Sekolah Seharian ala Menteri Pendidikan

Penulis

Selasa, 9 Agustus 2016 21:24 WIB

Belum genap sebulan menjabat, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sudah membikin heboh. Anak sekolah, SD dan SMP, menurut dia, perlu bersekolah sehari penuh. Konsep ini, kata Menteri Muhadjir, demi mengakomodasi kesibukan orang tua. Pulang dari kantor, pukul 5 sore, ayah dan ibu bisa sekalian menjemput putra-putrinya dari sekolah.

Gagasan sekolah seharianfull-day schoolsebetulnya tidak baru. Tak sedikit sekolah swasta yang menerapkan jam belajar sehari penuh, diselingi waktu bermain, makan siang, dan tidur siang. Hal ini biasanya dilakukan sekolah swasta yang bagus dan berstandar internasional. Guru-gurunya kreatif, fasilitas sekolah nyaman, suasana belajar pun menyenangkan.

Lebih dari soal plus-minus sekolah seharian, yang patut kita soroti adalah cara Menteri Muhadjir melontarkan gagasan. Tanpa kajian mendalam, Muhadjir langsung menyodorkan konsep. Apalagi dia mengklaim usulnya sudah mendapat lampu hijau dari Presiden dan Wakil Presiden. Proyek percontohan kabarnya segera dilakukan di sekolah-sekolah negeri, yang menurut Muhadjir, untuk mengetes pasar.

Wajar saja jika pernyataan Muhadjir itu memancing kritik keras. Pertimbangan kesibukan orang tua, dengan jam kerja pukul 9 sampai pukul 5, terasa Jakarta-sentris. Bagaimana dengan petani, nelayan, juga pengusaha yang irama kerjanya berbeda? Bagaimana dengan aneka kegiatan di luar sekolah, bermain bola atau layang-layang, yang seharusnya dinikmati anak usia SD dan SMP? Lalu, bagaimana dengan bocah yang menggembalakan kambing atau sapi sepulang sekolah?

Konsep sekolah seharian memang ideal. Anak-anak mendapat tempat yang aman dan nyaman sehari penuh, sementara ibu-bapaknya bekerja. Namun hal itu hanya berlaku jika semua prasyarat terpenuhi: jumlah dan kualitas guru, kenyamanan gedung, dan makan siang memadai, serta berbagai fasilitas tersedia.

Advertising
Advertising

Persoalannya, kesenjangan antara kualitas guru dan sarana pendidikan begitu luas. Masih banyak sekolah dengan fasilitas minim. Tidak sedikit pula sekolah yang berlokasi di labirin lembah dan bukit yang harus ditempuh dengan berjalan kaki berjam-jam. Jika kebijakan sekolah seharian diterapkan, jurang kualitas pendidikan antara kota dan daerah bakal semakin lebar.

Belakangan, setelah kritik menderas, Muhadjir menjelaskan gagasan itu masih dalam kajian mendalam. Dia juga menegaskan konsep sekolah seharian tidak berarti anak di dalam kelas sehari penuh.

Sebagai seorang menteri, Muhadjir semestinya sadar kebijakan publik harus melalui kajian komprehensif. Prinsip evidence-based policy (kebijakan berbasis data dan bukti) harus ditegakkan. Faktor-faktor penghambat dan pendukung dikaji, barulah kebijakan dirumuskan. Tanpa kajian mendalam tentang arah dan strategi pendidikan, publik akan tergopoh-gopoh dipaksa mengikuti kemauan pejabat.

Berita terkait

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

10 menit lalu

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

Jumlah penyandang disabilitas yang mendaftar rekrutmen Bintara Polri meningkat

Baca Selengkapnya

Kelompok Petani Singgung Janji Reforma Agraria Jokowi yang Tak Tuntas di Demo Hari Buruh

15 menit lalu

Kelompok Petani Singgung Janji Reforma Agraria Jokowi yang Tak Tuntas di Demo Hari Buruh

Dewi mempertanyakan jumlah tanah yang sudah dikembalikan kepada rakyat dalam agenda reforma agraria Jokowi.

Baca Selengkapnya

Kena Modus Salah Transfer dari Pinjol Ilegal? Ini Penjelasan Pakar Hukum

16 menit lalu

Kena Modus Salah Transfer dari Pinjol Ilegal? Ini Penjelasan Pakar Hukum

Layanan pinjol ilegal PundiKas menstransfer sejumlah uang tanpa persetujuan yang diklaim sebagai utang.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Penyebab Aplikasi UTBK Mati, Panitia UTBK Sediakan Kemeja, Janji Microsoft

22 menit lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Penyebab Aplikasi UTBK Mati, Panitia UTBK Sediakan Kemeja, Janji Microsoft

Topik tentang kendala teknis mewarnai hari pertama pelaksanaan UTBK SNBT 2024 menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Hari Ini di PN Jaksel

26 menit lalu

Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Hari Ini di PN Jaksel

Penyidik mempunyai bukti bahwa Panji Gumilang pada tahun 2019 telah menerima pinjaman dari bank sejumlah Rp 73 miliar.

Baca Selengkapnya

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

26 menit lalu

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

Sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian di Belanda, telah memberikan dukungan kepada Indonesia, termasuk terkait IKN

Baca Selengkapnya

Kuartal Pertama 2024, Laba Bersih Bukit Asam Melorot 31,9 Persen

26 menit lalu

Kuartal Pertama 2024, Laba Bersih Bukit Asam Melorot 31,9 Persen

Bukit Asam membukukan laba bersih kuartal I 2024 sebesar Rp 790,9 miliar atau anjlok 31,9 persen secara tahunan dari Rp 1,16 triliun.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

26 menit lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

27 menit lalu

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

AJI menilai kedua acara ini jadi momentum awal bagi jurnalis di Indonesia dan regional untuk mempererat solidaritas.

Baca Selengkapnya

Cerita Sepupu saat Memandikan Jenazah Brigadir RA

32 menit lalu

Cerita Sepupu saat Memandikan Jenazah Brigadir RA

Sepupu Brigadir Ridhal Ali Tomi (Brigadir RA), Rudi Dagong, bercerita saat dia memeriksa jenazah hingga memandikannya

Baca Selengkapnya