Pancasila Itu

Penulis

Kamis, 1 Oktober 2015 01:14 WIB

Bandung Mawardi, ESAIS

Sejarah sering disusun secara tergesa. Detik bergerak cepat dan warna langit cepat berubah. Sejarah pun harus diadakan sebelum hari-hari berganti, surut dari ingatan paling mendalam. Di Indonesia, ketergesaan dalam menentukan hari bersejarah pernah terjadi sehari setelah malapetaka berdarah dan misterius pada 1965. Tokoh-tokoh "penentu" segera mengusahakan ada ingatan bersama agar kejadian tak terkubur dalam lupa. Sejarah harus diperingati dengan kumpulan perintah dan penghimpunan cerita-cerita besar.

Kita membuka majalah Pandji Masjarakat edisi 20 Oktober 1966 di halaman "Petikan-petikan Berita". Pembaca mungkin tak terlalu kaget saat membaca sekolom berita tentang kesaktian Pancasila. Alinea pertama, "Mulai tahun ini tanggal 1 Oktober telah ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pantjasila. Dan upatjara Hari Kesaktian Pantjasila itu telah dilakukan di Lobang Buaja, di sumur jang digunakan oleh Gestapu/PKI untuk mengubur djenazah Pahlawan Revolusi." Berita itu terus diingat sampai sekarang. Pengetahuan murid-murid di sekolah mengacu kepada malapetaka 1965 yang dirampungkan oleh Pancasila. Sebutan Pancasila itu sakti mulai membentuk imajinasi kemenangan, keperkasaan, kepahlawanan, dan kemuliaan.

Inspektur upacara dalam Hari Kesaktian Pancasila (1966) adalah Soeharto, tokoh militer tapi lihai berpolitik. Soeharto telah tampil sebagai "pahlawan" atau "juru selamat" bagi Indonesia. Ucapan-ucapan Soeharto dalam upacara menjadi pedoman bagi jutaan orang Indonesia untuk bersepakat mengamalkan Pancasila. Hari berganti hari. Kita tentu ingat perintah Soeharto paling kontroversial: pengamalan Pancasila harus "murni" dan "konsekuen". Pancasila itu sakti! Warga tak boleh meremehkan atau memusuhi Pancasila. Penguasa dan militer bakal bertindak jika ada orang-orang bercap musuh Pancasila. Di mata Soeharto, musuh terbesar Pancasila adalah PKI.

Kalimat-kalimat di Pandji Masjarakat berslogan "penjebar kebudajaan dan pengetahuan untuk perdjuangan reformasi dan modernisasi Islam" menjadi representasi situasi jiwa dan keteguhan ideologis. Langit muram Indonesia dan tetesan darah di tanah memungkinkan menjadi rangsangan pembuatan kalimat-kalimat berpengharapan dan mengandung dendam, "Ada harapan jang terkandung dalam diri kita di dalam menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pantjasila jaitu supaja peringatan itu kita djadikan sebagai satu permulaan bagi bangsa Indonesia untuk benar-benar mengamalkan Pantjasila itu dengan benar… Selama ini kita pun dengan bersemangat selalu berbitjara Pantjasila, tetapi kita bermesra-mesraan dengan komunis jang anti-Tuhan, anti-rakjat serta anti-kemanusiaan itu." Upacara telah dilaksanakan dengan khidmat, berita pun telah disiarkan melalui koran dan majalah. Para pembaca berita diharapkan mengerti maksud Hari Kesaktian Pancasila. Sejarah mulai diresmikan dan dicatat dalam kalbu jutaan orang Indonesia.

Pelaksanaan upacara berlangsung setiap tahun, bermaksud Pancasila semakin sakti. Pada 2014, upacara Hari Kesaktian Pancasila bertema "Penguatan Nilai-nilai Pancasila untuk Meningkatkan Kualitas Demokrasi". Warisan hari bersejarah dari Soeharto masih dilestarikan. Kita mungkin menduga tema itu khas Orde Baru. Keruntuhan rezim Orde Baru (1998) tak berarti penghapusan Hari Kesaktian Pancasila. Kekuasaan selama puluhan tahun tak jua membuktikan Soeharto, pejabat, militer, intelektual, seniman, dan pelajar sanggup mengamalkan Pancasila secara "murni" dan "konsekuen". Kita belum memastikan kebenaran gejolak opini saat Soeharto mendapat cap buruk: otoriter dan korupsi. Dua cap itu tentu berlawanan dengan Pancasila.

Berita pelaksanaan upacara Hari Kesaktian Pancasila dimuat dalam majalah Kebudajaan nomor 04 tahun 2014, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pelaksanaan upacara di kawasan Lubang Buaya diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) bekerja sama dengan pelbagai kementerian dan Polda Metro Jaya. Upacara tersebut dihadiri oleh SBY, Boediono, Kabinet Indonesia Bersatu II, pemimpin lembaga-lembaga tinggi negara, pejabat kepolisian, pejabat TNI, duta besar negara-negara sahabat, dan para saksi sejarah. SBY tampil sebagai inspektur upacara tanpa memberikan pidato sambutan. Mengapa tak ada kalimat-kalimat demi mengenang sejarah 1965-1966 dan pemuliaan Pancasila dari SBY selaku Presiden Republik Indonesia? Barangkali SBY memiliki alasan misterius saat tak memberi pidato hebat. Upacara itu juga dihadiri Joko Widodo, presiden terpilih periode 2014-2019.

Peringatan itu malah berisi cerita tentang lagu gubahan SBY. Lagu berjudul Untuk Bumi Kita dilantunkan merdu oleh paduan suara dari SMA 78 Kemanggisan, SMA 34 Pondok Labu, SMA 49 Jagakarsa, SMA 3 Penabur, dan SMA 39 Cijantung. Pujian diberikan kepada para siswa. SBY mengingatkan isi lagu berkaitan dengan ajakan melestarikan hutan dan lingkungan agar bumi terus lestari. Pesan bijak dan sesuai dengan Pancasila. SBY memilih mengurusi lagu ketimbang memberi pesan-pesan besar tentang Pancasila. Kita belum bisa memastikan upacara itu sebagai peristiwa terakhir dalam "pemitosan" Pancasila atau kemauan menuruti narasi sejarah Orde Baru.

Puluhan upacara Hari Kesaktian Pancasila dilakukan sejak 1966 sampai 2014. Kita sudah sering berupacara, tapi masih belum bisa memberesi susunan sejarah Indonesia pada masa 1960-an. Penetapan Hari Kesaktian Pancasila itu khas nalar-imajinasi Soeharto sebagai "pembentuk" sejarah. Kita terus memiliki hari-hari penting meski menjelaskan adu misi kekuasaan dan ketokohan. Soeharto berhasil mengenalkan Hari Kesaktian Pancasila. Barangkali pola itu menandingi peran Sukarno dalam Hari Kelahiran Pancasila, mengacu pada pidato bersejarah 1 Juni 1945. Pancasila menjadi pusat pembentukan dan pengisahan sejarah!

Pada masa lalu, Pancasila gampang menjadi mitos, keramat, dan sakti. Kini, kita belajar lagi untuk mengerti dan menafsirkan Pancasila tanpa "keharusan" mengikuti upacara dengan pidato-pidato klise. Kita masih saja rajin menuruti tema buatan pemerintah saat mengenang dan memuliakan Pancasila. Tema-tema selama puluhan tahun sering kalimat elok. Tema jarang mewujud. Kita ingin mengakrabi Pancasila dengan perubahan bahasa agar ada kesegaran dan gairah, tak selalu menginduk kepada tafsiran-tafsiran penguasa. Pancasila itu keren jika tak terlalu dijadikan komoditas dan propaganda picisan oleh para pejabat, anggota parlemen, militer, dan intelektual. Pancasila itu… *

Berita terkait

Selangkah Lagi Jadi WNI, Calon Pemain Timnas Indonesia Maarten Paes Sudah Pelajari Pancasila dan Indonesia Raya

51 hari lalu

Selangkah Lagi Jadi WNI, Calon Pemain Timnas Indonesia Maarten Paes Sudah Pelajari Pancasila dan Indonesia Raya

Maarten Paes ingin segera belajar Bahasa Indonesia dan berjanji bakal berkontribusi untuk perkembangan sepak bola Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Bagi-bagi Sepeda, Warga Diminta Ucapkan Pancasila bukan Nama Ikan

23 Februari 2024

Jokowi Bagi-bagi Sepeda, Warga Diminta Ucapkan Pancasila bukan Nama Ikan

Presiden Jokowi kembali membagikan sepeda ke warga ketika berkunjung ke Kota Bitung, Sulawesi Utara, Jumat, 23 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Ahmad Basarah Optimistis Ideologi Negara Terus Menyala

9 Februari 2024

Ahmad Basarah Optimistis Ideologi Negara Terus Menyala

Penerbitan buku tentang Pancasila oleh mahasiswa sangat menginspiras

Baca Selengkapnya

Bamsoet Ajak Kader FKPPI Jaga dan Bela Pancasila

25 Januari 2024

Bamsoet Ajak Kader FKPPI Jaga dan Bela Pancasila

Bambang Soesatyo apresiasi kader FLPPI yang berkomitmen menjaga dan membela pancasila.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Ajak Komunitas Otomotif Kuatkan Nilai-Nilai Kebangsaan

25 Januari 2024

Bamsoet Ajak Komunitas Otomotif Kuatkan Nilai-Nilai Kebangsaan

Dalam komunitas otomotif dapat ditemukan banyak aspek yang sangat relevan dengan nilai-nilai kebangsaan.

Baca Selengkapnya

Lambang Pancasila 1 sampai 5 Beserta Maknanya

17 Januari 2024

Lambang Pancasila 1 sampai 5 Beserta Maknanya

Lambang Pancasila 1 sampai 5 memiliki makna mendalam yang mencerminkan Indonesia. Berikut ini makna lambang Pancasila yang wajib diketahui.

Baca Selengkapnya

Mahfud Md: Tugas Saya Paling Pokok di Politik Menjaga Keutuhan Ideologi

14 Januari 2024

Mahfud Md: Tugas Saya Paling Pokok di Politik Menjaga Keutuhan Ideologi

Mahfud Md berharap masyarakat tidak jauh kepada pikiran yang ingin mengganti ideologi Indonesia itu.

Baca Selengkapnya

FSGI Bicara Pergantian Nama PPKn jadi Pendidikan Pancasila: Ada Dua Rekomendasi

1 Januari 2024

FSGI Bicara Pergantian Nama PPKn jadi Pendidikan Pancasila: Ada Dua Rekomendasi

Perubahan PPKn menjadi Pendidikan Pancasila dimulai pada Juli 2022.

Baca Selengkapnya

Makna dan Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia

18 Desember 2023

Makna dan Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia

Ketahui makna dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia berikut ini. Maknanya mendalam dan sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Beri Hadiah 2 Siswa SLB Negeri 7 Jakarta yang Bisa Sebutkan Pancasila

13 Desember 2023

Heru Budi Beri Hadiah 2 Siswa SLB Negeri 7 Jakarta yang Bisa Sebutkan Pancasila

Dua penyandang siswa disabilitas bacakan Pancasila di atas panggung lalu Heru Budi berikan hadiah

Baca Selengkapnya