OWS

Penulis

Senin, 24 Oktober 2011 00:00 WIB

Kapitalisme yang penuh gairah, kapitalisme yang mapanagaknya itulah yang semula hendak ditampakkan di Taman Zuccotti. Di tengah area seluas 3.000 meter persegi di Distrik Finansial New York itu ada dua buah patung. Yang satu konstruksi merah yang menjulang: Joie de Vivre karya Mark di Suvero; yang lain sebuah pahatan perunggu melukiskan seorang pebisnis yang duduk tenang.

Hari-hari ini tentu saja tak seorang pun mempedulikan keduanya. Sejak tiga pekan lalu taman itu dipadati sekitar 2.000 pemrotes yang mendatangi wilayah itu untuk menggebrak kekuasaan modal: "Occupy Wall Street!". Taman Zuccotti jadi statemen: tak ada joie de vivre dalam kapitalisme, mantap ataupun krisis.

Amerika Serikat, di mana "kapitalisme" bukan kata yang tercela, sedang oleng. Indeks kepercayaan konsumen jatuh ke titik yang belum pernah terjadi selama seperempat abad lebih. Jumlah orang yang punya pekerjaan makin sedikit, dan tentu saja juga pendapatan rata-rata. Di tengah kegalauan itu makin tampak angka-angka yang menimbulkan marah. Statistik resmi pekan lalu menunjukkan, secara kolektif perolehan yang diterima 99% pekerja turun, sementara upah mereka yang berpenghasilan satu juta dolar setahun (hanya sekitar 94 ribu orang) naik sampai 22% dibanding tahun 2009.

Ketimpangan itu bukan hal baru. Tiga tahun yang lalu Lehman Brothers bangkrut. Pasar modal dunia guncang, ribuan orang kehilangan uang, dan kepercayaan kepada industri perbankan guyah: sebuah krisis paling gawat konon selama 80 tahun. Tapi diketahui bahwa CEO perusahaan investasi itu, Richard Fuld, hidup dengan gaji dan kompensasi yang royal (lebih dari US$ 500 juta)jumlah yang begitu tak pantas yang ia coba sembunyikan.

The Love of Money (judul film dokumenter BBC tentang bangkrutnya Lehman Brothers), akhirnya itulah yang bisa dikatakan tentang zaman ini, ketika "finansialisasi" menyibukkan kapitalisme: bukan lagi berputar di pabrik dan bangunan, tapi di bursa saham, di pertukaran valuta, di permainan bunga dan segala hal yang cair, dan ketika euforia untuk berspekulasi ("speculative excitement", kata Keynes) membubung. Pada saat yang sama, lembaga-lembaga keuangan makin hanya dimiliki segelintir perusahaan.

Advertising
Advertising

Walhasil, ini keasyikan yang bukan bagian hidup orang ramai, meskipun risikonya mengorbankan orang ramai. Bahkan, seperti terbukti dari krisis 2008 dan krisis 2011, risiko itu mengenai jutaan manusia di seluruh dunia.

Dengan kata lain, orang ramai adalah multitude yang terasing. Maka atas nama orang ramai Taman Zuccotti diduduki. Sebuah manifesto disusun. "Ya basta! Aqu el pueblo manda y el gobierno obedece!" 'Cukup! Di sini rakyat memberi titah dan lembaga-lembaga global tunduk!' Mereka menirukan seruan perlawanan kaum Zapatista di Chiapas, Meksiko.

Tentu saja mereka juga mencoba menirukan orang ramai yang berkumpul di Lapangan Tahrir, Kairo, untuk melawan kediktatoran Mubarak dan "para amarah" yang memprotes keadaan ekonomi di Puerta del Sol, Madrid. "Let us globalise Tahrir Square! Let us globalise Puerta del Sol!" kata mereka.

Ya, mereka secara militan menyerukan keadilantapi mereka terbuka seperti Taman Zuccotti. Mereka tak hendak membentuk sebuah himpunan yang intensional, yang menentukan prasyarat bagi orang-orang yang bisa dimasukkan ke dalam himpunan itu. Mereka pasti ingat deklarasi gerilyawan Zapatista yang bangkit sejak 1994. Bendera revolusi yang dikibarkan di Chiapas itu adalah bendera bagi semua kecenderungan, "pikiran yang paling berbeda-beda, jalan perjuangan yang berlain-lainan, tapi hanya dengan satu kerinduan dan satu tujuan: kemerdekaan, demokrasi, keadilan".

Di Taman Zuccotti, "yang berbeda-beda" juga disambut, dengan hasrat untuk sesuatu yang terasa jelas tapi belum terkatakan. Mereka hadir tanpa hierarki, tanpa klasifikasi, tanpa program. Hanya ada yang disebut "majelis umum" yang berembuk untuk memutuskan langkah yang akan diambil atau statemen yang akan diutarakan.

Maka yang berlangsung adalah sejenis anarkisme yang menampik struktur tanpa mesiu dan tinjuyang justru membuat mereka, seperti kaum Zapatista, mendapatkan simpati yang luas. Gema "Occupy Wall Street" dengan cepat bergaung di seluruh dunia: terhadap kapitalisme global, lahir internasionalisme baru. Gerakan "OWS" muncul bahkan sampai ke Jakarta.

Tapi memang belum ada tanda bahwa kapitalisme yang sedang oleng kini akan jadi roboh. Ia masih bisa menyedot apa saja dan membuat lupa. Beberapa tahun setelah kaum Zapatista bergerak, dengan pemimpin dan juru bicaranya yang misterius dan memikat, Subcomandante Marcos, dunia tak lagi terkejut tapi terpukau. Maka ke Chiapas datang "turisme revolusioner". Mula-mula orang-orang jauh itu ke sana sebagai dukungan kepada perjuangan, atau membantu penduduk miskin di pedusunan. Kemudian kaum Zapatista sendiri mengundang siapa saja untuk berkunjung. Tentu saja dengan biaya tertentu. Di San Cristbal ada papan iklan: "Kunjungilah Oventic dan San Andres, jantung Zapatistas".

Iklan mungkin juga akan muncul tentang Taman Zuccotti: sebuah obyek wisata baru. Tak akan mengejutkan bila popularitas "OWS" akan memudahkan simbol gerakan itu jadi komoditassebagaimana wajah Che Guevara jadi desain T-shirt. Memang ajaib dan menjengkelkan bahwa dalam sakitnya kapitalisme sanggup membius orang seraya menyebarkan sinisme: semua bisa dan mau diperdagangkan, juga protes terhadap ketidakadilan.

Kecuali jika kita mengentak "tidak" sepenuhnya.

Tapi tampaknya Taman Zuccotti, didirikan oleh sebuah perusahaan baja dan dimiliki sebuah perusahaan properti, bukan untuk revolusi.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

16 detik lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Mengenal Serikat Pekerja Kampus: Pejuang Tercapainya Fungsi Pendidikan

2 menit lalu

Mengenal Serikat Pekerja Kampus: Pejuang Tercapainya Fungsi Pendidikan

SPK adalah serikat pekerja kampus mewadahi pekerja di bidang atau sektor pendidikan tinggi dengan meningkatkan kesejahteraan seluruh pekerja di kampus

Baca Selengkapnya

Jang Ki Yong Comeback Setelah Wamil, Jadi Ayah dalam The Atypical Family

4 menit lalu

Jang Ki Yong Comeback Setelah Wamil, Jadi Ayah dalam The Atypical Family

Drama terbaru Jang Ki Yong setelah wamil The Atypical Family akan tayang Sabtu-Minggu mulai 4 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Kontroversi Larangan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Awal Kasusnya

5 menit lalu

Kontroversi Larangan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Awal Kasusnya

Begini awal kasus munculnya larangan terhadap warung Madura untuk buka 24 jam.

Baca Selengkapnya

Ancaman dari Erupsi Gunung Ruang, 2 Desa Akan Dikosongkan Permanen

5 menit lalu

Ancaman dari Erupsi Gunung Ruang, 2 Desa Akan Dikosongkan Permanen

Sebanyak dua desa di Gunung Ruang di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, bakal dikosongkan.

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Pileg di MK: Ribuan Suara PPP dan PDIP Diklaim Berpindah ke Partai Lain

7 menit lalu

Sidang Sengketa Pileg di MK: Ribuan Suara PPP dan PDIP Diklaim Berpindah ke Partai Lain

PDIP dan PPP mengklaim ribuan suara pindah ke partai lain dalam sidang sengketa Pileg di MK hari ini.

Baca Selengkapnya

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

9 menit lalu

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

Berikut tiga tips yang dapat membantu mengurangi risiko kebakaran rumah dari dampak musim kemarau.

Baca Selengkapnya

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

11 menit lalu

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.

Baca Selengkapnya

6 Fakta Pembunuhan Wanita Asal Bandung dalam Koper, Pelaku Butuh Uang Buat Nikah

16 menit lalu

6 Fakta Pembunuhan Wanita Asal Bandung dalam Koper, Pelaku Butuh Uang Buat Nikah

Fakta-fakta penemuan mayat wanita asal Bandung dalam koper yang menjadi korban pembunuhan rekan kerjanya.

Baca Selengkapnya

12 Nama Daftar Pilkada Solo Lewat PDIP, dari Kader Partai hingga Pedagang Baut

18 menit lalu

12 Nama Daftar Pilkada Solo Lewat PDIP, dari Kader Partai hingga Pedagang Baut

PDIP telah membuka pendaftaran dan penyaringan bakal calon wali kota dan wakil wali kota Solo. Sebanyak 12 orang telah mendaftar.

Baca Selengkapnya