Mata

Penulis

Senin, 19 Maret 2012 00:00 WIB

Changi-Singapura: sebuah bandara, sehimpun mall, sebuah titik temu pelbagai manusia dalam peristiwa visual. Duduk menunggu jam keberangkatan pesawat, atau berjalan ke arah gerbang-gerbang kepergian, ribuan orang hadir di lorong-lorongnya yang berliku: jalan terang yang disiapkan untuk menonton deretan logo. Orang melihat, atau sudah tak perlu lagi menatap, tapi tetap diharapkan untuk terkesima. Atau untuk ingat.

Huruf-huruf itu, yang membentuk kata yang tak kita pahami, menyentuh dan kemudian terekam dalam retina kita. Mereka langsung punya arti: "Zara", "Emporio Armani", "D&G", "Prada", "Ermenegildo Zegna", "Salvatore Ferragamo". Terjemahannya: "keren", "rupawan", "elegan", "mentereng", "memikat", "seksi".

Logo pun jadi "kata". "Makna" jadi image. Dan di bandara internasional yang juga himpunan etalase itu manusia sedunia dianggap menemukan konsensus dalam pemujaan kepada yang visual. Changi adalah tauladan dari asumsi itu, yang tampak kini berlaku di Asia-Pasifik: bila di Hong Kong seseorang menulis the malling of Hong Kong, di Jakarta orang bisa juga menulis dengan tema yang sama.

Di Jakarta, mall makin menegaskan bahwa kota tak lagi sebuah area untuk ngluyurberjalan tanpa arah, dengan sedikit iseng dan sedikit rasa ingin tahu tentang tempat yang ada di peta atau tidak.

Perlu saya tambahkan: ada perbedaan antara ngluyur di Jakarta lama dan flneurie dalam deskripsi Walter Benjamin. Keduanya laku seseorang yang punya banyak waktu senggang dan kebebasan bergerak. Seorang pengluyur bisa seperti penyair Baudelaire di Paris abad ke-19, model yang diambil Benjamin sebagai flneur: seorang pejalan sendirian yang asyik melihat-lihat ("dengan tatapan terarah seorang detektif") tanpa tenggelam ke dalam orang ramai.

Advertising
Advertising

Tapi seorang pengluyur bukan bagian dari kelas yang di Eropa dulu mengunjungi galeria. Dalam pengalaman Indonesia tak ada galeria.

Galeria, atau passage, sebuah fenomena Eropa abad ke-19, pada dasarnya sama dengan mall. Di dalamnya seorang pengunjung terlindung dari cuaca yang tak nyaman, dan ia bisa menyusuri ruang, memandang komoditas yang secara keren dipamerkan.

Tapi berbeda dengan mall zaman ini, yang kita lihat di Jakarta, ada ambivalensi dalam hubungan antara sebuah galeria dan jalan besar. Pada Galeria Umberto I di Napoli, misalnya, ada kontinuitas antara koridornya dan jalur yang di luar itu. Tapi jalan itu juga bagian dari gedung Opera San Carlo yang megah; dengan kata lain, merupakan area dari kelas orang berpunya. Mungkin itu sebabnya galeria ini tak berpintu dengan daun yang bisa ditutup; entrance itu terbuka terus, meskipun bangunan ini bukan bagian kegemuruhan kota.

Galeria dilindungi atap. Tapi atap itu, dengan kaca, menampakkan langit. Cahaya matahari selalu ditunggu buat menerangi. Sebaliknya, mall di Jakarta tak menanti matahari. Ia terpisah dari angkasa dan bumi. Ada pintu yang hanya dibuka di jangka waktu tertentu. Terang itu sepenuhnya listrik. Dan dengan itu etalase lebih memancarkan warna dan rupa.

Di dalam mall, yang visual jadi dasar yang mutlak; tatapan sepenuhnya diharapkan ke arah tertentu. Dengan langit-langit dan lantai yang datar linear, mall adalah latar yang tak mencuri perhatian. Meskipun banyak yang mencoba menyajikan pelbagai atraksi, terutama buat anak-anak, mall punya efek sama: orang tak diharap ngluyur ke tempat lain; mata hanya diminta bergerak di antara logo yang silih berganti.

Berbeda dengan galeria. Dengan atap kaca yang ditopang balungan besi yang seperti ornamen, dengan lantai yang menampilkan mosaik tata warna, tiang pualam, dan jam besar berukir, interior sebuah galeri bisa jadi satu pameran tersendiri.

Dengan kata lain, mall adalah sebuah hiperbol di tengah kedataran. Ia meletakkan diri di kehidupan kota yang gemuruh dengan melambungkan yang spektakuler. Sejak 1930, Georg Simmel, yang mengamati kehidupan kejiwaan manusia kota besar, telah mencatat bahwa yang mencolok dalam hubungan interpersonal di kota-kota besar adalah aktivitas visual, bukan aktivitas kuping. Di abad ke-21, yang visual, dalam mall, bahkan tidak saja membentuk hubungan antarmanusia, tapi manusia dengan komoditas. Sementara hubungan antarmanusia bisa saling menumbuhkan, hubungan manusia dengan komoditas tidak.

"Spektakularisasi" itu telah menyisihkan sang pengluyur. Kini lahir kerumunan orang yang menatap dengan terpukau: badaud. Kata ini diperkenalkan Victor Fournel dalam telaah tentang kehidupan kota di tahun 1858. Ketika itu Paris berubah besar-besaran. Toko-toko raksasa, les grands magasins, berdiri sepanjang bulevar yang baru. Badaud terkesima. Kata Fournel, berbeda dengan flneur, badaud tak punya lagi individualitas: "Di bawah pengaruh tontonan yang tersaji di hadapannya, badaud jadi makhluk impersonal." Kepribadiannya disedot. Ia jadi unsur orang ramai.

Tentu, Fournel berlebihan. Mereka yang di bawah lindungan mall tak dengan serta-merta "impersonal". Tapi mereka memang diasumsikan demikian. Merek, gambar, dan kata menyerbu berulang-ulang, sama dari satu tempat ke tempat lain. Orang pun bisa lupa apa yang khas di tempat itu di saat itu; kita hanya ada di ruang-dan-waktu-pada-umumnya. Rentangan visual itu sebuah generalisasi.

Dan pada mulanya adalah logo. Bukan logos. Kita tak perlu lagi alasan, daya analisis pikiran, apalagi perdebatan. Dari mata terus ke hati. Komoditas itu menegakkan konsensus. Masing-masing kita menyesuaikan diri: di pintumu aku mengetuk, aku tak bisa berpaling. Aku tak akan kluyuran.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Tinggalkan Gedung KPK Usai Diperiksa 9 Jam, Dirut PT Taspen Antonius Kosasih Berstatus Tersangka Investasi Fiktif

37 menit lalu

Tinggalkan Gedung KPK Usai Diperiksa 9 Jam, Dirut PT Taspen Antonius Kosasih Berstatus Tersangka Investasi Fiktif

KPK memeriksa Dirut PT Taspen Antonius Kosasih dalam kasus dugaan investasi fiktif. Ada beberapa tersangka lain dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

48 menit lalu

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

Jaksa penuntut negara Ukraina memeriksa puing-puing dari 21 dari sekitar 50 rudal balistik Korea Utara yang diluncurkan oleh Rusia.

Baca Selengkapnya

Tanah Longsor di Kota Padang, Dua Warga Dilaporkan Hilang Tertimbun

2 jam lalu

Tanah Longsor di Kota Padang, Dua Warga Dilaporkan Hilang Tertimbun

Tanah longsor terjadi di Padang Sumatera Barat akibat hujan deras mengguyur kota itu sejak Selasa siang. Akses jalan menuju Solok terputus.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

3 jam lalu

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

Vladimir Putin kembali menjabat sebagai presiden Rusia untuk periode kelima selama enam tahun ke depan. Bakal mengalahkan rekor Stalin.

Baca Selengkapnya

Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

3 jam lalu

Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

Efek akut marah-marah pada kerja pembunuh darah, yang mungkin menambah peluang serangan jantung dan stroke.

Baca Selengkapnya

Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Setelah 2 Kali Mangkir, Penyidik KPK Sempat Cek ke Rumah Sakit

4 jam lalu

Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Setelah 2 Kali Mangkir, Penyidik KPK Sempat Cek ke Rumah Sakit

KPK akhirnya menahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor setelah dua kali mangkir dari pemeriksaan. Tidak dilakukan jemput paksa.

Baca Selengkapnya

Lee Do Hyun Sebut Nama Lim Ji Yeon di Pidato Baeksang, Netizen Heboh

4 jam lalu

Lee Do Hyun Sebut Nama Lim Ji Yeon di Pidato Baeksang, Netizen Heboh

Pidato pendek yang dibacakan Lee Do Hyun langsung mendapat respons dari banyak pihak yang dinilai menunjukkan bucin ugal-ugalan ke Lim Ji Yeon.

Baca Selengkapnya

Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

4 jam lalu

Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731 pada 31 Mei 2024, dengan tema 'Satukan Tekad Surabaya Hebat'.

Baca Selengkapnya

61 Kepala Daerah Jadi Tersangka Korupsi pada 2021-2023, ICW: Lingkaran Setan Sejak Awal

4 jam lalu

61 Kepala Daerah Jadi Tersangka Korupsi pada 2021-2023, ICW: Lingkaran Setan Sejak Awal

Peneliti ICW mengatakan mayoritas modus korupsi itu berkaitan dengan suap-menyuap dan penyalahgunaan anggaran belanja daerah.

Baca Selengkapnya

Film KHD tentang Ki Hadjar Dewantara Baru Tayang 2026 Mendatang, Ini Alasan Gina S. Noer

4 jam lalu

Film KHD tentang Ki Hadjar Dewantara Baru Tayang 2026 Mendatang, Ini Alasan Gina S. Noer

Gina juga mengatakan, film biopik yang ia garap memang cenderung lama, termasuk film KHD ini.

Baca Selengkapnya