Berani

Penulis

Senin, 5 Maret 2012 00:00 WIB

Di sebuah kota, di sebuah negeri, di mana kekerasan terdengar sebagai ungkapan keberanian (bom bunuh diri, pembantaian di siang hari, bentrokan berdarah atas nama geng atau agama), kita memang perlu bertanya: apa arti "keberanian"?

Pertanyaan yang tua sekali. Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, sejumlah orang berkumpul di sebuah palaistra di Athena. Mereka juga memperdebatkan hal itu; mereka Sokrates, dua orang jenderal, dan sejumlah orang lagi. Platon, murid Sokrates yang termasyhur itu, menciptakan kembali debat itu dalam sebuah tulisan, "Lakhes" ( ), mengikuti nama salah seorang jenderal yang ikut aktif di dalamnya. Kita beruntung. Buku Mari Berbincang Bersama Platon: Keberanian (Lakhes) adalah terjemahan dan tafsir A. Setyo Wibowo atas karya kuno itu. Terbit September 2011, ditulis dengan bahasa Indonesia yang terang dan hidup, buku ini datang di waktu yang tepat.

Tapi tidak tiap buku dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan yang sukardan tidak tiap dialog Sokrates memuaskan mereka yang ingin kepastian. Bahkan Lakhes termasuk "dialog aporetik", sebuah proses mencari jawab yang berakhir buntu. Di bagian akhir Sokrates berkata, "Jadi, Nikias, kita belum berhasil menemukan apa itu keberanian."

Tapi justru karena itu manusia, juga yang hidup semenjak itu, mencari terus. Dan, seperti Sokrates, tak henti-hentinya menyoal tiap kesimpulan. Kita tak jera dengan aporia. Berkali-kali kita tengok percakapan yang terdahulu, juga percakapan Sokrates, dan kita coba telaah di mana ia benar di mana ia khilaf.

Saya (bukan pakar filsafat Yunani) memberanikan diri untuk melihat di mana ia khilaf: bagi saya, Sokrates terlalu cenderung memprioritaskan rumusan. Definisi adalah panglima. "Ayo," katanya kepada Lakhes, "cobalah merumuskan apa itu [kodrat] keberanian."

Advertising
Advertising

Dalam pengantarnya, Setyo Wibowo menyebutkan kecenderungan itu: Sokrates selalu ingin menemukan definisi. Ia inginkan rumusan yang universal bagi "hal-hal yang etis yang ia diskusikan". Di sini, "universal" berarti bisa diterapkan pada semua kasus, bisa berlaku "untuk semua manusia dengan perilaku mereka yang beragam".

Tapi tiap definisi sebuah reduksi. Perilaku yang beragam selamanya berlangsung dalam pengalaman yang beragam, pengalaman yang konkret. Terutama dalam Grenzsituation, "situasi perbatasan", antara hidup dan mati, antara selamat dan celaka. Dalam situasi genting itu tiap pilihan menyangkut bukan cuma kesadaran, bukan cuma proses penalaran, tapi juga endapan trauma, magma nafsu dan hasrat.

Hanya di permukaan saja si X, ketika memilih, berperilaku seperti si Z: katakanlah laku keduanya punya titik-titik persamaansemacam indikator bahwa ada sesuatu yang universal. Titik-titik persamaan itulah yang dikonsolidasikan dalam sebuah rumusan.

Tapi dengan demikian sebuah definisi mengabaikan titik-titik lain yang tak sama, tak terhingga, dan tetap tersisa. Padahal, dengan "sisa" itu, seutuhnya, kita akan tahu bahwa sebuah perilaku adalah sebuah pengalaman utuh yang tak bisa dijadikan formula.

Begitulah keberanian. Keberanian para pembajak pesawat yang menabrakkan diri ke Menara Kembar New York 11 September 2001 punya titik persamaan dengan keberanian seorang prajurit yang menubruk granat yang meledak agar teman-temannya selamat; tapi masing-masing mengandung pertimbangan, pengalaman, dan hasrat yang sama sekali lain.

Itu sebabnya semua rumusan Jenderal Lakhes dan Jenderal Nikias tentang keberanian akhirnya tak bisa pas ketika dihadapkan dengan kasus yang berbeda-beda. Sia-sia saja mereka memenuhi keinginan Sokrates yang sia-sia: mencapai kriteria yang bisa berlaku kapan saja dan di mana saja. Andai kata mereka juga hidup di zaman ini, mereka akan kaget: tauladan keberanian Sokrates sebagai prajurit yang melawan tentara Spartadalam pertempuran dengan tombak, perisai, dan tubuh yang nyaris telanjangtak akan berlaku untuk abad ke-21, ketika perang dijalankan dengan pesawat terbang yang tanpa pilot.

Dengan itu pula kita sebenarnya bisa mempersoalkan benarnya asumsi bahwa "keberanian" hanya lahir dari perang dan kekerasanseperti terbayang dari percakapan 2.000 tahun yang lalu. Dengan itu pula kita perlu bertanya benarkah keberanian bisa dianggap sifat utama manusiaatau bagian dari keutamaan umumnya.

Saya kira Platon, dengan Lakhes, bukan orang yang tepat untuk mempersoalkan itu. Ia keturunan raja-raja Athena. Ia seorang aristokrat yang mendapatkan bintang jasa dari salah satu peperangan membela negerinya. Ia melihat sejarah dari ketinggian dan menganggap Ide (juga definisi) di atas perubahan dan perbedaan hidup. Pandangannya tentang perang dan keberanian berbias kebangsawanan: keberanian adalah bagian dari gairah untuk keagungan.

Ia bukan orang zaman ini. Di zaman ini, di antara kita, perang semakin "aman": yang penting bukan lagi keberanian fisik melainkan kalkulasi yang rapi. Tapi juga semakin terkutuk: yang penting bukan keagungan melainkan kepentingan.

Di zaman ini, telah lahir kesaksian Brecht.

Dalam Mutter Courage und ihre Kinder, lakonnya yang kocak tapi juga muram, perang mendapatkan wajah yang culas: perang adalah bisnis melalui cara lain. Komandan hanya memuji keberanian para serdadu yang menyerbu petani miskin. Sementara itu keberanian yang heroik mencelakakan, seperti terjadi pada Julius Caesar yang dibunuh. "Beneidenswert, wer frei davon!" seru sebuah lagu di adegan ke-9. "Beruntunglah orang yang bebas dari itu!"

Kini kita mengerti kenapa Sokrates tiba di jalan buntu.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Persija Jakarta Tolak Undangan AFF Main di ASEAN Club Championship 2024, Ingin Fokus di Liga 1

7 menit lalu

Persija Jakarta Tolak Undangan AFF Main di ASEAN Club Championship 2024, Ingin Fokus di Liga 1

Persija Jakarta diundang tampil di ASEAN Club Championship 2024 karena menjadi runner up Liga 1 2022-2023. Apa respons Mohamad Prapanca?

Baca Selengkapnya

Jadwal Lengkap dan Tahapan Pilkada 2024, Kapan Hari Pemungutan dan Penghitungan Suara?

8 menit lalu

Jadwal Lengkap dan Tahapan Pilkada 2024, Kapan Hari Pemungutan dan Penghitungan Suara?

KPU jadwalkan tahapan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Wali kota dan Wakil Wali kota di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi akan Minta Prabowo Garap 78 Ribu Hektare Tambak Mangkrak Senilai Rp 13 Triliun

8 menit lalu

Jokowi akan Minta Prabowo Garap 78 Ribu Hektare Tambak Mangkrak Senilai Rp 13 Triliun

Presiden Jokowi akan meminta Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk menggarap tambak mangkrak di Pantura sekitar 78.000 hektare.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Polri Impor Alat Sadap, Ini Kata Pakar Kepolisian Soal SOP Penyadapan

11 menit lalu

Amnesty International Ungkap Polri Impor Alat Sadap, Ini Kata Pakar Kepolisian Soal SOP Penyadapan

Amnesty International Security Lab mengungkap adanya pengadaan alat penyadapan melalui Singapura sepanjang 2019 hingga 2021.

Baca Selengkapnya

Indonesia Mengecam Perebutan Penyeberangan Rafah di Gaza oleh Pasukan Israel

11 menit lalu

Indonesia Mengecam Perebutan Penyeberangan Rafah di Gaza oleh Pasukan Israel

Kementerian Luar Negeri RI mengecam keras perebutan Israel terhadap Penyeberangan Rafah di sisi Palestina.

Baca Selengkapnya

Puluhan Emak-emak di Depok Kena Modus Investasi Emas Bodong, Kerugian Capai Rp 6 Miliar

15 menit lalu

Puluhan Emak-emak di Depok Kena Modus Investasi Emas Bodong, Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Puluhan emak-emak di Depok menjadi korban penipuan berkedok investasi emas bodong. Kerugian mencapai Rp 6 miliar.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

21 menit lalu

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

Ahsan Hariri, kontraktor pembangunan gedung baru Masjid Al Barkah di Cakung, Jakarta Timur, dikabarkan puunya banyak utang.

Baca Selengkapnya

10 Orang Terkaya di Indonesia Mei 2024, Agoes Projosasmito Jadi Nama Baru

25 menit lalu

10 Orang Terkaya di Indonesia Mei 2024, Agoes Projosasmito Jadi Nama Baru

Orang terkaya di Indonesia masih diduduki oleh sejumlah nama seperti Budi Hartono, Michael Hartono, hingga Chairul Tanjung. Ini daftarnya.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Presidential Club Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung, Ini Alasannya

26 menit lalu

Pakar Sebut Presidential Club Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung, Ini Alasannya

Menurut pakar, Prabowo lebih baik menggunakan Wantimpres ketimbang menghidupkan kembali Dewan Pertimbangan Agung.

Baca Selengkapnya

Hujan Kritik, Wacana Tambah Pos Kementerian di Kabinet Prabowo

30 menit lalu

Hujan Kritik, Wacana Tambah Pos Kementerian di Kabinet Prabowo

Majalah Tempo melaporkan bahwa Prabowo berupaya membangun koalisi besar di pemerintahannya.

Baca Selengkapnya