Hang Tuah

Penulis

Senin, 16 April 2012 00:00 WIB

Pahlawan tak pernah mati. Pahlawan tak dibiarkan mati. Tiap kali seorang yang luar biasa dimakamkan, ia dipanggil lagi, digosok kembali, dan berubah, berkali-kali berubah. Mungkin ia tak perlu punya raut muka yang asli.

Juga Hang Tuah.

Syahdan, pahlawan yang hidup dalam kenangan kolektif di Malaysia dan Indonesia ini akhirnya pergi ke hutan menjadi darwis. Itu disebut dalam Hikayat Hang Tuah. Tapi disebut pula laksamana ini hidup abadi. Ia jadi orang suci dan raja bagi seluruh penghuni hutan di Semenanjung Malaka.

Mungkin itu tanda bahwa hikayat ini, yang disusun kembali oleh Kassim Ahmad dan terbit di Kuala Lumpur dengan tebal 550 halaman, tak tertutup ujungnya. 'Hikayat Hang Tuah tak punya akhir', tulis Henk Maier dalam satu telaahnya yang diterbitkan dalam Bijdragen tot de Taal-, Land-, en Volkenkunde. Seperti tampak dalam perkaitan Sejarah Melayu dengan Hikayat Hang Tuah, kata Maier, karya-karya Melayu lama tak pernah selesai; fragmen-fragmennya selalu dapat direntang terus dalam pelbagai kombinasi baru.

Maka Hang Tuah akan selalu ada di antara kita. Pada 1932, Amir Hamzah menulis sebuah sajak yang memanggil tokoh ini ke dalam perang laut kesultanan Melaka melawan armada Portugis -- perang yang dalam buku sejarah dicatat April 1511, ketika Alfonso de Albuquerque mendatangi kerajaan itu dengan 18 kapal dan 1500 bala tentara.

Sajak Amir Hamzah dengan plastis menghidupkan suasana tegang, bising dan sengit pertempuran menghadapi 'armada Peringgi' itu. Puisi ini bergerak dengan ritme tertib yang cepat -- tiap bait terdiri dari dua kalimat, tiap kalimat pertama 10 suku kata - dengan rima seperti barisan yang rampak bergerak, dengan bunyi kata yang silih berganti, hiruk konsonan dan asonansi:

Advertising
Advertising

Amuk-beramuk buru-memburu
Tusuk-menusuk luru-meluru

Lela rentaka berputar-putar
Cahaya senjata bersinar-sinar

Tapi kemudian berubah. Dua baris terakhir sebuah antiklimaks -- dengan rima yang mulai mendatar. Dan digambarkanlah tembakan meriam yang menentukan dari kapal Albuquerque. Maka....

Peluru terbang menuju bahtera
Laksamana dijulang ke dalam segara...

Sajak itu berhenti di sini. Saya tak tahu apakah ini sebuah karya yang selesai. Akhir itu ambigu. Tewaskah Hang Tuah? Atau hilang?

Amir Hamzah bukan orang yang pas untuk membuat sebuah narasi yang lengkap dan transparan. Ia seorang penyair lirik, bukan epik. Tapi mungkin juga ia ingin membiarkan kisahnya tak tertutup sebagaimana hikayat aslinya. Ia menggemakan kembali kata-kata dari perkapalan lama dan alat perang zaman lalu ('galyas', 'putsa', 'lela', 'seligi'), mungkin agar terasa kembali sifat setengah-dongeng setengah-tambo Hikayat Hang Tuah.

Dan dengan demikian sajaknya membawa kembali pesan klasik kisah ini, yang tersurat dalam pembuka hikayat itu: kesetiaan.

Sajak Amir Hamzah bercerita, ketika pertempuran berkecamuk, Hang Tuah dalam keadaan sakit. Tapi Sultan memanggilnya. Ia pun bangkit dan menghambur ke dalam perang.

Ia tak akan menolak titah.

Tapi pentingkah kesetiaan? Untuk apa? Saya hanya menduga, bagi Amir Hamzah -- yang mempersembahkan kumpulan sajaknya untuk 'Paduka Indonesia-Raya' di masa awal kebangkitan nasional -- kesetiaan Hang Tuah adalah kesetiaan seorang patriot: kepada patria, tanah air. Bukan kepada seorang raja.

Di sebuah masa lain, kesetiaan kepada raja tak dapat dipisahkan dari kesetiaan kepada stabilitas. Di masa lain lagi, ia bagian dari sebuah identitas yang terancam.

Cerita Taufik Ikram Jamil, Sandiwara Hang Tuah, membawa kita ke sekelompok nelayan miskin Riau zaman ini. Mereka baru saja mementaskan lakon Hang Tuah. Yang menarik dari cerita ini ialah daya pukau hikayat itu pada para aktor kampung itu, dan sebaliknya: mereka, orang-orang jelata yang imajinatif, menciptakan kembali hikayat dengan seluruh hidup mereka -- memanggil Hang Tuah yang setia dan Hang Jebat yang memberontak. Dan Jali, pemegang peran Hang Tuah, dalam keadaan seperti kesurupan arwah pahlawan itu, menjelaskan: kesetiaannya tak salah. Ia, Hang Tuah, 'bertuan kepada sesuatu lembaga pemerintah yang sah'. Selaras dengan itu Sulaiman, pemegang peran Jebat, menyatakan sesalnya membunuh Sultan. Ia membuat anak cucu 'kehilangan tempat dan waktu'.

Ada kehilangan di hati orang-orang itu, kehilangan kebanggaan, kehilangan lindungan sejarah, kehilangan stabilitas ke-Melayu-an. Waktu, seperti selamanya, mencairkan semuanya. Rajab, pelakon Sultan Mahmud, menyadari ini: 'Kita sudah bertemu di sini, di sejarah yang lain'.

Di sejarah yang lain, Sultan, patria, perkauman, kekuasaan, kemurnian budaya, identitas -- semua itu tetap membayangi pikiran kita. Tapi mungkin akhirnya diperlukan sebuah jarak.

Saya kira tokoh Hang Tuah dalam sajak Muhammad Haji Salleh menemukan berkah dalam jarak itu. Dalam Sajak-Sajak Sejarah Melayu penyair Malaysia ini kita berjumpa Hang Tuah yang dibawa menyingkir dari amarah Sultan. Ia difitnah berzina dengan seorang kekasih baginda. Tapi di persembunyiannya, ia merasa Tuhan memberikan 'keheningan' kepada akalnya. Ia juga dijauhkan dari hasrat 'kembali ke kusut istana dan kata-kata di belakang tabir'.

Dan ia pun merdeka:

sekarang,
aku boleh belayar
di tanjung-tanjung fikiran dan perasaanku

Zaman berubah lagi. Hang Tuah datang kembali, tapi tak merasa ditaklukkan dan menaklukkan dunia. Ia bertaut dengan semai nangka, perdu mangga, jambu jatuh, angin gunung dan warna langit: hal-hal yang tak muluk, tak kekal tapi indah. Ia memberi mereka makna. Kita tak ingin ia mati.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Bursa Transfer: Real Madrid Bidik Wonderkid Argentina Franco Mastantuono

16 menit lalu

Bursa Transfer: Real Madrid Bidik Wonderkid Argentina Franco Mastantuono

Klub raksasa Liga Spanyol, Real Madrid, kembali dikaitkan pemain muda berbakat (wonderkid), yakni Franco Mastantuono asal Argentina.

Baca Selengkapnya

Wapres Ma'ruf Amin Optimistis Timnas U-23 Indonesia Bisa Kalahkan Guinea di Laga Playoff Olimpiade 2024

49 menit lalu

Wapres Ma'ruf Amin Optimistis Timnas U-23 Indonesia Bisa Kalahkan Guinea di Laga Playoff Olimpiade 2024

Wapres Ma'ruf Amin optimistis Timnas U-23 Indonesia bisa mengalahkan timnas Guinea U-23 pada pertandingan playoff Olimpiade 2024.

Baca Selengkapnya

Lawan Timnas U-23 Indonesia di Playoff Olimpiade, Timnas Guinea Dipenuhi Pemain yang Berkiprah di Eropa

1 jam lalu

Lawan Timnas U-23 Indonesia di Playoff Olimpiade, Timnas Guinea Dipenuhi Pemain yang Berkiprah di Eropa

Timnas U-23 Indonesia akan menghadapi Guinea U-23 pada babak playoff untuk memperebutkan satu tiket ke Olimpiade 2024.

Baca Selengkapnya

Jadwal Championship Series Liga 1 2023-2024 Sudah Ditetapkan, Dimulai 14 Mei

2 jam lalu

Jadwal Championship Series Liga 1 2023-2024 Sudah Ditetapkan, Dimulai 14 Mei

Jadwal Championships Series Liga 1 2023-2024 sudah dirilis. Leg pertama digelar 14 dan 15 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Senior Jadi Tersangka

2 jam lalu

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Senior Jadi Tersangka

Polisi menetapkan satu orang tersangka dalam kasus penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya seorang taruna STIP Marunda

Baca Selengkapnya

Kepala RS Polri Ungkap Hasil Autopsi Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior

3 jam lalu

Kepala RS Polri Ungkap Hasil Autopsi Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior

Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rustika, 19 tahun, tewas diduga dianiaya seniornya di toilet

Baca Selengkapnya

PKB Bahas Koalisi dengan PKS untuk Pilkada 2024 di Kota Depok

3 jam lalu

PKB Bahas Koalisi dengan PKS untuk Pilkada 2024 di Kota Depok

PKS Kota Depok membuka peluang bagi partai politik untuk bergabung pada Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

3 jam lalu

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

KemenPPPA meminta pacaran pada usia anak sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan mental.

Baca Selengkapnya

Unjuk Kemampuan Bahasa Indonesia, Xikers Tuai Antusias Penonton Sejak Pertama Muncul

3 jam lalu

Unjuk Kemampuan Bahasa Indonesia, Xikers Tuai Antusias Penonton Sejak Pertama Muncul

Anggota grup asuhan KQ Entertainmet itu lalu menyapa roady, sebutan penggemar xikers, dengan Bahasa Indonesia.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Sipil Gelar Nobar Bloody Nickel, Ungkap Sisi Gelap Kendaraan Listrik

3 jam lalu

Koalisi Masyarakat Sipil Gelar Nobar Bloody Nickel, Ungkap Sisi Gelap Kendaraan Listrik

Diskusi film itu ditujukan untuk merespons program pemerintah yang masif mendorong kendaraan listrik (EV) beserta sisi gelap hilirisasi nikel.

Baca Selengkapnya