Lampu Merah Anggaran Negara

Penulis

Minggu, 12 Juni 2016 21:52 WIB

Pemerintah mesti waspada melihat realisasi pendapatan dan belanja negara selama lima bulan pertama tahun ini. Realisasi penerimaan jauh di bawah realisasi belanja. Defisit sementara memang masih di bawah pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Persoalan tersebut harus diatasi karena akan menimbulkan persoalan lain yang lebih rumit, di antaranya penambahan utang.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah baru mencapai Rp 496,6 triliun atau 27,2 persen dari target APBN 2016. Sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp 685,8 triliun atau 32,7 persen dari pagu. Terjadi defisit sementara sebesar Rp 189 triliun atau 1,49 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Paparan data tersebut mencemaskan. Penerimaan pajak selama Januari-Mei itu kalah tinggi dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Padahal banyak kebijakan perpajakan yang diusulkan pada awal tahun lalu yang tak jadi dilaksanakan. Misalnya, pengenaan pajak pertambahan nilai atas tarif jalan tol dan kenaikan bea meterai. Kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) yang semula ditargetkan pada November 2015 juga batal.

Melihat kembali penerimaan pajak selama tiga tahun sebelumnya, tampak pemerintah kian kedodoran mengejar target pajak. Pada 2013, realisasi penerimaan pajak masih 92 persen, sedangkan pada tahun lalu posisinya sudah di level 82 persen. Ini merupakan pencapaian terendah dalam tujuh tahun terakhir.

Tentu saja penurunan pencapaian target ini bukan semata-mata akibat ketidakbecusan aparat pajak. Ada faktor eksternal yang mempengaruhinya: perlambatan ekonomi dunia. Tahun ini kondisinya tak jauh berbeda. Dana Moneter Internasional (IMF) pada April lalu mengoreksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,4 persen menjadi 3,2 persen. Artinya, risiko eksternal tahun ini juga masih tinggi.

Advertising
Advertising

Melihat fenomena global, target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,3 persen bisa jadi terlalu tinggi. Jika ekonomi tumbuh lebih rendah, target pajak harus diturunkan. Dua pekan lalu, melalui RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2016, pemerintah mengoreksi target pajak menjadi Rp 1.343 triliun. Namun target itu masih terlalu optimistis karena memasukkan hasil program pengampunan pajak sebesar Rp 165 triliun. Di banyak negara, kebijakan ini tak selalu diikuti repatriasi dana wajib pajak di luar negeri.

Belum lagi soal ruang fiskal pemerintah yang terbatas. Selama kurun 2015-2020, belanja wajib (mandatory spending) dalam anggaran mencapai 77-80 persen. Belanja wajib itu antara lain: anggaran pendidikan, kesehatan, transfer daerah dan dana desa, serta pembayaran utang. Dengan ruang fiskal tersisa hanya 20-23 persen, tak banyak yang bisa dilakukan pemerintah.

Karena itu, rendahnya realisasi penerimaan pajak akan sangat berdampak pada APBN-P 2016. Pemerintah harus mengetatkan ikat pinggang dengan memangkas belanja yang tidak perlu. Ada pilihan lain, yakni berutang. Tapi, dalam jangka panjang, kebijakan gali lubang-tutup lubang tak akan sehat bagi negara ini.

Berita terkait

3 Vaksin Wajib untuk Jemaah Haji 2024

19 menit lalu

3 Vaksin Wajib untuk Jemaah Haji 2024

Dalam rangkaian ibadah haji, kesehatan para jemaah haji menjadi faktor utama yang harus dipersiapkan dengan matang.

Baca Selengkapnya

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

1 jam lalu

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

Kantor kejaksaan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyerukan diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai intimidasi terhadap stafnya.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

2 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

2 jam lalu

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

Timnas U-23 Jepang keluar sebagai juara Piala Asia U-23 2024 setelah mengalahkan Uzbekistan pada partai final. Rekor sempurna Uzbekistan runtuh.

Baca Selengkapnya

Hikayat Deep Blue, Super Komputer IBM Pernah Lawan Grandmaster Garry Kasparov: Sebuah Tonggak AI

4 jam lalu

Hikayat Deep Blue, Super Komputer IBM Pernah Lawan Grandmaster Garry Kasparov: Sebuah Tonggak AI

Grandmaster Garry Kasparov menjajal bertanding main catur dengan super komputer IBM, Deep Blue, pada 3 Mei 1997.

Baca Selengkapnya

Borussia Dortmund dan Marco Reus Sepakat Berpisah Akhir Musim Ini

4 jam lalu

Borussia Dortmund dan Marco Reus Sepakat Berpisah Akhir Musim Ini

Borussia Dortmund telah mengumumkan bahwa Marco Reus akan meninggalkan klub akhir musim ini dan berstatus bebas transfer.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

4 jam lalu

Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

Wakil Ketua DPRA Safarudin mengatakan meski suara Prabowo di Pilpres 2024 kalah di Aceh, namun dia berkomitmen kembalikan dana otsus 2 persen.

Baca Selengkapnya

Nasdem, PKS, dan Perindo Jajaki Koalisi pada Pilkada 2024 di Sulsel

4 jam lalu

Nasdem, PKS, dan Perindo Jajaki Koalisi pada Pilkada 2024 di Sulsel

Nasdem Sulsel menyatakan komunikasi politik tetap terbuka dengan partai lain guna menghadapi Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Mampir ke Jakarta Tzuyu TWICE Bagi Makna Kecantikan hingga Pose di Jalur Evakuasi

4 jam lalu

Mampir ke Jakarta Tzuyu TWICE Bagi Makna Kecantikan hingga Pose di Jalur Evakuasi

Tzuyu membagikan beberapa momen saat di Jakarta

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

4 jam lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya