Musibah Mina dan Suksesi Saudi

Penulis

Selasa, 13 Oktober 2015 02:47 WIB

Faisal Assegaf, Pendiri Albalad.co

Musim haji tahun ini rasanya pantas diberi label sebagai musim haji paling tragis sepanjang sejarah, lantaran ada dua tragedi: jatuhnya derek raksasa di Masjidil Haram dan petaka di Mina. Dua tragedi itu telah mengoyak kredibilitas Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz, pemilik gelar Pelayan Dua Kota Suci.

Pamornya semakin suram lantaran Raja Salman berbohong. Lewat media, pemerintahnya mengumumkan bahwa tragedi Mina itu menewaskan 769 orang dan 934 lainnya luka. Namun mereka menyebarkan sekitar 1.100 foto korban meninggal kepada para diplomat untuk proses identifikasi.

Dengan kesehatan meragukan dan sudah pikun sejak naik takhta pada Januari lalu, kekuasaan Salman tinggal menunggu waktu. Dua skenario—suksesi atau kudeta—sangat mungkin terjadi di sana.

Di negeri berlimpah sumber fulus, dari minyak, gas, serta haji dan umrah itu, tidak aneh ada intrik, konflik, dan persaingan ketat dalam keluarga kerajaan. Ratusan pangeran tentu bakal berebut pengaruh dan kuasa buat menguasai hartanya.

Namun, kali ini, konflik dalam keluarga kerajaan mencuat ke publik setelah seorang pangeran, salah satu cucu dari mendiang pendiri Arab Saudi, Raja Abdul Aziz, menulis surat terbuka yang menyerukan kudeta terhadap Raja Salman. Dia beralasan, pemimpin berusia 79 tahun itu tidak mampu lagi menjalankan pemerintahan karena kesehatannya digerogoti sejumlah penyakit.

Konflik internal dan persaingan antarpangeran sejatinya bukan hal baru di Saudi, namun kudeta tidak umum terjadi. Kudeta terakhir berlangsung pada 1964, ketika Raja Saud dipaksa turun oleh Pangeran Faisal. Sebelas tahun kemudian, Raja Faisal ditembak mati oleh keponakannya.

Tekanan terhadap Raja Salman untuk lengser kian besar lantaran anggaran Saudi tergerus oleh melemahnya harga minyak mentah dunia, sumber pendapatan utamanya. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan tahun ini defisit Saudi mencapai US$ 107 miliar (Rp 1.566 triliun), yang makin membengkak akibat ongkos perang Yaman yang ditanggung Saudi. Sampai-sampai Riyadh menarik Rp 1.029 triliun dananya di luar negeri buat mengurangi defisit.

Raja Salman sudah sadar dia tidak bakal lama lagi memerintah. Karena itu, tiga bulan setelah duduk di singgasana, dia membuat keputusan mengejutkan: mencabut gelar putra mahkota dari Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz, putra bungsu Abdul Aziz. Dia kemudian mengangkat Pangeran Muhammad bin Salman, putra sulungnya dari istri ketiga, menjadi wakil putra mahkota. Posisi itu sebelumnya dipegang Pangeran Muhammad bin Nayif, yang kini otomatis naik menjadi putra mahkota. Sebenarnya ini tidak juga mengagetkan, lantaran ibu Muqrin bukanlah bangsawan.

Ada dua sinyalemen disampaikan Raja Salman terkait dengan keputusan kontroversialnya itu. Dia ingin memutus rantai generasi kedua penguasa Saudi. Artinya, dialah anak Abdul Aziz terakhir dari klan ibu, Hissa as-Sudairi, yang menjadi raja. Sejak Abdul Aziz meninggal, semua penguasa Saudi—mulai dari Saud, Faisal, Khalid, Fahad, hingga Abdullah, dan kini Salman--beribukan Hissa as-Sudairi.

Tentu saja ini bertentangan dengan dekrit Raja Abdullah pada 2006 yang berisi: jika semua anak-anak Abdul Aziz sudah tidak ada, baru kekuasaan dipegang oleh salah satu cucunya yang dipilih dari sekian ratus pangeran oleh sebuah dewan beranggotakan para pangeran senior.

Kedua, Raja Salman berambisi menjadikan anaknya itu sebagai penggantinya, walau miskin pengalaman. Usia Muhammad bin Salman terbilang amat muda, yang diyakini baru 30 tahun, meskipun di dokumen resmi tertulis 35 tahun. Dia sebenarnya adalah pelaksana pemerintahan keseharian kerajaan itu, karena memegang dua jabatan mentereng lain, yakni sebagai menteri pertahanan dan ketua komisi kebijakan ekonomi.

Boleh jadi keistimewaan itu membikin sepupunya, Muhammad bin Nayif, iri. Inilah yang membuat persaingan keduanya kian panas. Itu sebabnya muncul tudingan bahwa dua tragedi di musim haji tahun ini sengaja untuk mencoreng reputasi Muhammad bin Nayif, yang dikenal dekat dengan Amerika Serikat karena sama-sama terlibat operasi menumpas Al-Qaidah saat menjabat kepala intelijen. Dengan jabatan tambahan sebagai menteri dalam negeri, dia bertanggung jawab pula atas pengamanan pelaksanaan ibadah haji.

Sedangkan Pangeran Muhammad bin Salman butuh reputasi yang baik. Namanya sudah jelek akibat perang di Yaman yang dianggap gagal. Keputusan sembrono sang pangeran untuk melakukan intervensi militer langsung secara keroyokan makin membuat Yaman kian bergolak. Kalau persaingan keduanya dibiarkan berlarut-larut, akan sangat berbahaya bagi masa depan Saudi.

Berita terkait

Mengingat Tragedi Mina 32 Tahun Lalu yang Menewaskan 1.426 Jemaah Haji

9 Juli 2022

Mengingat Tragedi Mina 32 Tahun Lalu yang Menewaskan 1.426 Jemaah Haji

Tragedi Mina tahun 1990 yang menewaskan 1.426 jemaah merupakan salah satu insiden ibadah haji yang paling tragis.

Baca Selengkapnya

15 Tragedi Maut di Tengah Kerumunan

1 Mei 2021

15 Tragedi Maut di Tengah Kerumunan

Mulai dari tragedi Mina di Arab Saudi hingga festival Lag B'omer di Israel. Banyak orang tewas akibat berdesak-desakan atau saling dorong karena panik

Baca Selengkapnya

Satu Korban Tragedi Mina Dipulangkan dengan Pesawat Khusus

2 Mei 2016

Satu Korban Tragedi Mina Dipulangkan dengan Pesawat Khusus

Nila menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang telah merawat Culan dan membantu kepulangannya.

Baca Selengkapnya

Investigasi Insiden Mina, Pemerintah Arab Janji Terbuka

20 Oktober 2015

Investigasi Insiden Mina, Pemerintah Arab Janji Terbuka

Pemerintah Arab Saudi belum bisa memastikan kapan investigasi tragedi Mina selesai.

Baca Selengkapnya

TRAGEDI MINA: Mengerikan, Korban Tewas Menjadi 2.110

20 Oktober 2015

TRAGEDI MINA: Mengerikan, Korban Tewas Menjadi 2.110

Iran menjadi negara paling merasakan dampak dengan jumlah warganya yang tewas mencapai 465 jamaah.

Baca Selengkapnya

Jasad Jemaah Asal Banjarmasin yang Hilang Telah Ditemukan  

18 Oktober 2015

Jasad Jemaah Asal Banjarmasin yang Hilang Telah Ditemukan  

PPIH Arab Saudi menemukan jenazah jemaah haji dari Banjarmasin yang dilaporkan hilang setelah dirawat di RS Arafah.

Baca Selengkapnya

Tragedi Mina, Tim DVI: 2 Jemaah Belum Teridentifikasi

16 Oktober 2015

Tragedi Mina, Tim DVI: 2 Jemaah Belum Teridentifikasi

Adapun dua jemaah WNI yang belum teridentifikasi adalah jemaah berasal dari kelompok terbang JKS 61.

Baca Selengkapnya

Pascatragedi Mina: Arab Saudi Tak Mau Berbagi Pengelolaan Haji

14 Oktober 2015

Pascatragedi Mina: Arab Saudi Tak Mau Berbagi Pengelolaan Haji

Iran mendesak adanya satu badan independen untuk mengawasi pengelolaan ibadah haji setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Tragedi Mina, Politikus PKB: Orang Masih Hidup Ditumpuk Mayat  

13 Oktober 2015

Tragedi Mina, Politikus PKB: Orang Masih Hidup Ditumpuk Mayat  

Anggota DPR Fraksi PKB, Maman Imanulhaq, menuturkan dalam evakuasi korban peristiwa Mina, orang yang masih hidup ditumpuk mayat dan masuk kontainer.

Baca Selengkapnya

Dua Jemaah Haji Asal Subang Jadi Korban Tragedi Mina

5 Oktober 2015

Dua Jemaah Haji Asal Subang Jadi Korban Tragedi Mina

Jemaah haji asal Subang yang berjumlah 922 orang tak satu
pun yang menjadi korban tragedi Mina.

Baca Selengkapnya