Etnokrasi

Penulis

Senin, 11 Juni 2012 00:00 WIB

Gaza hamil tua dengan manusia
dan tak ada yang membantu kelahirannya.

Saya pernah membaca sajak tentang Palestina itu (saya tak ingat lagi siapa penyairnya), dan sampai hari ini saya belum mengerti bagaimana cara membantu kelahiran manusia di Gaza.

Dalam tafsir saya, "manusia" adalah makhluk yang membuat sejarah melalui konflik, tapi tak akan bisa selama-lamanya bersengketa. "Ada waktu untuk perang," demikian tertera dalam Pengkhotbah, "dan ada waktu untuk damai."

Tapi di Gaza yang sekarang ada hanya "waktu untuk berperang", dan manusia belum sepenuhnya lahir.

Di sini dunia adalah sebuah penantian besar: penantian antara perang dan damai. Sekitar sejuta dari 1.700.000 penduduk di wilayah sepanjang 41 kilometer ini pengungsidan pengungsi adalah penanti sejati. Mereka telah menunggu lebih dari setengah abad. Persisnya sejak 1948, sejak mereka meninggalkan wilayah Palestina mereka yang dikuasai Israel setelah dunia Arab kalah perang.

Begitu lama mereka terdampar di sana, mungkinkah mereka kembali tanpa peperangan baru? Atau kalaupun mereka ingin tinggal selamanya di sana, bisakah itu berarti damai?

Advertising
Advertising

Damai yang hanya berarti tak ada tembak-menembak tak akan sulit dicapai. Tapi jika damai berarti rasa tenteram, orang-orang Palestina itu tak pernah menemukannya.

Mula-mula orang Israel mencoba mengambil alih tanah mereka dengan mendirikan permukiman di Kfar Darom dan Netzarim 40 tahun yang lalu. Tak berhenti di sana, pemerintah Israel mendukung ikhtiar perebutan seperti itu sampai dasawarsa berikutnya. Bentrokan pun tak dapat dielakkan. Orang-orang Palestina makin tak sabar, dan Hamas dibentuk dan Hamas didukung, dan intifadah meletus. Sejak itu, Gaza adalah awal dan ajang pertempuran, campuran antara heroisme dan terorisme, antara kecanggihan peralatan perang dan kebrutalan.

Israel memang menguasai udara, pantai, dan sisi timur Laut Tengah, dengan kekuatan militer dan propaganda yang tak tertandingi. Dalam Perang Gaza 2008 Israel praktis menang: di samping ratusan korban orang Palestina tewas, termasuk anak-anak, pelbagai prasarana yang dikendalikan Hamas dapat dihancurkan. Tapi pada akhirnya, Israel juga sebuah penantian besardengan semua kontradiksi yang terjadi karena itu.

Negara ini, seperti halnya negara lain, lahir dari kekerasan. Tapi sementara sebagian besar negara di dunia menjinakkan diri ke dalam institusi-institusi yang memendam kekerasan di bawah fondasinya, Israel tidak. Ia tak sepenuhnya sampai ke titik "waktu untuk damai". Lembaga-lembaga sosial dan politiknya memang berlangsung seperti di negara demokrasi yang normal: pers bebas, pemilihan umum yang terbuka, peradilan yang mandiri. Tapi Israel juga sebuah republik yang diperkuat oleh ketakutan.

Dulu ia ketakutan karena merasa dikepung negeri-negeri Arab yang ingin menghapuskannya dari peta. Kini, dengan kecanggihan dan kesiagaan militernya yang tak tertandingi di wilayah itu (termasuk dengan kesiapan senjata nuklir), ia hidup dengan ketakutan lain.

Tangan dan kakinya mencengkeram sebuah wilayah, bukan hanya Gaza, yang menurut hukum internasional bukan miliknyadi zaman ketika kolonisasi dianggap kejahatan. Para pemukim (settlers) Yahudi tak putus-putusnya mengambil alih tanah milik orang Palestina yang hidupnya lebih dulu dipojokkan pemerintah Israeldi zaman ketika ketidakadilan macam itu dikutuk secara universal. Maka ketakutan Israel kini adalah ketakutan tak punya dalih. Ia makin sulit menjelaskanjuga kepada dirinya sendiribagaimana sebuah negeri yang lahir untuk membebaskan diri dari kesewenang-wenangan kini memperpanjang diri dengan kesewenang-wenangan. Dengan kata lain, Israel takut kehilangan raison d'tre. Ia takut dasar hidupnya akan terungkap sebagai sesuatu yang palsu: bukan karena hak, melainkan karena ia menembak & menggertak.

Ketakutan punya racun yang tak selamanya terasa. Nelson Mandela pernah mengatakan, bila "kita membebaskan diri dari ketakutan kita sendiri, kehadiran kita otomatis membebaskan orang lain". Bila tidak.

Dari itu tampak dengan jelas kontradiksi yang merundung Israel sekarang: di satu pihak, ia sebuah negeri yang merawat kebebasan; di pihak lain, ia kekuasaan yang takut akan kebebasan.

Secara lebih tajam, itulah yang diungkapkan oleh Peter Beinart dalam bukunya yang baru terbit, The Crisis of Zionism. Baginya, Israel terbelah dua; yang sebelah barat, "Israel adalah sebuah demokrasi tulen, meskipun ada cacatnya"; ke sebelah timur, Israel adalah "sebuah etnokrasi".

Kata "etnokrasi", terutama karena disebutkan oleh seorang penulis keturunan Yahudi, adalah kata yang keras sekali. Israel bermula dari para korban rencana etnokrasi Hitler: sebuah kekuasaan politik oleh, untuk, dan dengan etnis tertentu. Tapi kini Zionisme, yang berawal sebagai nasionalisme, telah bertaut dengan politik identitas yang kian sempitnyaris hanya mewadahi mereka yang mengunggulkan warga beretnis Yahudi dengan mengibarkan kata-kata Kitab Suci.

Dan tembok pun dibanguntanda pemisah yang mirip politik apartheid rezim kulit putih Afrika Selatan. Bukan kebetulan bila pembangun sistem ini, Ariel Sharonseperti ditulis David Schulman dalam The New York Review of Books 7 Juni yang lalumenyebut wilayah Palestina di balik tembok sebagai "Bantustans".

Tapi sebagaimana Afrika Selatan, kata Schulman, sistem Israel itu akan runtuh. Israel tak akan sanggup membinasakan seluruh orang Palestina. Penduduk Yahudi akan jadi minoritas.

Dan suatu hari nanti, jam berdetak ke arah pembebasandan manusia pun lahir bersama waktu "untuk damai".

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

30 detik lalu

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

Korban gempa Garut bertahan di rumah mereka yang rawan roboh karena tidak ada tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

1 menit lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Civitas Academica Universitas di Iran Adakan Unjuk Rasa Pro-Palestina

1 menit lalu

Civitas Academica Universitas di Iran Adakan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Para mahasiswa, dosen dan staf di berbagai universitas di Iran mengadakan unjuk rasa pro-Palestina di masing-masing kampus.

Baca Selengkapnya

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Calegnya di Papua Tengah Pindah ke PDIP

8 menit lalu

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Calegnya di Papua Tengah Pindah ke PDIP

PPP meminta MK agar memerintahkan KPU untuk melakukan penghitungan suara ulang atau PSU di Kabupaten Paniai.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

9 menit lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Antony Blinken kepada Hamas: Terima Saja Proposal Israel yang 'Luar Biasa Murah Hati'

9 menit lalu

Antony Blinken kepada Hamas: Terima Saja Proposal Israel yang 'Luar Biasa Murah Hati'

Menlu AS Antony Blinken mendesak Hamas untuk segera menerima proposal Israel yang terbaru dan "sangat murah hati" untuk melakukan gencatan senjata.

Baca Selengkapnya

Pimpinan MPR RI Akan Bangun Komunikasi Politik

9 menit lalu

Pimpinan MPR RI Akan Bangun Komunikasi Politik

Menjelang transisi politik kepemimpinan nasional, MPR RI akan melakukan Silaturahmi Kebangsaan ke berbagai tokoh bangsa.

Baca Selengkapnya

Kematian Tragis Polisi: Brigadir RA Tewas Diduga Bunuh Diri dan Pembunuhan Brigadir Yosua oleh Ferdy Sambos Cs

10 menit lalu

Kematian Tragis Polisi: Brigadir RA Tewas Diduga Bunuh Diri dan Pembunuhan Brigadir Yosua oleh Ferdy Sambos Cs

Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi alias Brigadir RA, mengingatkan kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J pada 2022.

Baca Selengkapnya

Sinopsis The Midnight Romance in Hagwon, Drakor Pengganti Queen of Tears

10 menit lalu

Sinopsis The Midnight Romance in Hagwon, Drakor Pengganti Queen of Tears

The Midnight Romance in Hagwon menghadirkan Wi Ha Joon dan Jung Ryeo Won sebagai pemeran utama, tayang mulai 11 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

7 Rekomendasi Makanan Ibu Hamil Trimester Pertama yang Bagus untuk Janin

12 menit lalu

7 Rekomendasi Makanan Ibu Hamil Trimester Pertama yang Bagus untuk Janin

Ada beberapa rekomendasi makanan ibu hamil trimester pertama yang harus Anda ketahui. Namun, pastikan makanan sudah dicuci bersih dan matang.

Baca Selengkapnya