SARA

Penulis

Sabtu, 25 Agustus 2012 22:28 WIB

Putu Setia

Tiba-tiba saya ingat peristiwa kecil yang sudah lama, sampai saya lupa kapan persisnya. Yang jelas, Presiden Indonesia masih Soeharto. Ketika itu, saya berbicara di perkemahan remaja lintas agama yang diselenggarakan sebuah organisasi pemuda. Saya sedang menjelaskan salah satu keyakinan dalam Hindu, yakni percaya akan adanya reinkarnasi. Lalu saya memancing pertanyaan, "Jika Anda percaya reinkarnasi, dan dibolehkan memilih pada kehidupan nanti, apa pilihan Anda?"

Seorang remaja lelaki berkacamata mengacungkan tangan, lalu saya persilakan menjawab, "Pilihan saya sederhana: saya tak ingin lahir sebagai warga Tionghoa." Saya kaget, meski beberapa peserta ada yang tertawa dan mendorong lelaki itu. Suasana memang santai.

Kenapa? Dia menjawab, "Saya lahir di negeri ini. Ayah dan ibu saya juga lahir di sini. Tapi, kok, saya harus mencari surat keterangan warga negara untuk mencari paspor, sementara orang lain yang juga lahir di sini, tidak. Saya juga tak bisa masuk Akabri."

Remaja itu menjawab dengan serius. Saya beralih kepada seorang remaja putri, dengan pertanyaan yang sama. Dia menjawab, "Saya ingin lahir di keluarga kaya, terhormat, berpendidikan." Sampai di situ, suasana riuh. "Saya belum selesai," kata sang putri. Saya minta yang lain tenang. "Ya, kaya, terhormat, berpendidikan, dan bukan Hindu. Saya ingin jadi presiden." Ucapan terakhir ini sudah diduga membuat suasana gaduh. Namanya anak remaja, ejekan pun keluar, "Kok, perempuan bercita-cita jadi presiden?" Atau ejekan ini, "Jadi presiden? Ngaca dulu! Sejak lahir, presiden kita, ya, cuma Pak Harto."

Advertising
Advertising

Ya, peristiwa kecil, di sebuah kegiatan berskala kecil. Tapi peristiwa ini sering saya kenang karena ada muatan SARA--akronim dari suku, agama, ras, dan antargolongan. Pada masa Orde Baru itu, kita tahu, kata SARA menjadi ampuh untuk berbagai hal, dari tujuan yang baik maupun maksud tidak baik. Seorang tentara yang menembak polisi tak bisa diberitakan karena SARA, entah di mana unsur SARA-nya. Ada isu yang beredar: seorang wakil kepala staf yang sudah dipersiapkan menjadi kepala staf, tiba-tiba batal karena dia beragama Hindu. Isu ini selamanya menjadi isu karena, kalau mau dilacak, terhadang dengan kata-kata: "Jangan tanya itu, sensitif, itu SARA." Padahal, kalau SARA ditanggalkan, bisa jadi isu itu bohong belaka, tak mungkin pemimpin dipilih berdasarkan iman atau agama di negeri majemuk ini. Presiden saja tak disyaratkan beragama Islam.

Yang tak bohong, perlakuan terhadap warga keturunan Tionghoa itu. Namun, kita bersyukur pernah punya presiden bernama Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Pada masa pemerintahannya yang singkat itu, warga Tionghoa bisa bernapas longgar. Imlek boleh dirayakan, baik secara keagamaan oleh penganut Konghucu maupun secara budaya oleh warga keturunan Tionghoa tanpa memandang apakah dia Buddha, Kristen, Katolik, Hindu, atau Islam. Barongsai dipentaskan di mana-mana. Aktivis Tionghoa menjadi menteri, anggota DPR, bupati, dan sebagainya. Saya pun berangsur melupakan peristiwa kecil yang dulu itu, dan saya selalu berkata, "Indonesia telah berubah ke arah yang lebih baik."

Bagai petir di siang benderang, saya terkejut ketika isu SARA merebak kembali dalam kasus Pilkada DKI Jakarta putaran kedua ini. Jokowi orang tuanya Kristen, dan batin saya bertanya, "Kalaupun benar (padahal tidak), apa yang salah?" Ahok keturunan Tionghoa, batin saya pun bertanya, "Memang ada masalah?" Pilih pemimpin yang seiman, batin saya pun menjerit, "Oh, betul juga, negara kesatuan ini sejak dulu belum final. Saya keliru, negeri ini ternyata makin runyam." Astaga!

Berita terkait

Kementan Terbitkan Permentan No.01 Tahun 2024, Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

3 menit lalu

Kementan Terbitkan Permentan No.01 Tahun 2024, Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Revisi Permentan untuk memastikan penyaluran pupuk bersubsidi secara akurat dan tepat sasaran.

Baca Selengkapnya

Kadin Ingatkan Pemerintah Hati-hati Membentuk Badan Otorita Penerimaan Negara

4 menit lalu

Kadin Ingatkan Pemerintah Hati-hati Membentuk Badan Otorita Penerimaan Negara

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah agar berhati-hati dalam pembentukan Badan Otorita Penerimaan Negara.

Baca Selengkapnya

Gregoria Mariska Tunjung Kalahkan Ratchanok Intanon, Mikha Angelo: Dulu Merasa Ditakdirkan Selalu Kalah

6 menit lalu

Gregoria Mariska Tunjung Kalahkan Ratchanok Intanon, Mikha Angelo: Dulu Merasa Ditakdirkan Selalu Kalah

Lewat unggahan di Instagram dan X, Mikha Angelo mengungkapkan rasa bangga terhadap kekasihnya, Gregoria Mariska Tunjung berhasil melewati masa sulit.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

10 menit lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Barang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?

18 menit lalu

Barang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?

Kementerian Perdagangan menghapus pembatasan jumlah maupun jenis pengiriman atau barang impor milik pekerja migran (PMI) tapi tetap diawasi Bea Cukai

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

21 menit lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

Profil Lil Boi, Rapper yang Bergabung dengan H1ghr

25 menit lalu

Profil Lil Boi, Rapper yang Bergabung dengan H1ghr

Oh Seung-taek atau Lil Boi rapper Korea Selatan baru-baru ini bergabung dengan agensi H1ghr

Baca Selengkapnya

Ketua DPW PKS Jakarta Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur

26 menit lalu

Ketua DPW PKS Jakarta Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur

Bursa calon gubernur Daerah Khusus Jakarta dari PKS mulai ramai. Salah satunya Ketua DPW PKS Jakarta Khoirudin.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

32 menit lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Presiden Senang Produksi Jagung di Sumbawa Maju

36 menit lalu

Presiden Senang Produksi Jagung di Sumbawa Maju

Saat ini yang perlu dilakukan adalah menjaga keseimbangan harga di tingkat petani maupun di tingkat peternak.

Baca Selengkapnya