Setelah Pembekuan PSSI Dicabut

Penulis

Rabu, 11 Mei 2016 22:41 WIB

Pemerintah akhirnya mencabut pembekuan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Keputusan tersebut patut disambut gembira. Namun ini baru langkah permulaan. Kerja besar menanti: melanjutkan reformasi total di tubuh PSSI, meningkatkan prestasi, dan membersihkan sepak bola kita dari mafia.

Pemerintah membekukan PSSI pada 17 April tahun lalu, setelah sepak bola kita tak kunjung bisa keluar dari "zaman kegelapan". Peringkat PSSI terus merosot, kala itu berada di urutan ke-159 dunia, tujuh peringkat di bawah Timor Leste. Penyebabnya memang tidak tunggal. Namun yang paling kentara adalah konflik kepengurusan yang tak berkesudahan, maraknya korupsi, dan mengakarnya mafia pengaturan skor hingga ke klub sepak bola.

Dengan "pencairan" ini, PSSI dituntut bisa memperbaiki diri. Sebab, bila pemerintah campur tangan, organisasi sepak bola dunia, FIFA, akan kembali menjatuhkan sanksi. Asalkan pengurus PSSI mengedepankan akal sehat dan mementingkan kemajuan sepak bola nasional ketimbang kepentingan pribadi, pengurus PSSI pasti sanggup mengemban amanat besar ini.

Upaya pertama bisa dimulai dengan menghilangkan semua masalah yang membuat pemerintah membekukan organisasi ini. PSSI bisa meniru reformasi ala FIFA, yakni memulai pembenahan organisasi dengan menggelar pemilihan presiden baru. Reformasi total PSSI juga bisa dimulai dengan mengganti Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti.

La Nyalla kini berstatus tersangka korupsi dan kabur ke luar negeri. Sebagai buron, ia bisa dianggap berhalangan. Menurut Statuta PSSI, bila ketua umum berhalangan, baik tetap maupun sementara, anggota bisa menggelar kongres luar biasa (KLB) untuk memilih ketua umum baru. Syaratnya, KLB itu dikehendaki oleh dua pertiga dari 108 anggota.

Advertising
Advertising

Jalan menuju KLB sesungguhnya sudah terlihat. Awal Mei lalu, perwakilan 85 anggota PSSI telah menyerahkan surat permintaan KLB kepada PSSI. Boleh saja PSSI menolak kehendak anggota, namun urusannya bisa kembali runyam karena anggota bisa menggelar kongres tanpa persetujuan PSSI. Akhirnya bukan tidak mungkin PSSI kembali masuk "zaman kegelapan". Bila hal ini terjadi, pemerintah bisa turun tangan lagi. Campur tangan pemerintah kemudian bisa membuat FIFA menjatuhkan sanksi. Begitu terus, seperti lingkaran setan.

PSSI semestinya menghindari kemungkinan buruk itu. Pengurus tidak boleh memakai PSSI sebagai alat untuk kepentingan pribadi. Karena itu, alih-alih menghalang-halangi keinginan anggota, PSSI lebih baik menyiapkan KLB dan memilih ketua umum baru yang mumpuni secara demokratis.

Selesai membenahi organisasi, PSSI bisa mulai menggulirkan kembali kompetisi dan mengerahkan seluruh energi untuk meningkatkan pamor sepak bola Indonesia di dunia. Dengan cara ini, pengorbanan para pemain, keluarganya, dan rakyat selama setahun PSSI dibekukan tidak akan sia-sia.

Berita terkait

PergiKuliner Festival Zaman Now Hadir di Cibubur Junction, Ini Daftar Tenantnya

26 detik lalu

PergiKuliner Festival Zaman Now Hadir di Cibubur Junction, Ini Daftar Tenantnya

PergiKuliner Festival Zaman Now juga menawarkan berbagai aktivitas dan promo menarik.

Baca Selengkapnya

Aryaduta Bali Menciptakan Pengalaman Revitalize & Rejoice untuk Kesehatan dan Kegembiraan

8 menit lalu

Aryaduta Bali Menciptakan Pengalaman Revitalize & Rejoice untuk Kesehatan dan Kegembiraan

Acara semacam ini merefleksikan komitmen Aryaduta Bali dalam mempromosikan kesehatan dan kebahagiaan di dalam komunitas.

Baca Selengkapnya

Berburu Bintang Setelah Menikmati Sunset Spektakuler di Gurun Pinnacles Perth

10 menit lalu

Berburu Bintang Setelah Menikmati Sunset Spektakuler di Gurun Pinnacles Perth

Kali ini Tempo mengajak berburu bintang atau stargazing di gurun Pinnacles, Perth, Australia Barat

Baca Selengkapnya

Pentingnya Suplemen Vitamin D Selama Masa Kehamilan

13 menit lalu

Pentingnya Suplemen Vitamin D Selama Masa Kehamilan

Vitamin D3 berperan penting dalam pembentukan tulang, gigi dan otot janin. Kekurangan vitamin D3 selama masa kehamilan akan menyulut beragam risiko.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

13 menit lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Sekjen PBB Serukan Dunia Cegah Israel Jalani Operasi Militer di Rafah

15 menit lalu

Sekjen PBB Serukan Dunia Cegah Israel Jalani Operasi Militer di Rafah

Sekjen PBB Antonio Guterres menyeru kepada "mereka yang memiliki pengaruh atas Israel" untuk mencegah jatuhnya korban sipil di Rafah

Baca Selengkapnya

PAN Tunggu Golkar soal Kepastian Sandingkan Ridwan Kamil-Zita Anjani

24 menit lalu

PAN Tunggu Golkar soal Kepastian Sandingkan Ridwan Kamil-Zita Anjani

PAN juga telah menyiapkan sejumlah alternatif nama apabila nantinya Golkar menginginkan nama lain. Ada Eko Patrio dan Lula Kamal.

Baca Selengkapnya

Gregoria Mariska Tunjung Ungkap Kunci Kemenangan Atas Akane Yamaguchi di Piala Uber 2024

36 menit lalu

Gregoria Mariska Tunjung Ungkap Kunci Kemenangan Atas Akane Yamaguchi di Piala Uber 2024

Kemenangan Gregoria Mariska Tunjung atas Akane Yamaguchi di Piala Uber 2024 ini menjadi yang kelima dari 19 pertemuan yang sudah mereka jalani.

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

40 menit lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Kecelakaan di Tol Cikampek, Avanza Terempas Puluhan Meter Sebelum Terbakar

41 menit lalu

Kecelakaan di Tol Cikampek, Avanza Terempas Puluhan Meter Sebelum Terbakar

Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman menyatakan jajarannya masih menyelidiki kecelakaan antara Toyota Avanza dan truk pikap di Tol Cikampek

Baca Selengkapnya