Langkah Gontai Komisi Kepolisian

Penulis

Selasa, 17 Mei 2016 00:12 WIB

Sudah lima tahun lebih Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) hadir di Indonesia, namun perannya belum juga "terdengar". Sebagai pembisik Presiden dan pengawas polisi, kinerja lembaga ini terasa kurang menonjol.

Selama ini publik melihat Kompolnas baru ribut bersuara menjelang pergantian Kepala Polri atau pejabat Polri. Tiap-tiap anggota seperti berlomba menggadang-gadang usulan nama. Setelah Kepala Polri terpilih, mereka kemudian diam atau "tidur panjang". Saat ada kebijakan-kebijakan di Kepolisian yang melenceng dan publik menuntut peran Kompolnas, mereka malah membisu. Contohnya, saat terjadi penangkapan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, yang dilakukan penyidik Badan Reserse Kriminal. Tindakan arogan kepolisian itu seharusnya disikapi oleh lembaga yang melakukan pengawasan, seperti Komisi Kepolisian Nasional.

Sejatinya, Kompolnas merupakan institusi di bawah presiden yang memberi masukan dan mengawasi kinerja Polri. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, disebutkan bahwa wewenang Kompolnas antara lain memberi saran dan pertimbangan kepada presiden dalam upaya mewujudkan Polri yang profesional dan mandiri. Lembaga ini lahir untuk mewakili semangat reformasi dan keinginan meningkatkan profesionalisme Polri. Jadi, sangat aneh bila Kompolnas malah kerap kali seolah mengamini perilaku Polri yang menyimpang dari undang-undang dan norma hukum yang berlaku.

Sayangnya, sebagai pengawas, Kompolnas tak benar-benar punya kekuasaan. Lembaga ini tak bisa menjatuhkan sanksi kepada pejabat Polri yang nakal. Mereka hanya bisa menyampaikan usulan kepada presiden. Inilah yang membuat Kompolnas sering diledek sebagai banci.

Kendati begitu, pengaruh lembaga ini bisa makin besar bila anggota-anggotanya berani melawan penyimpangan yang terjadi di Kepolisian. Presiden akan lebih mudah mengambil sikap bila mendapatkan masukan yang jujur dan sesuai dengan hati nurani rakyat. Kita amat butuh komisioner-komisioner yang lantang bersuara, seperti Adrianus Meliala yang berani mengkritik bahwa reserse menjadi mesin ATM pemimpin Polri. Akibatnya, Adrianus dilaporkan Badan Reserse Kriminal Polri.

Advertising
Advertising

Kepolisian seharusnya tak boleh alergi terhadap kritik dari Kompolnas. Kritik itu demi perbaikan Kepolisian. Kejadian seperti itu seharusnya tak boleh terulang.

Kinerja Kompolnas layak didukung. Di masa lalu, Kompolnas ibarat tukang pos. Lembaga itu hanya menerima aduan dari masyarakat atas kinerja Polri. Itu pun tak optimal. Surat-surat yang disampaikan ke Polri ihwal berbagai keluhan masyarakat kurang ditanggapi jajaran Polri. Pada 2015, Kompolnas menerima 1.493 aduan masyarakat, namun hanya 25 persen yang ditanggapi.

Karena itu, sebagai sebuah lembaga, Kompolnas juga perlu diperkuat sehingga memiliki wewenang yang lebih besar dalam mengawasi Polri. Tanpa penguatan peran dan kewenangan, komisi negara seperti Kompolnas menjadi sia-sia belaka.

Berita terkait

KA Lodaya Kini Gunakan Kereta Stainless Steel New Generation

6 menit lalu

KA Lodaya Kini Gunakan Kereta Stainless Steel New Generation

PT KAI Daop 2 Bandung mengoperasikan KA Lodaya relasi Bandung-Solo Balapan dengan Kereta Eksekutif dan Kereta Ekonomi Stainless Steel New Generation.

Baca Selengkapnya

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

6 menit lalu

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

Arab Saudi mewajibkan jemaah calon haji memenuhi kriteria vaksinasi dan mendapatkan izin resmi.

Baca Selengkapnya

Mau Menginap di Rumah Terbang Film Up atau Museum di Paris? Airbnb Rilis 11 Rumah Icon

9 menit lalu

Mau Menginap di Rumah Terbang Film Up atau Museum di Paris? Airbnb Rilis 11 Rumah Icon

Airbnb mengumumkan 11 ikon yang dibuat ulang dari beberapa adegan paling populer dalam budaya pop.

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Pileg, PPP Sebut Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Tiga Dapil Sumut

12 menit lalu

Sidang Sengketa Pileg, PPP Sebut Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Tiga Dapil Sumut

PPP mengklaim adanya ribuan perpindahan suara ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III.

Baca Selengkapnya

Gunakan Baju Warna Berikut untuk Mengatasi Cuaca Panas

17 menit lalu

Gunakan Baju Warna Berikut untuk Mengatasi Cuaca Panas

Warna putih adalah warna pakaian yang cocok digunakan di cuaca panas. Sebab, warna putih membuat tubuh tetap sejuk dan dapat mencegah suhu udara panas tinggi masuk di tubuh dengan lebih banyak.

Baca Selengkapnya

Tim Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Bubar, Kilas Balik Gunakan Istilah Timnas AMIN

17 menit lalu

Tim Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Bubar, Kilas Balik Gunakan Istilah Timnas AMIN

Timnas Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) dibubarkan pada 30 April 2024. Kilas balik pembentukan dan siapa tokoh-tokohnya?

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

24 menit lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Urban Forest Cipete: Jam Buka, Lokasi, dan Daya Tariknya

28 menit lalu

Urban Forest Cipete: Jam Buka, Lokasi, dan Daya Tariknya

Bagi Anda yang ingin healing atau sekadar duduk menikmati ruang terbuka di area Jakarta bisa datang ke Urban Forest Cipete. Ini rute dan jam bukanya.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

30 menit lalu

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

Yusri juga berharap, TNI dan Polri memiliki frekuensi yang sama dalam mengatasi berbagai permasalahan itu.

Baca Selengkapnya

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

31 menit lalu

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

Paparan parfum pada kulit bayi bisa menyebabkan iritasi bahkan infeksi pernapasan.

Baca Selengkapnya