Schiller

Penulis

Senin, 25 Juni 2012 00:00 WIB

Teks itu membuat saya gentar. Seorang teman dekat meminta saya mengadaptasi lakon Schiller, Die Ruber (Rampok). Schiller nama besar dalam sastra Jerman abad ke-18; ia disandingkan dengan Goethe; dan cerita yang harus saya sadur sebelumnya telah disadur oleh satu nama besar sastra Indonesia, Rendra. Bagaimana saya bisa melakukan yang lebih baik?

Ternyata Die Ruber bukan sebuah lakon yang cocok untuk saya. Saya membacanya dalam versi Inggris, tentu, untuk membantu bahasa Jerman saya yang berantakan. Kesimpulan saya, Die Ruberyang ditulis ketika Schiller baru berumur 21tak lebih dari sebuah melodrama dengan dialog yang berlarat-larat dan melambung.

Tapi di zamannya, Die Ruber diterima dengan gemuruh. Pertunjukan perdananya di teater nasional Mannheim pada 1782 menarik penonton dari kota-kota lain. Mereka bertepuk untuk tiap ucapan yang menggugah dan menangis untuk tiap adegan yang menyentuh. Die Ruberseorang penulis sejarah menyebutnya "a powerful nonsense"ternyata punya daya pukau di masyarakat kota Jerman masa itu: masyarakat yang merasakan hukum telah terpisah dari keadilan dan agama telah jauh dari ketulusan.

Karl Moor, tokoh utama lakon ini, adalah pemimpin gerombolan perampok yang menjarah tuan tanah yang loba dan menolong yang tak berdaya. Sekaligus Die Ruber juga sebuah cercaan kepada para padri yang menjual Tuhan dengan harga "10 picis".

Sikap dan tindakan moral dalam hidup, bagi Schiller, lebih mulia ketimbang kaidah yang ditentukan Takhta dan Agama.

Advertising
Advertising

Tidak mengherankan. Agama adalah kekecewaan besar Schiller. "Agama yang mana yang aku akui? Tak satu pun dari yang tuan sebutkan kepada saya. Dan kenapa demikian? Karena agama"itu pernyataannya yang terkenal.

Ia hidup di Eropa yang masih luka dan teperdaya.

Hampir semua karya teaternya mengandung latar sejarah ketika Eropa dilanda perang agama antara Katolik dan Protestan yang berlangsung pada 1618-1648, perang yang menjanjikan surga tapi merusak hampir semua sudut kehidupan. Dengan nada yang tak bisa datar dan dingin, Schiller bahkan pernah menulis tiga jilid buku sejarah tentang Perang 30 Tahun itu.

Sikapnya memang negatif terhadap Gereja Katolik. Tapi ia bukan orang yang berat sebelah. Mungkin karena ia seorang penulis lakon. Teater adalah proses yang efektif untuk menyelamatkan seseorang dari kesatu-sisian. Lakon, baik dari kata "laku" maupun dari kata Inggris play, mendorong tiap pandangan a priori ke dalam gerak yang ditentukan oleh gerak itu sendiri. Di panggung, premis awal bisa berkembang atau berkurang, berkelok atau berputar. Dan akhirnya: beraneka gema. Die Ruber, yang bagi saya bombastis, ternyata disambut dengan seru kekaguman oleh penyair Inggris terkenal, Samuel Taylor Coleridge.

Dengan kata lain, sebuah karya teater adalah jalan yang arahnya tak terduga. Lakon Schiller, Maria Stuart, misalnya: cerita dua ratu yang berebut takhta Inggristapi juga perseteruan kekuatan Katolik dan Protestan. Yang menangsesuai dengan catatan sejarah abad ke-16adalah Elizabeth yang Protestan. Tapi lakon ini tak urung menunjukkan bahwa Mary yang Katolik adalah yang akhirnya melepaskan diri dari segala yang palsu dalam dirinya. Sementara itu Ratu Elizabeth adalah contoh tiadanya hati yang tulus dalam Realpolitik. Takhta adalah candu bagi raja-raja. Agama bukan penangkalnya; ia dalihnya.

Itu juga yang terdapat dalam Don Carlos: Raja Spanyol, Philip II, bersengketa dengan anaknya sendiri, Don Carlos. Keduanya memperebutkan hati seorang perempuan, tapi konflik dalam lakon Schiller yang ketiga ini lebih dalam: di satu pihak ada para pembesar kerajaan yang hendak meneruskan penindasan di Flanders; di lain pihak ada Marquis Posa, sendirian, seorang Protestan yang selama itu menyembunyikan agamanya. Ia mencoba membujuk Philip II untuk memberi rakyatnya kemerdekaan beragama. Lihat orang-orang yang lari dari Spanyol untuk menyelamatkan iman mereka, kata sang Marquis. Mereka diterima Inggrisdan membuat kerajaan Ratu Elizabeth itu berkembang, sementara Granada, di Spanyol, terbengkalai.

Tapi Marquis Posa gagal. Ia mati terbunuh. Spanyol tak membuka pintu ke arah kemerdekaan berbeda agama. Untuk memperkuat dasar kekuasaannya, Philip mengundang Inquisitor Agung, padri pengusut dan penjaga iman, bagian yang paling intoleran dari Gereja Katolik Spanyol.

Dalam lakon Schiller, sang Inquisitor adalah seorang amat tua yang buta dan kejam: suara masa lalu yang tak mau melihat perubahan, pemimpin agama yang memandang manusia sebagai makhluk yang gelap. Dengan bantuannya, Raja Spanyol siap menghabisi Don Carlos, anaknya sendiri, yang juga sahabat Marquis Posa.

Agama dan kekuasaan perlu ketat dan tetap; kalau tidak, kata sang Inquisitor, keduanya akan cair ke udara.

Syahdan, agama dan takhta Philip II pun menang.

Tapi ternyata kemenangan bukan titik akhir. Dalam lakon Wallenstein's Tod, bangsawan Bohemia itu menggasak pemberontakan Protestan melawan Imperium Austria yang Katolik. Para prajuritnya, tentara bayaran yang ganas, berseru: "Kemerdekaan telah sirna dari bumi/ Dan orang cuma melihat Tuan dan Hamba.../ Hanya yang berani mati, serdadu, yang jadi manusia merdeka." Der Soldat allein ist der freie Mann!

Schiller akan menganggap teriakan itu gejala "misantropi", kebencian kepada manusia, dan "misantropi adalah bunuh diri berkepanjangan". Sebab "bila aku membenci, aku mengambil sesuatu dari dalam diriku; bila aku mencinta, aku diperkaya oleh yang aku cintai".

Saya tak tahu apakah ia menganggap agama sebuah misantropi, dan benarkah cinta tak akan mungkin di sana.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Partai Narendra Modi Bagikan Video Hasutan tentang Oposisi dan Komunitas Muslim India

15 menit lalu

Partai Narendra Modi Bagikan Video Hasutan tentang Oposisi dan Komunitas Muslim India

Video animasi yang dibagikan oleh partai Perdana Menteri Narendra Modi menargetkan partai Kongres sebagai oposisi dan komunitas Muslim.

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

17 menit lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

1 jam lalu

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sudah 2 kali mangkir dalam pemeriksaan KPK sebelumnya dan tengah mengajukan praperadilan.

Baca Selengkapnya

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

1 jam lalu

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

Akibat pengeroyokan itu, dua mahasiswa Universitas Pamulang mengalami luka, satu di antaranya adalah penghuni kos lain yang berusaha melerai.

Baca Selengkapnya

Profil Eko Patrio yang Disiapkan PAN Jadi Menteri did Kabinet Prabowo

2 jam lalu

Profil Eko Patrio yang Disiapkan PAN Jadi Menteri did Kabinet Prabowo

Nama komedian Eko Patrio disebut oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas pada Ahad, 5 Mei 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Mobil Polisi Tabrak Mikrobus di Tol MBZ, Pengemudi Diduga Mengantuk

3 jam lalu

Kecelakaan Mobil Polisi Tabrak Mikrobus di Tol MBZ, Pengemudi Diduga Mengantuk

Kedua kendaraan yang terlibat kecelakaan di Tol MBZ itu langsung diamankan di Induk PJR Jakarta-Cikampek.

Baca Selengkapnya

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

3 jam lalu

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

Universitas Indonesia atau UI masih menjaga posisi bergengsi dalam pemeringkatan kampus versi Times Higher Education. Berikut hasilnya pada 2024.

Baca Selengkapnya

Saran Dokter untuk Jaga Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

3 jam lalu

Saran Dokter untuk Jaga Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

Berikut saran spesialis kulit untuk menjaga kesehatan kulit di tengah cuaca panas seperti belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Gerindra Jajaki Koalisi dengan Parpol Lain di Pilkada Jawa Tengah, Ini Alasannya

3 jam lalu

Gerindra Jajaki Koalisi dengan Parpol Lain di Pilkada Jawa Tengah, Ini Alasannya

Gerindra sebelumnya sudah berkomunikasi dengan Demokrat untuk Pilkada Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Jadwal dan Tahapan Sidang Sengketa Pileg 2024 Hingga Juni Nanti

3 jam lalu

Jadwal dan Tahapan Sidang Sengketa Pileg 2024 Hingga Juni Nanti

MK akan memutus Perkara PHPU atau sengketa Pileg: anggota DPR, DPD, dan DPRD dalam tenggang waktu paling lama 30 hari kerja sejak permohonan dicatat.

Baca Selengkapnya