Komentator

Penulis

Sabtu, 23 Juni 2012 22:38 WIB

Putu Setia

Piala Eropa segera memasuki semifinal. Babak yang menghibur jutaan penduduk negeri ini. Tinggal menunggu pertandingan Inggris melawan Italia esok dinihari, keempat tim yang lolos ke semifinal pasti akan diperbincangkan habis-habisan di media massa, televisi, gardu ronda, juga di tempat pemancingan. Penduduk negeri ini penggila bola, meskipun tak pernah punya tim nasional yang bisa "digilakan".

Akan bermunculan banyak komentator yang memamerkan kepiawaiannya dalam menganalisis tim yang berlaga. Andaikata ada survei internasional negeri mana yang penduduknya paling banyak melahirkan komentator sepak bola, jawabannya: Indonesia. Lebih hebat lagi, mereka datang dari berbagai kalangan. Ada artis, politikus, mantan atlet, pengusaha, pengamat politik. Mereka penuh percaya diri, sepertinya paham berbagai kendala yang dihadapi tim yang sedang bertanding, melebihi pelatih tim itu. Luar biasa.

Cuma saja, saya pikir mereka perlu belajar etika jika bicara di depan umum, bukan di kolam pemancingan. Jangan sok tahu, sok paham, sok ngerti strategi. Saya sering malu mendengarnya sehingga, saat jeda permainan dan komentator mengambil-alih siaran, saya menjauhi televisi. Misalnya ucapan begini: "Kenapa pelatih itu menurunkan dia, mestinya si anu diturunkan. Polanya jangan 4-4-2, itu tak cocok, harusnya 4-3-3. Jangan bertahan, serang dari sayap kiri. Jerman harus mematikan Ronaldo jika mau mengalahkan Portugal."

Kok bisa ngomong begitu, padahal ribuan kilometer jarak Jakarta dengan Warsawa. Apa mereka pernah datang ke Eropa, bergaul dengan pemain, memahami apa kendala yang dihadapi tim sebagaimana pelatih yang diomeli itu? Menurut saya, komentator itu harus tahu tata krama, misalnya: "Kenapa pelatih itu menurunkan dia? Menurut saya, si anu lebih baik. Kenapa strateginya dengan pola itu? Menghadapi tim ini, sebaiknya ganti pola."

Advertising
Advertising

Sudahlah, barangkali ini memang tabiat orang kita. Dari dulu sudah ada pemeo di kalangan sepak bola: penonton lebih pinter dibanding pelatih dan pemain. Dari sini muncul pula istilah: berkomentar jauh lebih mudah daripada melaksanakan. Kemudian peribahasa menampungnya dengan kalimat "lidah memang tak bertulang".

Yang jadi persoalan, gaya komentator bola seperti itu sekarang merambat ke berbagai bidang. Orang-orang yang muncul di televisi dan media massa, yang diistilahkan sebagai narasumber, meniru "kesombongan" komentator bola. Mereka mengadu kevokalan, bukan argumentasi. Keselebritasannya lebih diutamakan ketimbang wawasan dan integritasnya.

Contoh kecil, pimpinan KPK menjelaskan bagaimana Neneng Sri Wahyuni ditangkap di rumahnya di Pejaten. Saat bersamaan, seorang "komentator" ngotot Neneng menyerahkan diri sambil ngeledek dengan menyebut pimpinan KPK sedang mementaskan ludruk. Lo, yang turun ke lapangan siapa?

Pidato SBY di depan pendiri Partai Demokrat dikomentari berhari-hari. Padahal itu urusan intern partai yang tak ada pentingnya bagi rakyat. Anas Urbaningrum terus-menerus "diomongin" kenapa belum mundur, kenapa belum diperiksa, sementara di lain pihak KPK harus diperkuat dan dipercaya. Kalau begitu, serahkan pada KPK dong, kenapa ribut?

Negeri kita sekarang dibisingkan oleh suara komentator. Sungguh tak sehat karena perbincangan berputar di masalah kekuasaan, tak berurusan dengan perut rakyat. Yang dibutuhkan rakyat sederhana, misalnya bagaimana di tanah yang subur ini bisa dihasilkan buah yang ranum, lalu bisa dijual di pasar. Aneh, negeri gemah ripah loh jinawi ini ternyata dipenuhi buah dari negara jiran. Kok tak ada komentator buah?

Berita terkait

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

20 menit lalu

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sudah 2 kali mangkir dalam pemeriksaan KPK sebelumnya dan tengah mengajukan praperadilan.

Baca Selengkapnya

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

38 menit lalu

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

Akibat pengeroyokan itu, dua mahasiswa Universitas Pamulang mengalami luka, satu di antaranya adalah penghuni kos lain yang berusaha melerai.

Baca Selengkapnya

Profil Eko Patrio yang Disiapkan PAN Jadi Menteri did Kabinet Prabowo

1 jam lalu

Profil Eko Patrio yang Disiapkan PAN Jadi Menteri did Kabinet Prabowo

Nama komedian Eko Patrio disebut oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas pada Ahad, 5 Mei 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Mobil Polisi Tabrak Mikrobus di Tol MBZ, Pengemudi Diduga Mengantuk

2 jam lalu

Kecelakaan Mobil Polisi Tabrak Mikrobus di Tol MBZ, Pengemudi Diduga Mengantuk

Kedua kendaraan yang terlibat kecelakaan di Tol MBZ itu langsung diamankan di Induk PJR Jakarta-Cikampek.

Baca Selengkapnya

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

2 jam lalu

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

Universitas Indonesia atau UI masih menjaga posisi bergengsi dalam pemeringkatan kampus versi Times Higher Education. Berikut hasilnya pada 2024.

Baca Selengkapnya

Saran Dokter untuk Jaga Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

2 jam lalu

Saran Dokter untuk Jaga Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

Berikut saran spesialis kulit untuk menjaga kesehatan kulit di tengah cuaca panas seperti belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Gerindra Jajaki Koalisi dengan Parpol Lain di Pilkada Jawa Tengah, Ini Alasannya

2 jam lalu

Gerindra Jajaki Koalisi dengan Parpol Lain di Pilkada Jawa Tengah, Ini Alasannya

Gerindra sebelumnya sudah berkomunikasi dengan Demokrat untuk Pilkada Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Jadwal dan Tahapan Sidang Sengketa Pileg 2024 Hingga Juni Nanti

2 jam lalu

Jadwal dan Tahapan Sidang Sengketa Pileg 2024 Hingga Juni Nanti

MK akan memutus Perkara PHPU atau sengketa Pileg: anggota DPR, DPD, dan DPRD dalam tenggang waktu paling lama 30 hari kerja sejak permohonan dicatat.

Baca Selengkapnya

Lima Protes Mahasiswa yang Mengubah Sejarah

2 jam lalu

Lima Protes Mahasiswa yang Mengubah Sejarah

Gelombang protes mahasiswa pro-Palestina sedang terjadi di seluruh bagian dunia, sebuah gerakan yang diharapkan dapat menghentikan genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, Eks Anak Buah Dicecar Soal Uang Tip ke Paspampres

2 jam lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, Eks Anak Buah Dicecar Soal Uang Tip ke Paspampres

JPU KPK mendakwa Syahrul Yasin Limpo dan komplotannya menerima uang dari pungutan di Kementan mencapai Rp 44,5 miliar.

Baca Selengkapnya