A. Dahana, Guru Besar Studi Cina Universitas Indonesia
Negeri kita yang dikenal dengan sebutan "untaian mutiara di bawah garis khatulistiwa" ini dihebohkan oleh kasus "Papa Minta Saham" yang melibatkan politikus papan atas Partai Golkar sekaligus Ketua DPR, Setya Novanto. Sampai pekan lalu, kendati sudah mundur dari jabatan Ketua DPR, Setya tak dinyatakan bersalah secara etik oleh Mahkamah Kehormatan Dewan.
Sementara itu, di Republik Rakyat Cina—negeri tetangga terbesar di belahan bumi selatan—gerakan antikorupsi tampaknya berjalan dengan lancar tanpa pro-kontra. Penyebab utamanya adalah pusat kekuatan dan kekuasaan politik hanya berada di satu titik: Partai Komunis Cina (PKC)—yang paling berkuasa menentukan dalam segala segi, dari penentuan kebijakan sampai ke masalah apakah seseorang bersalah atau tidak.
Deng Xiaoping memperkenalkan reformasi pada 1978, dua tahun setelah Ketua Mao menghadap Thian. Reformasi pada dasarnya merupakan kombinasi antara kapitalisme dan kediktatoran satu partai. Jadi, ketika Deng memperkenalkan reformasi, tujuan utamanya justru untuk memperkuat kembali dan melanggengkan cengkeraman PKC atas segala kehidupan di negeri itu. Mengapa disebut memperkuat kembali? Karena rakyat Cina sudah lelah oleh kampanye politik Mao yang berlangsung selama lebih dari 20 tahun (1955-1976).
Warisan Deng itu dipegang teguh para penerus kepemimpinannya. Jiang Zemin memperkenalkan prinsip Tiga Representasi (Sange Daibiao) yang membolehkan para kapitalis (umumnya dari Shanghai) menjadi anggota partai. Tesisnya, kalau partai menguasai ekonomi, tidak akan ada yang bisa menentangnya.
Penggantinya, Hu Jintao, meninggalkan jejak politik lewat teorinya tentang "masyarakat harmonis" (hexie shehui). Hu mungkin merasa, dengan berlakunya sistem kapitalis, "parasit penyakit kapitalisme" juga ikut menyebar, khususnya jurang kaya-miskin. Hu berpendapat bahwa penciptaan masyarakat harmonis dan adil merupakan cara mengatasi "penyakit kapitalisme" itu dan kalau terealisasi, posisi PKC tak akan ada yang mampu menggugat.
Xi Jinping, yang berkuasa saat ini, lain lagi. Tak lama setelah dilantik menjadi Sekretaris Jenderal PKC pada 2012, ia mengeluarkan teori mengenai Impian Cina (Zhongguo Meng). Pada dasarnya itu merupakan isyarat bahwa, demi kesejahteraan rakyat dan kekuasaan negara dan partai serta kebesaran bangsa, reformasi ekonomi tetap dikembangkan.
Namun Xi bertindak lebih jauh lagi dan lebih konkret daripada kedua pendahulunya. Bagi dia, Impian Cina tidak mungkin terealisasi tanpa terlebih dulu membereskan rumah tangga sendiri (partai, birokrasi, dan angkatan bersenjata). Pembersihan terhadap korupsi adalah langkah pertamanya begitu memegang dua jabatan kunci: Sekretaris Jenderal PKC dan Presiden Republik Rakyat Cina.
Xi mengatakan ia akan mengganyang semua pelaku korupsi, dari tingkat paling rendah yang disebutnya kelas "lalat" (ying) sampai kelas paling tinggi yang dijuluki kelas "macan" (hu). Konon, sebagai hasil kampanye antikorupsi itu sampai menjelang akhir tahun, sudah ada sekitar 100 ribu lalat dan macan yang terjerat dan telah dijatuhi hukuman, dari eksekusi mati, hukuman seumur hidup, sampai hukuman penjara.
Untuk menjalankan kampanye antikorupsi ini, Xi membentuk sebuah satuan tugas dengan kekuasaan besar bernama Komisi Pusat untuk Inspeksi Kedisiplinan dan dipimpin oleh sekutunya, Wang Qingshan. Kata kunci untuk tindak korupsi adalah "pelanggaran atas disiplin partai". Diramalkan, sepuluh tahun lagi, ketika masa pemerintahan Xi berakhir, Wang yang akan memegang kemudi partai dan negara.
Sebegitu jauh kelihatannya kampanye antikorupsi itu dijalankan tanpa tebang pilih. Hingga kini, paling tidak ada tiga atau empat "macan" yang terperangkap. Yang paling dulu dikerjain adalah suami-istri Bo Xilai, bos partai di Kota Chongqing dan mantan Wali Kota Dalian.
Selama menjabat Wali Kota Dalian, dia dituduh telah menerima suap US$ 4 juta. Bersama istrinya, Bo Xilai dituduh membunuh seorang pengusaha Inggris rekan bisnis istri Bo. Tuduhan terhadap Bo lebih berat lagi: korupsi, penggelapan, penyalahgunaan kekuasaan, dan "melakukan hubungan seksual tak pantas dengan beberapa perempuan".
Korban kelas macan berikutnya adalah Zhou Yongkang. Tokoh yang paling ditakuti lantaran mengepalai keamanan dalam negeri ini dituduh menerima suap US$ 20 juta dan telah memanfaatkan posisinya untuk kepentingan pribadi.
Namun sebagian pengamat berpendapat kampanye antikorupsi ini tak bisa dilepaskan dari power struggle yang selalu menghantui PKC manakala partai penguasa itu memasuki pergantian kepemimpinan. Ada lagi tuduhan lain yang diarahkan pada kasus Bo dan Zhou yang mengarah ke politik. Kedua macan itu dituding, antara lain, telah "bersekongkol untuk merebut kekuasaan".
Bo Xilai dikenal sebagai politikus andal, cerdik, dan sebelumnya diperkirakan menjadi pesaing Xi Jinping. Kalau saja kariernya mulus dan hubungannya dengan Xi baik, paling tidak ia akan menjadi salah satu dari tujuh anggota Politbiro—badan partai yang paling berkuasa.
Di bawah sistem PKC tidak akan ada organisasi semacam Mahkamah Kehormatan Dewan dan permainan saling tuduh dan saling bela. Barangkali apa yang terjadi di Cina, kurang layak ditiru, tapi hanya sebagai perbandingan dan menambah pengetahuan.
Berita terkait
Cina Blokir Whatsapp Menjelang Kongres Akbar Partai Komunis
27 September 2017
Cina telah memblokir aplikasi pesan WhatsApp?untuk memperketat keamanan menjelang kongres akbar Partai Komunis ke 19 pada awal Oktober mendatang
Baca SelengkapnyaAjaib, Wanita Cina Melahirkan Sambil Belanja di Pasar
6 September 2017
Sebuah rekaman mengejutkan yang menunjukkan bagaimana seorang wanita di Cina melahirkan bayi di jalanan sambil berdiri saat tengah berbelanja.
Baca SelengkapnyaIngin Jadi Tentara di Cina? Hentikan Hobi Masturbasi
25 Agustus 2017
Kementerian Pertahanan Cina menyebut hobi masturbasi membuat vena testis membesar
Baca SelengkapnyaCari Pengawal Pribadi di Cina Kini Semudah Cari Taksi Online
24 Agustus 2017
Aplikasi Jinyiwei memudahkan warga Cina memesan pengawal pribadi semudah memanggil taksi online
Baca SelengkapnyaKisah Haru Balita Temani Ibunya Jadi Sopir Taksi Malam di Cina
10 Agustus 2017
Li Shaoyun, sopir taksi malam, jadi sorotan netizen di Cina karena membawa anak balitanya saat bekerja dari senja hingga subuh sejak tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaBelajar Sihir, Pejabat Partai Komunis Cina Dipecat
5 Agustus 2017
Dua pejabat Partai Komunis Cina dipecat setelah kedapatan berlatih sihir untuk menaikkan pangkat.
Baca SelengkapnyaLatihan Perang Besar-besaran, Cina Tutup Laut Kuning
5 Agustus 2017
Latihan perang Cina di dekat pantai Korea Utara diduga pesan untuk Amerika Serikat bahwa Pyongyang di bawah lindungan Beijing.
Baca SelengkapnyaGagal Capai Target, Staf Penjualan Dipaksa Minum dari Toilet
4 Agustus 2017
Perekam video yang viral di internet itu sempat ditahan polisi Cina selama empat hari
Baca SelengkapnyaHindari Utang Rp 49,4 Miliar, Perempuan Cina Sengaja Ubah Wajah
29 Juli 2017
Zhu Najuan, 59 tahun, mengubah wajahnya hingga terlihat 20 tahun lebih muda untuk menghindari kejaran polisi.
Baca SelengkapnyaHeboh Panda Disiksa, Netizen Cina Geram
29 Juli 2017
Dalam video yang beredar viral, anggota staf penelitian di Chengdu, Cina terlihat menyeret dan melempar bayi panda
Baca Selengkapnya