Mundur

Penulis

Sabtu, 16 Februari 2013 23:24 WIB

Putu Setia

Edhie Baskoro--biasa disapa Ibas--mengundurkan diri sebagai anggota DPR. Ia akan berkonsentrasi menjalankan tugas sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Juga mengurusi keluarga.

Seandainya saya ditanya presenter televisi, saya akan berkomentar: "Itu bagus, keluarga hal yang paling utama diperhatikan. Setelah itu, partai. Barulah negara." Jika komentar ini dipandang cukup, maka urusan selesai. Artinya, baik presenter televisi maupun saya sama-sama orang goblok.

Goblok yang pertama: saya tak mempersoalkan kenapa baru sekarang Ibas mundur. Bukankah ia menjadi sekretaris partai sudah lama? Apa bukan karena ketahuan bolos rapat paripurna tetapi bisa memasukkan tanda tangan menyatakan kehadirannya? Penting dan tidaknya bolos disoal, itu tergantung siapa orangnya. Kalau yang bolos Abbas, siswa kelas IV SD Muhammadiyah tetangga saya, yang galau hanya orang tuanya. Kalau Ibas yang bolos, rakyat Indonesia mestinya galau karena pajak yang dibayarkan termasuk untuk menggaji Mas Ibas agar hadir dalam sidang.

Bolos rapat di parlemen--tapi ada tanda tangan kehadiran--memang tak hanya pada kasus Ibas. Beliau yang terhormat ini hanya "ketangkap tangan". Sudah tradisi, pimpinan DPR dalam membuka sidang hanya bercuap: "Menurut daftar hadir, sidang dihadiri oleh...." Bukan dengan berkata: "Menurut jumlah yang hadir...." Tanda tangan lebih penting daripada wujud manusianya.

Rapat adat di Bali, juga di beberapa daerah yang pernah saya lihat, untuk menentukan sah-tidaknya (kuorum) rapat, dihitung dari berapa yang hadir. Bahkan di kalangan suku Dayak tertentu, yang tidur dalam rapat tidak dihitung--bagaimana minta persetujuan jika orangnya tidur? Lembaga DPR kita lebih jelek daripada lembaga adat, dan perlu ada studi banding ke daerah-daerah hanya untuk urusan kuorum.

Kembali ke pendapat saya soal mundurnya Ibas. Kegoblokan saya yang kedua adalah menggampangkan urusan dalam prioritas pengabdian. Manakah yang lebih utama dikerjakan: urusan keluarga, partai, atau negara? Posisi seseorang menentukan hal itu. Juga nafkah yang diperoleh. Jika ia "aparatur negara" dan nafkahnya dari negara yang diambil dari pajak, seharusnya tugas negaralah yang lebih diutamakan. Izinkan saya kagum kepada Panglima ABRI (1978-1983) Jenderal M. Yusuf, yang baru saja pesawatnya landing di Halim Perdanakusuma dari tugas ke luar negeri, eh, terbang lagi ke Ambon meninjau barak-barak militer.

Situasinya beda. Presiden SBY, begitu tiba di Tanah Air dari tugas ke luar negeri, urusan pertama yang dikerjakannya adalah membenahi partai. Bagi saya, partai ini soal kecil dibanding urusan bangsa. Jika dikaitkan dengan kedudukan, presiden tentu menerima gaji, fasilitas, tunjangan, dan sebagainya dari pajak rakyat, bukan cuma pajak kader Partai Demokrat.

Mundurnya Ibas dari keanggotaan di DPR membuat saya waswas jika hal ini diteladan oleh SBY--yang kebetulan ayahanda Ibas. Bagaimana nanti kalau SBY memberikan jumpa pers yang meng-copy-paste ucapan Ibas: "Saya mohon maaf untuk mengundurkan diri sebagai presiden, karena satu setengah tahun ke depan saya harus berkonsentrasi sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai, saya bertanggung jawab dan bekerja keras untuk menyelamatkan partai."

Janganlah itu terjadi, Pak SBY. Saya masih sabar menanti hingga 2014, saat Bapak mundur dengan baik. Kembalilah mengurus negara, ada lumpur yang belum selesai, ada pengemplang pajak yang belum diusut, ada sapi yang jadi masalah. Partai itu biar diurus anak-anak muda. Kemerosotan partai hanya permainan media yang tak disikapi sama oleh para kader.

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

2 menit lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

Melihat Pameran Fotografi yang Menampilkan Potret Masyarakat Pulau Komodo di Kota Padang

4 menit lalu

Melihat Pameran Fotografi yang Menampilkan Potret Masyarakat Pulau Komodo di Kota Padang

Pameran fotografi yang menyorot tentang nasib masyarakat di Pulau Komodo digelar pada 25 April hingga 28 April 2024 di Galeri UPTD Taman Budaya Sumatra Barat

Baca Selengkapnya

Tempo Menggelar Pelatihan Jurnalisme Konstruktif

4 menit lalu

Tempo Menggelar Pelatihan Jurnalisme Konstruktif

Tempo menggelar pelatihan jurnalisme konstruktif atau constructive journalism selama tiga hari sejak Ahad, 28 April 2024.

Baca Selengkapnya

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

5 menit lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

10 menit lalu

Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

Sejumlah teman sejawat membagikan kesan mereka terhadap sosok Joko Pinurbo yang dikenal cerdas, suka membantu, dan ramah.

Baca Selengkapnya

Lima Polisi Pesta Narkoba, Kompolnas: Tak Layak Dipercaya Jadi Anggota Polri

10 menit lalu

Lima Polisi Pesta Narkoba, Kompolnas: Tak Layak Dipercaya Jadi Anggota Polri

Kompolnas minta Polda Metro Jaya melakukan pemeriksaan secara transparan dan profesional terhadap lima polisi diduga pesta narkoba

Baca Selengkapnya

Mengapa Jarak Lari Maraton Sejauh 42 Kilometer?

15 menit lalu

Mengapa Jarak Lari Maraton Sejauh 42 Kilometer?

Jarak lari maraton sejauh 42 kilometer tidak lepas dari sejarah Yunani Kuno, perhelatan Olimpiade pertama, hingga campur tangan Kerajaan Inggris.

Baca Selengkapnya

Hamas Rilis Video Terbaru Dua Sandera, Buktikan Masih Hidup

16 menit lalu

Hamas Rilis Video Terbaru Dua Sandera, Buktikan Masih Hidup

Hamas merilis video terbaru dua sandera yang masih hidup dan sehat.

Baca Selengkapnya

Golkar Klaim Tak Ada Penolakan untuk PKS Jika Ingin Gabung Kubu Prabowo

16 menit lalu

Golkar Klaim Tak Ada Penolakan untuk PKS Jika Ingin Gabung Kubu Prabowo

Golkar bilang KIM tidak pernah membahas penolakan terhadap PKS jika ingin bergabung dengan pemerintahan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

19 menit lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya