Kerja

Penulis

Sabtu, 7 Januari 2012 23:44 WIB

Putu Setia

Kerja. Kerja. Kerja. Baca tiga kali, tapi tak perlu setiap hari, nanti dikira obat asma. Kalau hanya dibaca sekali, kata ini terasa hambar, tanpa ada penekanan. Dahlan Iskan, ketika masih menjabat Direktur Utama PT PLN, menggunakan kata yang diulang tiga kali itu untuk memberi semangat "bekerja habis-habisan" kepada anak buahnya. Wajah perusahaan setrum negara itu pun segera berubah. Program sejuta sambungan baru, listrik prabayar, dan meminimalkan byar-pet, yang tadinya seperti mustahil dilaksanakan, tiba-tiba di ada depan mata. Dulu minta tambahan daya menunggu seminggu, sekarang bisa telepon tengah malam ke call center PLN.

Slogan "kerja, kerja, kerja" dibawa Dahlan ke kantornya yang baru sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara. Bukan cuma di bibir, tapi dilaksanakan. Kerja Direksi BUMN dimaksimalkan, Komisaris BUMN diberi wewenang lebih. Staf khusus dan staf ahli dihapus, kata Dahlan, bukankah yang paling khusus dan paling ahli itu direktur utama? Artinya, direksi dan komisaris BUMN bukan lagi merupakan "jabatan titipan" atau "jabatan hadiah". Kesan ini sudah lama ada, pejabat tinggi yang pensiun diberi jabatan komisaris di BUMN, padahal dia tak mengerti masalah di sana.

Bagi saya, tak ada yang baru dari ucapan Dahlan soal "kerja, kerja, kerja" itu. Pada pertengahan 1978, Dahlan pindah dari Samarinda ke Surabaya, dan saya pindah dari Denpasar ke Yogyakarta. Majalah Tempo bertekad membangun organisasi dengan manajemen modern. Dahlan dengan stafnya memulai dari kamar 3 x 3 meter. Di sana tergeletak mesin ketik, koran, termos, juga kasur. Di Yogya juga sama. Kalau kami saling berkunjung, obrolan pasti ramai, tapi selalu berhenti dengan teriakan: kerja, kerja, kerja.

Dahlan kini jadi orang sukses, kaya, dan terkenal. Saya jauh dari sukses, tidak kaya, dan sama sekali tak terkenal. Tapi saya bangga Dahlan masih tetap asyik naik kereta api kelas rakyat, seperti 30 tahun lalu kalau kami ke Jakarta. Asalkan jangan sering-sering, karena Dahlan sekarang menteri, nanti terbuka kesan: "Dahlan mencari popularitas murahan". Maklum, banyak politikus yang punya hobi iri.

Indonesia, yang kini terpuruk, sebenarnya bisa bangkit dengan konsep sederhana itu: kerja, kerja, kerja. Kerja yang sesuai dengan bidangnya, bukan ngerjain orang lain supaya orang itu terjungkal. Lalu hormati apa hasil kerja itu. Misalnya, tugas Dewan Perwakilan Rakyat mengawasi, lalu mereka menemukan kejanggalan dalam kasus Bank Century, sehingga mereka yakin ada korupsi di sana. Adapun Badan Pemeriksa Keuangan, yang melakukan audit, tak menemukan kejanggalan. Maka hormati kerja BPK, bukan melecehkan dan meminta auditor internasional. Kalau nanti Komisi Pemberantasan Korupsi, misalnya, tak menemukan juga unsur korupsi dalam kasus ini, apakah DPR meminta turun tangan KPK internasional? Jangan memaksakan hasil kerja sebuah lembaga berdasarkan apa yang diduga lembaga lain.

Advertising
Advertising

Dahlan menghormati hasil kerja keras orang lain. Sepatu kets, baju lengan panjang yang digulung, serta cara bicara dan berjalannya tetap seperti Dahlan Iskan yang lalu. Indonesia membutuhkan orang-orang apa adanya seperti ini, bukan "manusia sandiwara", yang setelah jadi pejabat lalu mematut-matutkan dirinya: harus ada sopir, ada ajudan, ada pelayan, kapan harus tersenyum, dan bagaimana melangkahkan kaki. Presiden Amerika Serikat Barack Obama, ketika turun dari pesawat sendirian tanpa istri, berlari kecil. Ia berjalan, berpidato, dan ngobrol dengan sikap biasa saja. Pejabat kita, waduh, penuh basa-basi feodalisme. Berjalan menghitung langkah, pidato memakai teks, pantas saja Dahlan gerah ketika tahu ada Direksi BUMN yang punya "staf khusus membuat pidato".

Berita terkait

Taman Doa Our Lady of Akita PIK 2 Resmi Dioperasikan, Jadi Destinasi Wisata Rohani

4 menit lalu

Taman Doa Our Lady of Akita PIK 2 Resmi Dioperasikan, Jadi Destinasi Wisata Rohani

Taman doa yang berlokasi di Kawasan Osaka PIK 2 yang menjadi destinasi wisata rohani ini di desain sama persis dengan gereja aslinya di Akita, Jepang.

Baca Selengkapnya

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

6 menit lalu

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

Festival Hakata Dontaku adalah festival kesenian dan budaya terbesar di Fukuoka Jepang. Indonesia menampilkan angklung, tari Bali, dan tari Saman

Baca Selengkapnya

Gagal Sumbang Poin di Final Piala Thomas 2024, Anthony Sinisuka Ginting Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

15 menit lalu

Gagal Sumbang Poin di Final Piala Thomas 2024, Anthony Sinisuka Ginting Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

Anthony Sinisuka Ginting mengungkapkan penyebab kekalahannya atas Shi Yu Qi di final Piala Thomas 2024 saat Indonesia menghadapi Cina.

Baca Selengkapnya

Pelaksanaan UTBK 2024 di Universitas Jambi Diikuti 9.412 Peserta

27 menit lalu

Pelaksanaan UTBK 2024 di Universitas Jambi Diikuti 9.412 Peserta

Universitas Jambi atau Unja menyediakan fasilitas ujian untuk UTBK sebanyak 16 laboratorium dan dilaksanakan dalam dua sesi setiap harinya.

Baca Selengkapnya

Kementerian Perhubungan Klaim Keselamatan Pelayaran Indonesia Diakui Dunia

39 menit lalu

Kementerian Perhubungan Klaim Keselamatan Pelayaran Indonesia Diakui Dunia

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengklaim bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran kapal Indonesia telah diakui dunia internasional.

Baca Selengkapnya

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

51 menit lalu

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas kepatuhan dan peran aktif mitra Ditjen PKRL dalam penyelenggaraan KKPRL sekaligus sebagai wujud nyata dukungan terhadap keberlanjutan pemanfaatan ruang laut.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

52 menit lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

Anthony Sinisuka Ginting tak mampu berbuat banyak dalam laga perdana final Piala Thomas 2024 melawan tunggal pertama Cina, Shi Yu Qi.

Baca Selengkapnya

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

59 menit lalu

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

Kejati Bali membuka peluang berkoordinasi dengan Majelis Desa Adat Bali usai menetapkan Bendesa Adat Berawa sebatersangka pemerasan investor.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

1 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Asing Vietnam di Laut Natuna, Nakhoda: Ikan di RI Masih Banyak

1 jam lalu

KKP Tangkap Kapal Asing Vietnam di Laut Natuna, Nakhoda: Ikan di RI Masih Banyak

Kapal asing Vietnam ditangkap di Laut Natuna. Mengeruk ikan-ikan kecil untuk produksi saus kecap ikan.

Baca Selengkapnya