Dissensus

Penulis

Senin, 16 Juli 2012 00:00 WIB

Ada sejumlah larut malam Jakarta, ada beberapa sudut kota yang belum sepi, ada puluhan laki-laki, umumnya laki-laki, yang duduk di atas sadel sepeda motor yang diparkir berjajar sepanjang satu kilometer. Di tepi jalan itu, di tempat yang tak sepenuhnya terkena cahaya lampu, mereka tampak menantikan sesuatu yang eksplosif akan terjadi.

Dan yang eksplosif, atau mendekati eksplosif, memang sesekali terjadi. Di tengah jalan di depan mereka, di antara mobil-mobil yang masih lewat, tiap kali selusin pengendara sepeda motor akan melarikan kendaraannya dengan kencang sekali, dalam sebuah perlombaan yang tak jelas aturannya bagi orang lain kecuali kecepatan sekitar 140 kilometer per jam. Selama beberapa jam itu berlangsung kompetisi urat saraf, persaingan untuk siap terjungkal, lomba menyepelekan mati.

Terkadang memang mati. Dan tampaknya tak apa-apa. Dalam lanskap lalu lintas kota besar Indonesia, tewas di jalanan hanya sebuah repetisi. Kecelakaan terjadi 420 kali sehari, menurut catatan 2010.

Jalanan adalah vivere pericoloso, hidup yang nyrempet-nyrempet bahaya, dan sepeda motor adalah sebuah pernyataan. Kendaraan roda dua itu bukan saja alat transportasi, tapi jugaseperti Porsche dan Jaguar bagi para miliarwansebuah ekspresi. Ada rasa bangga akan milik. Bagi orang lain, milik itu mungkin tak seberapa, tapi bagi mereka istimewa: ia barang yang baru terjangkau kelas sosial yang selama ini tak punya banyak.

Di dekat rumah saya ada sebuah lapangan yang berubah jadi pasar sebulan sekali. Di sana dijual alat-alat dapur, makanan kering, pakaian sehari-hari, barang-barang yang tak masuk etalase-etalase mall. Dan di sudut lapangan, di atas sebuah mobil pickup, dibariskan beberapa buah sepeda motor. Komoditas yang dulu biasa dipajang di showroom pertokoan itu kini ditawarkan seperti durian. Dengan prosedur kredit yang tak rumit, dengan atau tanpa SIM, seseorang bisa berubah jadi Sang Pemilik dan mengatakan: aku bersepeda motor, maka aku ada.

Advertising
Advertising

Dan ia akan mengarungi jalan dengan tenaga dan keterampilannya sendiri. Mandiri. Di atas rangka dan mesin yang ramping itu, ia akan dengan mudah menyelinap di antara mobil, bus, truk, angkot, bajaj yang jalan saling menghambat. Mereka sanggup sampai lebih cepat ke tujuan ketimbang jip Nissan Terrano yang merayap di antara kepadatan jalandan dengan itu mengubah sebuah asumsi asal: di Jakarta, mobil 3.000 cc bukanlah sarana mobilitas yang efektif, melainkan sarana kenikmatan di tengah kemacetan.

Dalam kapasitas itu sepeda motor juga instrumen kemerdekaan. Sang pemilik tak bergantung pada jemputan kantor atau kendaraan umum yang melelahkan. Ia bisa memakai kendaraannya yang mudah disimpan di pojok rumah kapan saja.

Tapi tiap pengendara motor akan menyadari kerapuhannya. Di perebutan ruang di jalanan, ia tak bisa sendirian menghadapi kendaraan-kendaraan yang lebih besar dan kuat. Tiap tabrakan akan mudah merontokkan. Maka hampir di tiap perempatan, merekaberpuluh, mungkin beratus-ratusmembentuk formasi seketika yang pejal, tak bisa diterobos, membentengi diri seperti pasukan Romawi menghadapi musuhnya.

Dalam hal itu, mereka memegang supremasi. Di Jakarta dan sekitarnya, jumlah sepeda motor lebih dari 70 persen dari seluruh alat transportasi bermotor. Kurang-lebih 10 juta. Andaikata angka ini sama dengan angka pengendaranya, jumlah orang sekitar Jakarta yang melaju di atas motor roda dua itu hampir sama dengan jumlah seluruh penduduk Yunani.

Ada bayang-bayang kekuatan yang tak dapat ditundukkan dalam fakta itudan itu pula yang terasa jika kita melihat puluhan pemuda yang duduk di sadel sepeda motor mereka di larut malam Jakarta itu. Mereka adalah penantang. Kota besar ini mencerai-beraikan mereka di tempat kerja dan di jalan-jalan sibuk siang hari; malamnya, mereka menebus apa yang hilang: sebuah komunitas di mana mereka saling memberi pengakuan. Dengan itulah mereka menunjukkan ciri Jakarta selama 30 tahun lebih: sebuah kota yang tak mengakui dan tak diakui.

Maka yang kita saksikan di malam-malam itu bukan hanya sosok the lonely crowd, tapi juga sebuah zona perkecualian: di atas jalan sebagai bagian dari tata ruang kota, para pengebut sepeda motor yang tanpa marka dan tanda itu merasa ada di luarnya.

Atau lebih tepat: bagi mereka, yang mana di luar dan yang mana di dalam tata itu tak jelas lagi. Di dalam hukum sama halnya dengan di luar hukum, karena hukum telah ditetapkan tanpa mengakui mereka. Para administrator kota akan mengatakan bahwa aturan-aturan dirumuskan untuk umum, tapi siapakah "umum", kecuali sesuatu yang berubah dari masa ke masa? Dulu "umum" di Jakarta adalah pejalan kaki, pengendara delman, opelet, dan trem. Kemudian "umum" diwakili oleh para pengguna dan pemilik mobil pribadi. Yang tak termasuk dalam "umum" ini sadar atau tak sadar melihat dirinya di luar.

Dengan jumlah mereka yang begitu besar, mereka adalah indikator bahwa "luar" adalah sebuah pengertian yang labil. Jakarta bukan Roma dalam mitologinya, kota yang ditegaskan batasnya dengan pembunuhan. Mobilitas yang dipermudah oleh sepeda motor justru memperlihatkan batas itu tak ada, dan pembunuhan dengan mudah terjadi. Jika batas itu diterjemahkan sebagai hukum, bagi banyak orang di kota ini hukum bukanlah perlindungan. Hukum adalah ancaman.

Sebab itu, Jakartadengan aparatus yang beribu-ribu, di antaranya bersenjata dan punya alat pantau yang canggihtak bisa dibayangkan sebagai sebuah "kamp" ala Agamben. Yang terlihat adalah sebuah dissensus, bukan konsensus, sebuah pergulatan tanpa marka, sebuah perlombaan sampai mati di tengah jalan di malam hari.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Hasil Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Irak Imbang 1-1, Lanjut ke Perpanjangan Waktu

2 menit lalu

Hasil Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Irak Imbang 1-1, Lanjut ke Perpanjangan Waktu

Tak ada gol tambahan di babak kedua membuat laga TImnas U-23 Irak vs Indonesia di Piala Asia U-23 2024. Laga berlanjut ke babak tambahan.

Baca Selengkapnya

Duel Indonesia vs Korea Selatan di Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Siap Tampil Mati-matian

20 menit lalu

Duel Indonesia vs Korea Selatan di Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Siap Tampil Mati-matian

Atlet tunggal putra, Jonatan Christie, mengatakan tim putra Indonesia siap memberikan kemampuan terbaik pada babak perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Cerita Keluarga Cemara Dikemas Jadi Teater Musikal, Janjikan Sajian Pentas Berbeda

34 menit lalu

Cerita Keluarga Cemara Dikemas Jadi Teater Musikal, Janjikan Sajian Pentas Berbeda

ksekutif Produser Musikal Keluarga Cemara, Anggia Kharisma mengatakan, kisah keluarga hangat ini tak lekang oleh zaman.

Baca Selengkapnya

Program Pra Kerja Raih Penghargaan Wenhui Award dari UNESCO

45 menit lalu

Program Pra Kerja Raih Penghargaan Wenhui Award dari UNESCO

Program Pra Kerja meraih penghargaan dari UNESCO atas kontribusinya dalam inovasi pendidikan di kawasan Asia-Pasifik.

Baca Selengkapnya

Penyebab Fast Charging Tidak Berfungsi dan Cara Mengatasinya

53 menit lalu

Penyebab Fast Charging Tidak Berfungsi dan Cara Mengatasinya

Penyebab fast charging tidak berfungsi dapat diakibatkan oleh beberapa hal. Salah satunya karena port pengisian daya rusak. Ketahui cara mengatasinya.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Asia U-23: Babak Pertama, Irak vs Indonesia Masih Imbang 1-1

1 jam lalu

Hasil Piala Asia U-23: Babak Pertama, Irak vs Indonesia Masih Imbang 1-1

Ivar Jenner sempat membawa Timnas U-23 Indonesia unggul lebih dulu atas Irak pada perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23.

Baca Selengkapnya

Yura Yunita Menangis Menonton Glenn Fredly The Movie, Ingat Kebaikan Mentor Musiknya

1 jam lalu

Yura Yunita Menangis Menonton Glenn Fredly The Movie, Ingat Kebaikan Mentor Musiknya

Yura Yunita terpilih untuk menyanyikan original soundtrack Glenn Fredly The Movie, yang diciptakan oleh mentor musiknya sebelum berpulang.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

1 jam lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Cara Membuat Daftar Isi Otomatis di Google Docs yang Mudah

1 jam lalu

Cara Membuat Daftar Isi Otomatis di Google Docs yang Mudah

Cara membuat daftar isi di Google Docs cukup mudah dilakukan. Anda dapat membuatnya secara otomatis tanpa perlu repot lagi. Ini caranya.

Baca Selengkapnya

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

1 jam lalu

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

Suhu panas muncul belakangan ini di Indonesia, setelah sejumlah besar wilayah daratan benua Asia dilanda gelombang panas (heat wave) ekstrem.

Baca Selengkapnya