidupnya menanggungkan perbedaan antarmanusia yang penuh kekejaman. Ia juga cerita seseorang yang akhirnya tahu, kemanusiaan bukanlah sebuah penjara besar kebencian dengan sel-sel terpisah.

Ini tersirat kembali di sebuah buku hampir 600 halaman yang baru terbit, Malcolm X: A Life of Reinvention. Manning Marable, penulisnya, tak hanya membawakan kembali kisah sang tokoh yang keras dan kotor, tapi juga menyebut "humanismenya yang lembut".

Selintas, aneh juga kata "lembut" itu.

Advertising
Advertising

Malcolm lahir 19 Mei 1925. Ayahnya, Earl Little, meskipun bukan pendeta, seorang pengkhotbah Gereja Baptis di Omaha, Nebraska. Ia aktif dalam organisasi antar-orang hitam, Universal Negro Improvement Association.

Bagi mayoritas orang putih di tempat itu, suara Little mengganggu. Ketika Malcolm masih di kandungan ibunya, Desember 1924, orang-orang Ku Klux Klan datang mengancam. Keluarga itu mesti pindah dari Omaha atau mereka akan dihabisi. Maka mereka pun pindah. Rumah mereka dibakar. Earl Little kemudian tewas ketabrak trem. Ibu Malcolm, Louise, membesarkan anak-anaknya dengan susah payah. Perempuan ini jadi gila akhirnya.

Malcolm, dititipkan di rumah perawatan, masih bisa bersekolah. Ia murid yang cerdas. Tapi ia tak melanjutkan, setelah gurunya menasihati: ambisi jadi pengacara bukanlah "tujuan yang realistis bagi seorang Negro".

Anak ini pun pindah ke Boston, tapi kemudian mengembara. Pada tahun 1943, ia tinggal di Harlem, New York. Ia jadi germo, pengedar narkoba, pelacur bagi para pria, perampok. Tiga tahun kemudian ia kembali ke Boston, jadi pencuri yang menjarah rumah orang kulit putih. Ia tertangkap membawa senjata. Ia dihukum 10 tahun.

Di penjaralah sebuah kejadian menentukan: Malcolm jadi muslim, transformasi seorang anak muda yang pernah disebut "Setan" jadi orang yang percaya kepada Allah. Dalam riwayat Malcolm, Islam sebagai iman datang dan bisa mengubah perjalanan hidup seseorangdan pada gilirannya iman itu menemaninya berjalan, tak mandek, tak membeku.

Kita tahu Malcolm masuk Islam dengan kemarahan. Pengalaman hidupnya membuat amarahnya sesuatu yang sah. The Nation of Islam (NOI) di Chicago menarik hatinya. Komunitas ini, didirikan pada 1930 oleh Wallace Fard Muhammad, mengajarkan fragmen-fragmen theologi Islam yang agak kacau. Tapi bersama itu harga diri: orang hitam harus sopan, hidup sehat, dan berpakaian bersih dan patut.

Pada saat yang sama, NOI juga mengajarkan bahwa ras orang hitam adalah ras pertama yang membentuk manusiadan bahwa orang putih adalah "iblis". Tampak, ajaran kaum rasialis kulit putih dibalikkan jadi rasialisme kulit hitam. Dalam satu hal NOI sependirian dengan Ku Klux Klan: orang hitam harus memisahkan diri dari Amerika, sebab Amerika adalah Kristen dan putih. NOI menghendaki satu negeri tersendiri di bagian Selatan, sebagai perhentian sementara orang keturunan Afrika menjelang kembali ke benua asal nenek moyang yang dulu dipaksa-angkut sebagai budak.

Malcolm, yang sejak 1953 jadi juru dakwah utama NOI, pun mengubah namanya. Ia tak lagi memakai "Little". Ia memakai "X" untuk menandai asal-usul yang telah ditenggelamkan. Semua pertalian dengan Amerika dan yang lain (bagi NOI, "yang-lain" dalam fokus pandangan mereka adalah orang putih) harus dibuat patah arang. Manusia tak satu. Penindasan dan kebencian telah memecahnya.

Tapi kebencian juga punya rongga.

Maret 1964, Malcolm X memisahkan diri dari NOI. Ia berselisih dengan sang pemimpin, Elijah Muhammad, karena soal pribadi dan dalam siasat perjuangan. Dalam organisasi keyakinan yang militan, posisi pemimpin lazim jadi demikian luhur dan tak bisa digugat. NOI percaya bahwa sang pendiri adalah Imam Mahdi dan Elijah, yang melanjutkannya, muridnya yang spesial. Malcolm X tak mudah menerima bahwa privilese itu menjamin kebenaran. Juga kebenaran tentang masalah dasar seperti ras, manusia, dan pembebasannya.

Mungkin karena berangsur-angsur kebenaran dari Islam yang selama ini belum dikenalnya masuk ke dalam dirinya. Ia berubah. April 1964 ia berangkat ke Mekah. Selama upacara haji, ia saksikan ribuan manusia, berbeda asal dan warna kulit, berangkulan, dalam baju ihram putih-putih yang sama. Malcolm terpesona. Ia merasa seakan-akan "baru saja keluar dari sebuah penjara".

Di sekitar Ka'bah, kebencian yang memenjarakannya selama ini tampak tak punya dasar yang kekal. Tak bisa kedap. Apa sebenarnya "musuh"? Jika "ras" yang menjadikan sejarah manusia sebuah permusuhan, apa arti "ras"? Tidakkah itu wacana yangseperti wacana perbedaan laindikekalkan nafsu dan ketakutan manusia, diubah jadi alasan untuk saling menaklukkan, hingga dunia seperti sebuah kutukan?

Malcolm X pulang ke Amerika sebagai orang yang berubah. Kini namanya Malik El-Shabazz. Ia tetap yakin, Islam bekerja untuk keadilan. Namun itu berarti Islam mengakui apa yang universal dalam perjuangan itu: keadilan hanya berarti keadilan jika berlaku untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri.

Tapi mungkin dengan perubahan itu ia dianggap tak lagi "berpihak".

Pada 21 Februari 1965, ia ditembak. Tanpa dihalang-halangi FBI, orang-orang NOI yang menganggapnya berkhianat menghabisinya.

Tapi kita tahu Malcolm hidup terus. Yang mengatasi kebencian mengatasi juga kematian.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Sidang Syahrul Yasin Limpo, Eks Anak Buah Dicecar Soal Uang Tip ke Paspampres

3 menit lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, Eks Anak Buah Dicecar Soal Uang Tip ke Paspampres

JPU KPK mendakwa Syahrul Yasin Limpo dan komplotannya menerima uang dari pungutan di Kementan mencapai Rp 44,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Ganjar Resmi Bubarkan TPN: Saya Bangga dengan Perjuangan untuk Demokrasi Ini

4 menit lalu

Ganjar Resmi Bubarkan TPN: Saya Bangga dengan Perjuangan untuk Demokrasi Ini

Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud Md untuk Pilpres 2024 resmi bubar. Akhir dari tim kampanye mantan pasangan calon nomor urut tiga itu diumumkan oleh Ganjar dalam acara halalbihalal TPN di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat pada Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Arti Warna Lidah dan Masalah Kesehatan di Baliknya

8 menit lalu

Arti Warna Lidah dan Masalah Kesehatan di Baliknya

Tak hanya karena sisa warna makanan yang baru disantap, perubahan warna lidah juga bisa terkait penyakit, jadi waspadalah.

Baca Selengkapnya

Cerita Orang Tua Temani Anak Ikut UTBK SNBT di UPN Jakarta: Abadikan Momen dengan Foto

23 menit lalu

Cerita Orang Tua Temani Anak Ikut UTBK SNBT di UPN Jakarta: Abadikan Momen dengan Foto

Tak sedikit keluarga yang menemani peserta UTBK SNBT 2024 di UPN Jakarta.

Baca Selengkapnya

Surat Tilang Dikirim Via WhatsApp secara Nasional, Ini Kata Korlantas Polri

31 menit lalu

Surat Tilang Dikirim Via WhatsApp secara Nasional, Ini Kata Korlantas Polri

Setelah uji coba pengiriman notifikasi tilang via WhatsApp lolos asesmen Polda Metro Jaya, sistem ini akan diterapkan secara nasional.

Baca Selengkapnya

Profil Byun Baekhyun EXO, Anggota EXO dan Pemimpin Super M yang Menapaki 32 Tahun

35 menit lalu

Profil Byun Baekhyun EXO, Anggota EXO dan Pemimpin Super M yang Menapaki 32 Tahun

Byun Baekhyun EXO lahir pada 6 Mei 1992 di Bucheon, Korea Selatan. Ia populer sebagai vokalis utama grup EXO. Kini ia sedang memimpin SuperM.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

43 menit lalu

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) untuk meningkatkan edukasi politik bagi perempuan.

Baca Selengkapnya

PAN Punya 2 Alasan Akan Sodorkan Eko Patrio Jadi Kandidat Menteri Kabinet Prabowo

49 menit lalu

PAN Punya 2 Alasan Akan Sodorkan Eko Patrio Jadi Kandidat Menteri Kabinet Prabowo

Politikus PAN Eko Hendro Purnomo atau beken sebagai komedian Eko Patrio tengah disiapkan partainya untuk membantu kabinet Prabowo Subianto. Alasannya?

Baca Selengkapnya

Mengenal Metode TEVAR EVAR untuk Atasi Gangguan Pembuluh Darah Aorta

57 menit lalu

Mengenal Metode TEVAR EVAR untuk Atasi Gangguan Pembuluh Darah Aorta

Tak perlu operasi, berikut tindakan yang bisa diterapkan untuk mengatasi pembesaran aorta atau pembuluh darah utama.

Baca Selengkapnya

Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

1 jam lalu

Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

PHRI DIY merespon soal penetapan Bandara YIA sebagai bandara internasional satu-satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya