Lantai

Penulis

Minggu, 18 November 2012 00:00 WIB

Ada sebuah teori tentang lantai.

Dalam teori ini, ada beda antara orang Eropa dan orang Amerika dalam hal memberi angka lantai sebuah gedung. Di Eropa, lantai paling bawahyang setinggi jalandiberi angka nol; artinya, lantai yang di atasnya itu yang disebut "lantai satu". Sementara itu di Amerika Serikat, lantai satu adalah yang terletak setinggi jalan.

Perbedaan ini "menunjukkan sebuah jurang ideologis yang mendalam", kata yang empunya teori. Orang Eropa sadar, katanya, bahwa sebelum hitungan dimulaisebelum keputusan dan pilihan dibuatharus ada dasar: sebuah lapisan yang sudah terbentuk jauh-jauh hari dan sebab itu tidak perlu lagi dihitung; ia disebut "0". Sementara itu di Amerika Serikat, "negeri yang tanpa tradisi sejarah yang sepatutnya", seseorang dapat langsung mulai bertindak dengan bebasdan kebebasan itu disahkan oleh dirinya sendiri. Tidak ada kaitannya dengan dasar apa pun. Tak ada masa lalu.

Sebuah teori yang menarikdan terlampau pintar. Yang mengemukakannya Slavoj iek, pemikir Slovenia yang terkenal ke mana-mana itu, yang sangat banyak menulis, sangat cemerlang, sangat polemis, dan sangat menjengkelkan berhubung dengan semua sifat tadi. Dan tak selamanya meyakinkan.

Kali ini iek berbicara tentang pemilihan Presiden Amerika 2012 di harian Inggris, The Guardian, beberapa hari setelah Obama dipilih buat kedua kalinya. Kali ini ia ingin menunjukkan bahwa "ideologi" konservatif Amerika telah mulai dijebol oleh Obamatak secara radikal, tapi lumayan mengguncangkan. Program penyediaan layanan kesehatan oleh Negarahealthcare yang dijuluki Obamacaretelah "menyentuh satu saraf di inti bangunan ideologi Amerika: kemerdekaan memilih".

Advertising
Advertising

Dalam pandangan iek, Amerika harus belajar bahwa di bawah "ideologi" yang mengutamakan "kemerdekaan memilih" itu, ada dasar yang harus diperhitungkan. "Kemerdekaan memilih," kata iek, "hanya berfungsi bila ada satu jaringan yang kompleks yang menghubungkan kondisi legal, pendidikan, ethis, ekonomis, dan lainnya." Semua itu hadir sebagai "latar yang tak tampak bagi pelaksanaan kemerdekaan kita".

Tentu saja. iek hanya mengemukakan sesuatu yang begitu jelas kebenarannya hingga tak perlu dikemukakan lagi: tak ada kemerdekaan yang berada dalam ruang vakum. Tak ada kemerdekaan yang lahir dan jadi sah karena dirinya sendiri. iek juga hanya mengulang persangkaan lama orang Eropa terhadap orang Amerika. Bangsa yang lahir di abad ke-18 ini dianggap tak punya "tradisi sejarah yang sepatutnya".

Tapi apa sebenarnya tradisi yang "sepatutnya"? Sesuatu yang tak pernah ada. Atau sesuatu yang tergantung. iek tak menjelaskan, mungkin karena ia tak melihat bahwa tiap tradisi, sebagai bagian dari sejarah, adalah sesuatu yang diputuskan untuk ada tiap kali dibutuhkan. Ia bisa jadi sesuatu yang "sepatutnya" ketika sikap terhadapnya mengeras, terutama untuk memegangnya erat-erat. Dan itulah yang sebenarnya dilakukan orang Amerika dalam meneriakkan "kemerdekaan memilih".

Ketika mereka tak mau melepaskan hak memegang senjata api, misalnya, mereka tak melihat "ideologi" itu berangkat cuma dari lantai satu yang tanpa dasar. Akan mereka ingatkan bahwa Amerika dibangun orang-orang yang mempersenjatai diri: kaum patriot yang melawan kekuasaan Inggris, para pendekar dari The Wild, Wild West, penghuni kota besar seperti New York yang pernah dibayangkan penyair Subagio Sastrowardoyo dalam sebuah sajak di tahun 1960-an: kota di mana tiap orang jadi polisi sendiri.

Bertolak dari sejarah pula, lahir gerakan yang menyebut diri "Tea Party"yang ingin peran Negara yang terbatas, dan sebab itu tak ingin memberikan pajak untuk membiayai langkah Negara yang bagi mereka berlebihan. Dengan nama itu mereka hendak menghidupkan apa yang dilakukan penduduk Boston dahulu kala sebelum Amerika jadi republik: menolak pajak yang diterapkan pemerintah kolonial Inggris yang menguasai kehidupan mereka.

Dengan mengacu ke masa lalu itu konservatisme berkembang dalam politik Amerika, terutama dalam Partai Republik: sikap yang hendak merawat apa yang kelihatan cantik di waktu dahulu, pandangan yang hendak menghormati yang tersimpan sebelum lantai pertama bangunan politik. Russell Baker dalam The New York Review of Books menggambarkannya dengan tepat dan tajam: "Partai Republik telah memperkerdil diri menjadi sebuah partai reaksioner yang marah kepada dunia modern."

Dan itulah yang membuat partai itu kalah. Kemarahan kepada dunia modern adalah kemarahan kepada perubahan yang makin cepat. Dengan kata lain, kepada sesuatu yang tak terelakkan. Gerakan "Tea Party" didukung oleh orang Amerika yang seakan-akan lahir dari gambar-gambar Norman Rockwell dalam majalah Saturday Evening Post tahun 1950-an: laki-laki berkulit putih, setengah baya, kelas menengah, tidak miskin.

Tapi kini tahun 2012. Demografi Amerika berganti rupa: makin beragam, makin banyak orang Latino, makin menajam kontras antara miskin dan kaya. Gentar kepada dunia yang seperti ituyang tak terelakkankonservatisme pun mengeras. Kemurnian ideologis pun didesakkan, seperti lazimnya ketika sebuah paham tengah terkepung: ada rasa takut kalau tercampur unsur "lain".

Tapi di zaman campur-aduk kini, tiap usaha pemurnian justru akan membawa ke keterpencilan. Dan tiap keterpencilan akan melihat ke bawah, ke lantai nollantai yang menandai dunia yang telah hilang atau, kalau tidak, menandai dunia tempat kita bisa mengurung diri. Konservatisme adalah nostalgia. Konservatisme adalah kecemasan.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Saat Anwar Usman Digantikan Guntur Hamzah di Sidang MK

5 menit lalu

Saat Anwar Usman Digantikan Guntur Hamzah di Sidang MK

Hakim MK Anwar Usman digantikan Guntur Hamzah dalam sidang sengketa pileg di panel tiga, karena melibatkan perkara Partai Solidaritas Indonesia.

Baca Selengkapnya

Berikut Lokasi Pelaksanaan UTBK SNBT 2024 di UNJ

6 menit lalu

Berikut Lokasi Pelaksanaan UTBK SNBT 2024 di UNJ

Pelaksanaan UTBK SNBT 2024 di UNJ dilaksanakan di sejumlah titik.

Baca Selengkapnya

15 Makanan Penghilang Mual untuk Ibu Hamil yang Wajib Dicoba

14 menit lalu

15 Makanan Penghilang Mual untuk Ibu Hamil yang Wajib Dicoba

Saat hamil muda, Anda sebaiknya mengonsumsi makanan penghilang mual untuk ibu hamil. Baiknya konsumsi makanan sehat dan bergizi.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Terbang ke Doha, Pengusaha Patungan Beri Bonus Rp23 M untuk Timnas U-23

15 menit lalu

Erick Thohir Terbang ke Doha, Pengusaha Patungan Beri Bonus Rp23 M untuk Timnas U-23

Sejumlah pengusaha, yang diinisiasi oleh Kadin Indonesia Komite Tiongkok (KIKT), mengumpulkan dana Rp23 milar untuk Timnas U-23.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sarankan PKS Tak Gabung ke Kubu Prabowo

18 menit lalu

Pengamat Sarankan PKS Tak Gabung ke Kubu Prabowo

Pengamat sarankan PKS tidak bergabung dengan pemerintahan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Mengapa Menggunakan Parfum saat Berkeringat Tidak Disarankan?

26 menit lalu

Mengapa Menggunakan Parfum saat Berkeringat Tidak Disarankan?

Meskipun terlihat sepele, penggunaan parfum saat tubuh sedang berkeringat bisa menyebabkan aroma yang tak sedap.

Baca Selengkapnya

Data Terbaru Gempa Garut, Belum Ada Laporan Korban Jiwa

26 menit lalu

Data Terbaru Gempa Garut, Belum Ada Laporan Korban Jiwa

BNPB terus melakukan pemutakhiran data tiga hari setelah gempa Garut yang terjadi pada Sabtu, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Ini 8 Lokasi Nobar Gratis Piala Asia U-23 di Jakarta Nanti Malam

26 menit lalu

Ini 8 Lokasi Nobar Gratis Piala Asia U-23 di Jakarta Nanti Malam

Berikut delapan lokasi nobar gratis pertandingan semifinal Indonesia vs Uzbekistan, Piala Asia U-23 di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

26 menit lalu

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

Isu tentang partai yang akan menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran kian memanas. Kenali fungsi dan peran oposisi.

Baca Selengkapnya

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

29 menit lalu

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

Sebanyak enam badak Jawa atau badak bercula satu mati ditangan pemburu liar di Ujung Kulon. Berikut profil dan konservasi badak Jawa.

Baca Selengkapnya