Menolak Penutupan 'Sekolah Turki'

Penulis

Minggu, 31 Juli 2016 22:26 WIB

Sikap pemerintah Indonesia menolak permintaan Kedutaan Besar Turki untuk menutup sejumlah lembaga pendidikan karena disebut berafiliasi dengan gerakan Fethullah Terrorist Organisation (FETO) sudah tepat. Penutupan itu tidak hanya akan berdampak pada nasib ribuan siswa sekolah tersebut. Namun, hal yang lebih penting, sejauh sekolah tersebut tak melakukan kesalahan, pemerintah tak boleh menutup, melainkan justru harus melindungi.

Pekan lalu, lewat situs mereka, Kedutaan Besar Turki menyebutkan ada sembilan lembaga pendidikan di Indonesia yang dituding berafiliasi dengan FETO. Sekolah tersebut, antara lain, adalah Pribadi Bilingual Boarding School di Depok dan Bandung, Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School di Tangerang Selatan, Semesta Bilingual Boarding School di Semarang, serta Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School di Yogyakarta.

Permintaan Turki itu berkaitan dengan kudeta yang meletus di negara tersebut beberapa waktu lalukudeta yang menyebabkan 246 orang tewas dan 2.000-an lainnya luka-luka. Presiden Turki Tayyip Erdogan menuding Gulen, mantan sekutu politiknya, sebagai otak di balik kudeta berdarah itu. Namun, Gulen, dari tempat pengasingannya di Pennsylvania, Amerika Serikat, membantah tudingan tersebut.

Pemerintah Erdogan sudah lama mencurigai gerakan Gulen melalui dunia pendidikan sebagai cara infiltrasi untuk menguasai sejumlah sektor penting di Turki. Setelah percobaan kudeta pada Juli lalu itu, selain mencokok ribuan tentara, pemerintahan Erdogan menangkapi hakim, jaksa, polisi, dosen, serta jurnalis. Dari sekitar 60 ribu orang yang dipecat atau ditahan pasca-kudeta, sekitar 42 ribu merupakan pegawai pada kementerian pendidikan.

Turki kemudian menetapkan Gulen dan pengikutnya sebagai teroris serta memberinya label Fethullah Terrorist Organisation (FETO). Pemerintah Turki kemudian "meluaskan" pemberangusan terhadap apa pun yang mereka nilai berkaitan dengan Gulen, termasuk lembaga pendidikan di luar Turki. Permintaan penutupan sekolah ini memang tidak hanya kepada pemerintah Indonesia, tapi juga negara lain, di antaranya Jerman dan Kenya.

Advertising
Advertising

Dalam hal inilah sikap yang ditunjukkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, yang menyatakan tak akan menutup sekolah-sekolah tersebut, sudah tepat. Pemerintah memang tak perlu mengabulkan permintaan itu. Sekolah-sekolah yang disebutkan dalam situs itu selama ini beroperasi dan tunduk kepada undang-undang yang berlaku di Indonesia, salah satunya Undang-Undang tentang Pendidikan. Sekolah tersebut, seperti dikatakan Muhadjir sendiri, selama ini beroperasi atas biaya para orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka di sana. Karena itu, sepanjang tak melanggar undang-undang, pemerintah tak boleh menutupnya.

Indonesia memang memiliki hubungan baik dengan Turki. Tapi, jika negara tersebut ikut campur dalam urusan pendidikan yang diselenggarakan Indonesia, pemerintah harus tegas menolak. Pemerintah harus melindungi semua sekolah yang disebutkan dalam situs Kedutaan Besar Turki dan menjamin keberlangsungannya.

Berita terkait

Cibis Park: Lokasi, Jam Buka, Harga Tiket, dan Daya Tariknya

40 detik lalu

Cibis Park: Lokasi, Jam Buka, Harga Tiket, dan Daya Tariknya

Untuk menemani weekend, Anda bisa datang ke Cibis Park yang terletak di daerah Pasar Minggu. Ini lokasi, jam buka, dan harga tiketnya.

Baca Selengkapnya

Caleg NasDem Ikuti Sidang secara Daring, Hakim MK: di Tempat yang Layak, Tak Boleh Mobile

1 menit lalu

Caleg NasDem Ikuti Sidang secara Daring, Hakim MK: di Tempat yang Layak, Tak Boleh Mobile

Caleg Partai NasDem, Alfian Bara, mengikuti sidang MK secara daring tidak bisa ke Jakarta karena Bandara ditutup akibat erupsi Gunung Ruang

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

2 menit lalu

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.

Baca Selengkapnya

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

2 menit lalu

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

ITB menaikkan UKT untuk para mahasiswa angkatan 2024. Kenaikannya berkisar 15 persen dibanding angkatan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

6 menit lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

7 menit lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

8 menit lalu

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

Menurut media asal AS, Arab Saudi menangkap warganya karena mengkritik Israel di media sosial terkait perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

8 menit lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

16 menit lalu

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

Indonesia dikabarkan tengah mengimpor Indonesia tengah mengimpor sejumlah produk spyware dan pengawasan yang sangat invasif dari Israel.

Baca Selengkapnya

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

16 menit lalu

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

Nila Armelia Windasari, dosen muda ITB menceritakan pengalamannya meraih gelar doktor di usia 27 tahun.

Baca Selengkapnya