Libya

Penulis

Senin, 5 September 2011 00:00 WIB

LIBYA, akhir Agustus 2011. Di wilayah Suq al-Juma, bagian tepi timur Tripoli, perang praktis selesai. Lebaran dirayakan dengan takbir di masjid-masjid dan anak-anak terus bermain sampai lewat tengah malam. Tiga hari yang lalu pasukan pemberontak menduduki wilayah ini, dan keadaan relatif rapi. Laporan Nicolas Pelham di The New York Review of Books pekan ini menyebut para sukarelawan yang siap memanen kurma dan tomat, menggantikan buruh Mesir yang sudah menyingkir. Seorang pekerja perminyakan yang jadi penjaga toko pangan yang dibuka terus selama pertempuran agar penduduk tetap bisa makan. Orang yang menggali sumur untuk menjaga suplai air, bensin yang didapatkan dan dibagikan gratis, sebuah masjid yang menampung bekas tahanan politik yang masih tampak pucat.

Akan demikian seterusnyakah Libya, setelah ribuan orang membebaskan diri dari otokrasi yang berkuasa bertahun-tahun? Selalu ada saat yang indah dalam tiap revolusi kemerdekaan: ketika banyak orang merasakan pertalian dengan para teman seperjuangan dan sepengharapan; ketika masa depan yang sedang ditegakkan adalah masa untuk berbagi; ketika liyan dan sesama bertemu kembalidan orang merasakan sesuatu yang universal pada manusia, meskipun yang universal itu tak dapat dirumuskan, meskipun mungkin sebenarnya mustahil, tapi, di saat seperti itu, memberi arti bagi sebuah perlawanan untuk kemerdekaan. Biarpun tak untuk selama-lamanya.

Tak untuk selama-lamanya; sampai kapan?

Perlawanan di Libya, seperti halnya di Tunisia, Mesir, Suriah, disebut "Musim Semi Arab". Kiasan ini di satu pihak mengandung citra kesegaran kembang yang muncul setelah tertimbun musim dingin. Di lain pihak, mengandung kesan umur pendek, tiga bulan. Setelah itu: musim panas. Di Timur Tengah, itu bisa berarti udara gerah dan terik yang memungkinkan api membasmi cepat dan luas. Kemudian musim gugur, the Fall.

Tak berarti keadaan ditakdirkan jadi buruk. Siklus musim bisa mengandung optimisme. Bahkan musim dingin yang lazim muram bisa juga mengandung janji. Tentu saja itu tergantung di posisi mana orang memandangnya. Dalam lakon Shakespeare Richard III musim dingin adalah harapan bagi Gloster yang berada dekat takhta. Ia adik Raja Edward IV yang berhasil melintasi perang dan menang. Ia di pihak yang memutuskan masa depan. "This is the winter of our discontent," katanya di awal lakon. Musim panas akan dibuat gemilang. Tanda kemenangan akan teruntai di alis. Lengan yang luka akan terjuntai ke monumen. Suara tegas tanda bahaya akan berubah jadi suara riang perjumpaan, dan langkah barisan yang gemuruh beringas akan jadi langkah gembira.

Advertising
Advertising

Now are our brows bound with victorious wreaths;
Our bruised arms hung up for monuments;
Our stern alarums chang'd to merry meetings,
Our dreadful marches to delightful measures.

Tapi kita belum tahu adakah "musim semi Arab" akhir dari sebuah masa yang suram. Kita belum tahu adakah barisan yang beringas itu akan berubah jadi gembira. Dan kita tak tahu akankah dari gegap-gempita optimisme muncul seorang Gloster yang jadi Richard III: bengis, culas, untuk berkuasa.

Yang kita tahu, pesimisme sudah terdengar. "Sungguh malang, musim panas Mesir 2011 akan diingat sebagai tanda akhir revolusi ketika potensi pembebasan dicekik."

Itu kesimpulan Slavoj iek di sebuah artikel di The London Review of Books. Adapun para pencekik, para penggali kubur, menurut pemikir Slovenia ini, adalah tentara dan kaum Islamis. Kalangan "liberal pro-Barat" Mesir lemah, dan bagi iek bukan di situ berhimpun "potensi pembebasan". Pelaku sejati revolusi Mesir adalah "kaum kiri sekuler yang baru muncul, yang telah mencoba membangun satu jaringan masyarakat madani dari serikat buruh sampai gerakan feminis".

iek tampaknya ingin mengatakan "kaum kiri sekuler" begitu mudah dicekik karena mereka tak membangun kekuatan politik yang terorganisasi. Mereka belum menjawab, tatanan baru apa yang seharusnya menggantikan tatanan lama setelah pemberontakan usai, ketika "gairah yang sublim dari saat pertama" sudah lewat.

iek menengok ke para demonstran di Madrid, kaum indignados, yang dari bermacam aliran memprotes keadaan ekonomi Spanyol. Mereka menolak kekuatan politik mana pun, kiri atau kanan. Tapi tak jelas kepada siapa mereka mempertaruhkan harapan perubahan.

Kelemahan fatal gerakan protes seperti ini, kata iek, adalah "menyatakan amarah yang sungguh-sungguh tanpa bisa mengubahnya jadi program yang tegas untuk perubahan sosial-politik". Mereka hanya "mengekspresikan semangat pemberontakan tanpa revolusi".

Agaknya iek hendak menganjurkan sesuatu yang mirip partai Leninis: "Diperlukan satu badan yang kuat yang mampu mencapai keputusan cepat dan menerapkannya dengan kekerasan yang perlu," tulis iek di akhir esainya.

Sebuah anjuran yang masuk akal. Tapi ada catatan.

Kini, seperti dulu, kekuatan yang dihadapi kaum "kiri sekuler" adalah kapitalisme. Tapi kapitalisme kini, kata iek, lebih berbahaya: "Dimensi global kapitalisme mewakili kebenaran tanpa makna." Kapitalisme tak perlu makna hidup, asal dan arahnya, tak peduli sangkan paraning dumadi dan apa konsekuensinya bagi sikap dan perbuatan.

Melawan keadaan itu berarti melawan ketiadaan makna. Pertanyaan besar yang harus dijawab gerakan "kiri sekuler" ialah bagaimana di abad ini ia menawarkan maknabukan teori revolusi semata, tapi makna yang tumbuh dari laku dan perjuangan sehari-hari. Mungkin seperti laku orang Suq al-Juma: dengan bersahaja mereka tumbuhkan kesetaraan dan kebebasan, antara sesama dan liyan.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Kapolri Diminta Usut Kematian Brigadir RA, Teman Merasa Ada yang Janggal, Teringat Kasus Ferdy Sambo

3 menit lalu

Kapolri Diminta Usut Kematian Brigadir RA, Teman Merasa Ada yang Janggal, Teringat Kasus Ferdy Sambo

Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RA menjadi perhatian. Sahabatnya teringat kasus kematian Brigadir J yang dibunuh Ferdy Sambo

Baca Selengkapnya

Kemenag Luncurkan Gerakan Senam Haji Jaga Ketahanan Fisik Jemaah

6 menit lalu

Kemenag Luncurkan Gerakan Senam Haji Jaga Ketahanan Fisik Jemaah

Gerakan Senam Haji dikemas untuk menjaga kebugaran dan ketahanan fisik jemaah.

Baca Selengkapnya

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

7 menit lalu

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia Dapat Dukungan Rp 23 Miliar dari Pengusaha, Erick Thohir: Sepak Bola Pemersatu Bangsa

25 menit lalu

Timnas Indonesia Dapat Dukungan Rp 23 Miliar dari Pengusaha, Erick Thohir: Sepak Bola Pemersatu Bangsa

Timnas Indonesia mendapat dukungan finansial Rp 23 miliar dari para pengusaha yang diinisiasi oleh Kadin Indonesia Komite Tiongkok (KIKT)

Baca Selengkapnya

Minta Parpol Pendukung Anies dan Ganjar Tak Gabung KIM, Pengamat: Hormati Suara Rakyat yang Tak Pilih Prabowo-Gibran

38 menit lalu

Minta Parpol Pendukung Anies dan Ganjar Tak Gabung KIM, Pengamat: Hormati Suara Rakyat yang Tak Pilih Prabowo-Gibran

Ray Rangkuti menyinggung partai non-koalisi KIM yang hendak bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Hal itu dianggap tidak menghormati rakyat

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca BMKG untuk Jabodetabek Hari Ini, Waspada Potensi Hujan di Mana?

47 menit lalu

Prediksi Cuaca BMKG untuk Jabodetabek Hari Ini, Waspada Potensi Hujan di Mana?

BMKG memprediksi seluruh wilayah Jakarta memiliki cuaca cerah berawan sepanjang pagi ini, Senin 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024: Giovanna Milana Menang Lagi, Bantu Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Gresik Petrokimia

50 menit lalu

Hasil Proliga 2024: Giovanna Milana Menang Lagi, Bantu Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Gresik Petrokimia

Tim bola voli putri Jakarta Pertamina Enduro memberi kekalahan kedua untuk Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia di Proliga 2024.

Baca Selengkapnya

Rilis Kajian soal Demokrasi Otoriter, BEM UI: Peringatan bagi Pemerintah, Hentikan Sikap Niretika dan Nepotisme

53 menit lalu

Rilis Kajian soal Demokrasi Otoriter, BEM UI: Peringatan bagi Pemerintah, Hentikan Sikap Niretika dan Nepotisme

Kajian BEM UI menyinggung penetapan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Gibran sebagai langkah menuju iklim demokrasi otoriter

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno dan Gibran Dijadwalkan Hadiri Solo Menari 2024, Masyarakat Antusias Ikuti Pre-event

54 menit lalu

Sandiaga Uno dan Gibran Dijadwalkan Hadiri Solo Menari 2024, Masyarakat Antusias Ikuti Pre-event

Solo Menari 2024 digelar di tiga tempat, Taman Sriwedari, Solo Safari, dan Balai Kota Solo. Rencananya akan dihadiri Sandiaga Uno dan Gibran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

1 jam lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya