Lompatan

Penulis

Senin, 23 Januari 2012 00:00 WIB

Kaum revolusioner sering menganggap waktu sebagai musuh. Juga di negeri yang ribuan tahun umurnya: Cina.

Mungkin itu sebabnya Mao Zhe-dong memerintahkan agar Kong Hu-cu tak diikuti. Sang Guru purba pernah mengatakan bahwa berlaku pelan bukanlah sesuatu yang salah, asal kita tak berhenti melakukan kerja. Tapi bagi pemimpin besar Revolusi Cina, Mao, pelan sama artinya dengan 'anti kiri'. Di tahun 1957, Mao memperkenalkan istilah yuejin atau 'lompatan', menggantikan semboyan maojin, 'bergegas ke depan'.

Antara 1957-58 Mao membuat ancang-ancang untuk menyamai kemajuan Inggris selama 15 tahun -- kemudian dipersingkat jadi tujuh tahun, dan kemudian lebih cepat lagi: tiga tahun. Ia mengecam mereka yang menentang gagasannya untuk menggerakkan industrialisasi Cina dengan cara melompat, memotong waktu. Baginya, ketinggalan dari dunia kapitalis harus cepat ditebus.

Tak ada yang berani membantahnya. Dalam catatan di buku Judith Saphiro, Mao's War Against Nature, salah seorang tokoh partai, Chen Boda, kemudian dengan bangga mengatakan: di Cina, 'satu hari sama dengan 20 tahun'.

Dan waktu pun diringkus. Menjelang akhir 1958, ada 90 juta rakyat bekerja membuat 'tanur' di pekarangan: melumerkan apa saja yang dari besi untuk diproses jadi baja. Selama kerja berjam-jam itu, tanah pertanian terabaikan. Kelelahan jadi epidemi. Kita melihat gejalanya tergambar dalam film Zhang Yimou, Huozhe (produksi 1994): seorang anak kecapekan, jatuh tertidur dan disembunyikan ayahnya di balik sebuah dinding. Kepala Distrik yang juga dalam keadaan lelah memundurkan mobilnya, menabrak dinding itu - dan di anak tewas.

Sejarah kemudian mencatat,'lompatan besar' itu bukan hanya gagal. Ekologi terganggu sampai gawat karena pepohonan, bahkan burung-burung, harus dikorbankan. Yang lebih buruk: kerja pertanian terlantar, pangan segera habis, dan kelaparan pun merebak meluas. Jutaan orang mati.

Advertising
Advertising

Cina jera. Di mulai tahun 1978, setelah Mao tak ada lagi, Partai Komunis Cina memulai G?ige k?ifng, 'Reformasi dan Keterbukaan', sebuah kebijakan yang digariskan Deng Xiao-p'ing, orang yang dulu disingkirkan Mao karena dituduh memilih 'jalan kapitalis'.

Ironisnya, bayang-bayang Mao berlanjut: Cina tampak kembali dalam yuejin. Bentangan waktu seakan-akan dianggap sesuatu yang tak relevan. Dalam periode tiga dasawarsa, sejak 1978 sampai 2010, ekonomi Cina tiap tahun tumbuh 9,5%. Dengan segera ia jadi perekonomian terkuat nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat. Cita-cita Mao buat menyamai Inggris tercapai, bahkan lebih dari itu.

Tentu, pada mulanya bukanlah kecepatan. Dalam Prisoner of the State, memoir rahasia Zhou Ziyang -- perdana menteri Cina yang dicopot dan ditahan karena menolak untuk menggunakan kekerasan terhadap demonstrasi mahasiswa di Tian An Men, tapi juga orang yang mendukung garis Deng dalam Reformasi -- kita dapat melihat bahwa pada mulanya adalah pragmatisme: jalan baru itu diambil 'setelah pengalaman praktis', dan 'setelah rangkaian panjang maju-mundur'. Mungkin itu sebabnya seorang tokoh Partai merumuskan langkah baru itu sebagai 'berjalan menyeberangi sungai dengan kaki meraba batu'.

Dan berbeda dari 'lompatan besar' Mao, yeujin baru ini bermula kecil-kecil, dari bawah.

Di dusun Xiaogang di Propinsi Anhui Timur, seorang pemuda berumur 18 tahun, Yan Hongchang, membuat perjanjian rahasia dengan 18 petani: tanah komunal dusun itu dibagi jadi porsi individual. Mula-mula ketakutan karena akan dituduh 'kontrarevolusioner', Yan tak menyangka bahwa pemerintahan semasa Deng mendukungnya -- dan menjadikannya model ke seluruh Cina. Pertanian tak lagi kolektif. Hasrat mendapatkan laba ditumbuhkan. Semboyan 'Jadi kaya itu jaya', zhf gu?ngrng, bergema di mana-mana.

Tapi pada saat yang sama, 'jadi kaya' dengan 'lompatan besar' juga jadi semacam tekad di mana-mana. Yang terjadi di Cina adalah waktu yang kembali dilawan. Dulu oleh revolusi, kini oleh sesuatu yang seakan-akan menyimpang dari revolusi, tapi sebenarnya merupakan versinya yang lain: agenda kemajuan.

Yang sering terlupa, seperti halnya revolusi, kemajuan tak berlangung hanya dengan desain, tapi juga dengan sedimentasi sejarah. Baik 'Lompatan Besar' Mao maupun yang terjadi di Cina sekarang tak bisa melepaskan diri dari waktu -- dalam arti: waktu yang berwujud sebagai endapan masa lalu, bersama impian buruk dan baiknya. Kemajuan yang hanya berupa lompatan besar yang menampik sedimentasi itu akan melahirkan Ordos.

Ordos, khususnya kota baru Kangbashi, adalah sebuah desain di tengah gurun. Terletak di Mongolia Dalam, salah satu wilayah terkaya di Cina, desain itu diwakili dengan megah di sebuah layar besar menampilkan animasi 3 Dimensi yang menggambarkan bagaimana lengkapnya nanti kompleks hunian dan perdagangan di area seluas 30 km persegi itu. Puluhan ribu rumah dan beberapa lusin bangunan mentereng didirikan menyesuaikan dengan itu -- tapi praktis kosong, selama lima tahun.

Kota megah tanpa penghuni ini disebut sebagai 'kota hantu modern', banyak terdapat di Cina kini. Ketika jutaan orang masih tak mampu menjangkau harga yang tinggi, ada 64 juta apartemen yang berdiri dan praktis tak ada yang mendiaminya.

Para perancang pembangunan Cina tampaknya kembali mengumandangkan semboyan Mao,Duo, Kuai, Hao, Sheng ['Lebih besar, Lebih Cepat, Lebih baik, Lebih hemat'), dengan tekanan pada 'cepat' dan 'besar'. Mereka mampu menumbuhkan ekonomi dengan mengesankan, tapi mereka tak begitu mampu mengenal -- dengan mekanisme pasar atau dengan campur tangan Negara -- bahwa ruang terlibat erat dengan waktu.

Maksud saya, sehari-hari kita berjalan kaki dekat ke bumi, karena sejarah tak terbang dari ujung awan.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

5 Fakta Menjelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

12 menit lalu

5 Fakta Menjelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Duel timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 akan digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Senin, 29 April.

Baca Selengkapnya

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

1 jam lalu

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

BMKG memperbarui informasi gempa yang mengguncang kuat dari laut selatan Pulau Jawa pada Kamis menjelang tengah malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Ditekuk Newcastle, Sheffield Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

1 jam lalu

Hasil Liga Inggris: Ditekuk Newcastle, Sheffield Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

Sheffield United dipastikan menjadi tim pertama yang terdegradasi dari Liga Inggris (Premier League) musim 2023/24.

Baca Selengkapnya

Real Madrid di Ambang Juara Liga Spanyol, Carlo Ancelotti Segera Lewati Catatan Prestasi Zinedine Zidane

1 jam lalu

Real Madrid di Ambang Juara Liga Spanyol, Carlo Ancelotti Segera Lewati Catatan Prestasi Zinedine Zidane

Real Madrid selangkah lagi menjadi juara Liga Spanyol 2023-2024. Pelatih Carlo Ancelotti segera bisa melewati catatan prestasi Zinedine Zidane.

Baca Selengkapnya

Jelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Pelatih Timur Kapadze Analisis Skuad Garuda

1 jam lalu

Jelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Pelatih Timur Kapadze Analisis Skuad Garuda

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 akan digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, pada Senin malam WIB.

Baca Selengkapnya

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

1 jam lalu

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

Pakar Komunikasi Digital bagikan tips agar masyarakat tidak tertipu oleh konten rekayasa teknologi artificial intelligence (AI) saat belanja online

Baca Selengkapnya

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

1 jam lalu

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

Berikut data dan penjelasan dari BMKG tentang sebaran dampak gempa itu dan pemicunya.

Baca Selengkapnya

Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

2 jam lalu

Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

Nicholas Saputra menceritakan berbagai hal menarik soal proses syuting "Secret Ingredient". Salah satunya soal penggunaan beberapa alih bahasa.

Baca Selengkapnya

Daftar Pelatih Proliga 2024: Nakhoda Asing dan Lokal Berimbang

2 jam lalu

Daftar Pelatih Proliga 2024: Nakhoda Asing dan Lokal Berimbang

Kompetisi bola voli profesional nasional, Proliga 2024, sudah bergulir sejak Kamis, 25 April 2024. Ini daftar pelatihnya.

Baca Selengkapnya

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

2 jam lalu

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.

Baca Selengkapnya