Kerja Sama Melawan Penyanderaan

Penulis

Kamis, 28 April 2016 00:36 WIB

Upaya Indonesia mengajak Filipina dan Malaysia bertemu pada 5 Mei mendatang membahas krisis penyanderaan merupakan langkah tepat. Bahkan hal ini semestinya dilakukan jauh hari sebelumnya. Krisis penyanderaan oleh kelompok Abu Sayyaf yang bermarkas di wilayah Filipina belum berakhir. Malaysia juga perlu diajak bicara karena warga mereka ikut jadi sandera.

Warga Indonesia menjadi korban dua kali aksi penyanderaan yang berlangsung dalam rentang waktu tak sampai sebulan. Total 14 warga Indonesia masih disandera sampai sekarang. Mereka adalah bagian dari korban asal berbagai negara yang sebelumnya sudah menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf dan afiliasinya. Kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan dari Filipina ini beroperasi di selatan negeri itu, termasuk di perairan perbatasan dengan Indonesia.

Keamanan wilayah, termasuk perairan, di sebelah timur Pulau Kalimantan ini memang rawan. Itu sebabnya, setelah terjadi penyanderaan, pemerintah Indonesia melarang kapal dan tongkang melewati perairan berbahaya tersebut, kecuali dengan kawalan Angkatan Laut Filipina. Larangan ini tidak tepat. Dengan langkah itu, pemerintah Indonesia seperti takut terhadap tekanan teroris.

Melarang kapal Indonesia-umumnya membawa batu bara-melintas juga merugikan secara ekonomi. Devisa dari sektor batu bara akan terganggu. Ada potensi kerugian sebesar US$ 10 juta (sekitar Rp 132 miliar) sebulan jika larangan ini berlangsung lama. Filipina pun ikut dirugikan. Pembangkit listrik mereka memerlukan batu bara.

Ketimbang melarang kapal-kapal dagang melintas, lebih baik dalam perundingan dengan Filipina dan Malaysia nanti Indonesia mengusulkan langkah lebih konkret. Upaya ini perlu karena, sebetulnya, selama ini Indonesia sudah menjalin kerja sama bilateral penjagaan perbatasan dengan Filipina. Kerja sama serupa dengan Malaysia untuk perairan Selat Malaka-juga rawan pembajakan-juga sudah ada.

Advertising
Advertising

Bahkan pada forum lebih tinggi, di tingkat ASEAN, kerja sama serupa sudah diteken. Masalahnya, perjanjian itu lebih banyak "di atas kertas". Ketika situasi krisis terjadi seperti sekarang, respons cepat sulit dilakukan. Inilah yang perlu diatasi.

Indonesia dan Filipina perlu merumuskan reaksi cepat apa yang bisa dilakukan tanpa harus mencederai kedaulatan masing-masing jika krisis terjadi. Dalam jangka pendek ini, paling tidak kedua negara bisa merumuskan operasi bersama pengamanan perbatasan dan pembebasan sandera.

Dalam jangka panjang, Indonesia, Filipina, dan Malaysia bisa merancang kerja sama keamanan yang lebih permanen. Kerja sama ini mesti sudah dibekali panduan konkret untuk menggerakkan operasi bersama. Jika perjanjian bisa dirumuskan dengan detail, saat terjadi krisis, masing-masing negara sudah tahu apa yang harus dilakukan. Tak perlu membiarkan proses penyanderaan berlarut-larut.

Berita terkait

Mampir ke Jakarta Tzuyu TWICE Bagi Makna Kecantikan hingga Pose di Jalur Evakuasi

4 menit lalu

Mampir ke Jakarta Tzuyu TWICE Bagi Makna Kecantikan hingga Pose di Jalur Evakuasi

Tzuyu membagikan beberapa momen saat di Jakarta

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

18 menit lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Piala Thomas 2024: Kunci Chou Tien Chen Kalahkan Viktor Axelsen dan Bawa Taiwan ke Semifinal

18 menit lalu

Piala Thomas 2024: Kunci Chou Tien Chen Kalahkan Viktor Axelsen dan Bawa Taiwan ke Semifinal

Taiwan akan menjadi lawan Indonesia pada babak semifinal Piala Thomas 2024. Chou Tien Chen mengalahkan Viktor Axelsen.

Baca Selengkapnya

Kelompok yang Rentan terhadap Cuaca Panas Berikut Dampaknya

28 menit lalu

Kelompok yang Rentan terhadap Cuaca Panas Berikut Dampaknya

Cuaca panas dapat berdampak lebih serius pada kesehatan orang-orang yang rentan, seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak karena dehidrasi.

Baca Selengkapnya

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

44 menit lalu

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Jokowi Soal Susunan Kabinet Prabowo: Kalau Enggak Diminta Saran tapi Ikut Nimbrung, Enggak Boleh

54 menit lalu

Jokowi Soal Susunan Kabinet Prabowo: Kalau Enggak Diminta Saran tapi Ikut Nimbrung, Enggak Boleh

Menurut Jokowi, berbagai masukan tentang susunan kabinet mendatang itu boleh diberikan jika Prabowo meminta.

Baca Selengkapnya

3 Faktor Penyebab Sindrom Anak Sulung Perempuan

1 jam lalu

3 Faktor Penyebab Sindrom Anak Sulung Perempuan

Fenomena beban emosional yang dipikul oleh anak perempuan tertua alias anak sulung perempuan di banyak keluarga, sejak mereka masih kecil.

Baca Selengkapnya

Insiden-insiden yang Menggerus Reputasi Boeing

1 jam lalu

Insiden-insiden yang Menggerus Reputasi Boeing

Banyak insiden yang menggerus reputasi Boeing sebagai produsen pesawat terkemuka di dunia, yang terakhir adalah kematian seorang pelapor.

Baca Selengkapnya

Piala Thomas 2024: Fajar / Daniel Puas Balas Dendam ke Korea Selatan dan Bawa Indonesia ke Semifinal

1 jam lalu

Piala Thomas 2024: Fajar / Daniel Puas Balas Dendam ke Korea Selatan dan Bawa Indonesia ke Semifinal

Fajar / Daniel menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Korea Selatan pada perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

1 jam lalu

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

Spesialis bedah saraf tak menganjurkan penderita nyeri punggung untuk melakukan berbagai aktivitas berikut beserta alasannya.

Baca Selengkapnya