Mitos versus Fakta Masyarakat Ekonomi ASEAN

Penulis

Selasa, 12 Januari 2016 01:48 WIB

I Made Diangga Adika Karang, Diplomat Kementerian Luar Negeri RI

Kekhawatiran dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) masih merajalela walau pelaksanaannya sudah dimulai pada 31 Desember lalu. Namun, terdapat beberapa kekeliruan dalam memahami penerapan MEA sehingga menimbulkan mitos-mitos di tengah masyarakat, terutama soal apakah Indonesia siap menghadapi MEA.

Ada tiga mitos yang perlu disorot sekaligus menjawabnya dengan fakta MEA. Mitos pertama, MEA dipahami sebagai suatu pasar bebas (free market), artinya mobilisasi barang, jasa, dan tenaga kerja dapat berlangsung di antara negara anggota ASEAN tanpa hambatan. Padahal, MEA tidak sekadar pasar bebas, tapi juga merupakan suatu pasar bersama (common market) yang dibentuk melalui empat pilar, yakni (1) pasar tunggal dan basis produksi, (2) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, (3) pembangunan ekonomi merata, dan (4) integrasi terhadap perekonomian global.

MEA bertujuan meningkatkan kapasitas pasar masing-masing negara anggota ASEAN. Nantinya setiap negara anggota ASEAN mampu berdaya saing. Dengan kata lain, ASEAN berupaya agar penerapan pasar bebas di kawasan menjadi lebih adil dan merata.

Mitos kedua adalah asumsi bahwa MEA akan serta-merta meningkatkan pergerakan tenaga kerja antarnegara ASEAN. Hal ini kemudian berimplikasi terhadap semakin ketatnya persaingan tenaga kerja di Indonesia.

MEA pada prinsipnya tidak membuka kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi tenaga kerja asing. Memang benar bahwa MEA memiliki kebijakan yang dikenal dengan mutual recognition arrangements (MRA) atau pengaturan pengakuan bersama. Tapi, MEA hanya mengatur tenaga kerja profesional dan bukan bagi tenaga kerja buruh. Terlebih lagi, MRA hanya mengatur beberapa bidang profesi yang mencakup sektor kesehatan, konstruksi, pariwisata, akuntansi, dan surveyor.

Jika komposisi tenaga kerja domestik dibandingkan dengan tenaga kerja asing, tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri mencapai 5 juta orang, mencakup tenaga kerja profesional dan buruh. Jumlah ini jauh lebih banyak daripada tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia, yang hanya sekitar 64 ribu tenaga kerja. Singkatnya, tenaga kerja Indonesia dipandang lebih progresif dibandingkan dengan tenaga kerja asing, baik di negara Indonesia sendiri maupun di tingkat kawasan.

Mitos ketiga adalah lemahnya daya saing Indonesia. Memang benar bahwa daya saing Indonesia bukanlah yang paling unggul di ASEAN. Berdasarkan laporan Indeks Daya Saing Global 2014-2015, Singapura menduduki peringkat tertinggi, daya saingnya (peringkat kedua terbesar dunia), disusul Malaysia di tingkat ke-20, Thailand ke-31, dan Indonesia ke-34. Indikator Indeks ini adalah inovasi, infrastruktur, dan perkembangan pasar finansial.

Hal tersebut melahirkan pandangan bahwa Indonesia belum mampu dan belum siap menghadapi MEA. Terdapat pula pandangan bahwa Indonesia sebaiknya menunda partisipasinya dalam MEA.

Namun Indonesia sebetulnya memiliki keunggulan tersendiri serta telah menyiapkan diri dalam persaingan di kawasan. Pertama, Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara. Dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta jiwa, sepertiga pasar ASEAN berada di sini. Untuk itu, bonus demografi ini menjadi salah satu keunggulan Indonesia dibanding negara ASEAN lainnya.

Kedua, wirausaha Indonesia saat ini terus mengalami perkembangan dari segi jumlah maupun kapasitas kewirausahaan. Jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia telah tumbuh dari sekitar 50 juta unit UMKM pada 2007 menjadi 56 juta unit pada 2013. Nilai ekspor UMKM juga meningkat, dari Rp 140 triliun menjadi sekitar Rp 200 triliun pada periode yang sama. Secara tidak langsung, perkembangan UMKM ini menunjukkan bahwa inovasi bisnis di kalangan pengusaha telah mengalami kemajuan.

Ketiga, Presiden Joko Widodo juga telah mencanangkan paket-paket kebijakan ekonomi yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sejumlah upaya, seperti penyederhanaan regulasi, kemudahan proses bagi investor untuk memperoleh izin berinvestasi, dan peningkatan kesejahteraan buruh. Salah satu contohnya, saat ini investor bisa mendapatkan investment licensing service hanya dalam waktu tiga jam.

Singkatnya, pemerintah saat ini tetap berada pada koridor yang semestinya untuk menangani isu-isu yang berkaitan dengan daya saing, terutama dalam meningkatkan kualitas infrastruktur, mengembangkan inovasi, dan menjaga stabilitas keuangan.

Sebaliknya, bila Indonesia menunda partisipasinya dalam implementasi MEA, tidak serta-merta menjadikan Indonesia lebih baik dan tidak menjadikan Indonesia lebih berdaya saing. Kondisi perekonomian global yang sangat dinamis dan saling ketergantungan menuntut negara-negara di dunia untuk terus berkembang agar bisa beradaptasi terhadap perubahan global tersebut. Bila Indonesia absen dalam implementasi MEA, sama halnya dengan menghambat proses adaptasi Indonesia dalam perekonomian global.

Berita terkait

Alasan PAN Siapkan Eko Patrio sebagai Calon Menteri Kabinet Prabowo

9 menit lalu

Alasan PAN Siapkan Eko Patrio sebagai Calon Menteri Kabinet Prabowo

Eko Patrio dianggap telah berhasil memimpin PAN untuk meraih kursi dalam DPRD DKI Jakarta dan DPR RI.

Baca Selengkapnya

Lagi, Benjamin Netanyahu Menolak Tuntuan Hamas untuk Mengakhiri Perang Gaza

21 menit lalu

Lagi, Benjamin Netanyahu Menolak Tuntuan Hamas untuk Mengakhiri Perang Gaza

Benjamin Netanyahu menolak tuntutan Hamas yang ingin mengakhiri perang Gaza untuk ditukar dengan pembebasan sandera

Baca Selengkapnya

Destinasi Wisata di Chengdu yang jadi Tuan Rumah Piala Thomas dan Uber 2024

32 menit lalu

Destinasi Wisata di Chengdu yang jadi Tuan Rumah Piala Thomas dan Uber 2024

Salah satu destinasi wisata utama untuk dikunjungi adalah Pasar Malam Chengdu.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Liang / Wang Tekuk Fajar / Rian, Indonesia Tertinggal 0-2 dari Cina

37 menit lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Liang / Wang Tekuk Fajar / Rian, Indonesia Tertinggal 0-2 dari Cina

Fajar / Rian gagal menyamakan kedudukan untuk Indonesia usai dikalahkan pasangan Cina Liang / Wang pada final Piala Thomas 2024 lewat tiga game.

Baca Selengkapnya

Taman Doa Our Lady of Akita PIK 2 Resmi Dioperasikan, Jadi Destinasi Wisata Rohani

1 jam lalu

Taman Doa Our Lady of Akita PIK 2 Resmi Dioperasikan, Jadi Destinasi Wisata Rohani

Taman doa yang berlokasi di Kawasan Osaka PIK 2 yang menjadi destinasi wisata rohani ini di desain sama persis dengan gereja aslinya di Akita, Jepang.

Baca Selengkapnya

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

1 jam lalu

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

Festival Hakata Dontaku adalah festival kesenian dan budaya terbesar di Fukuoka Jepang. Indonesia menampilkan angklung, tari Bali, dan tari Saman

Baca Selengkapnya

Gagal Sumbang Poin di Final Piala Thomas 2024, Anthony Sinisuka Ginting Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

1 jam lalu

Gagal Sumbang Poin di Final Piala Thomas 2024, Anthony Sinisuka Ginting Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

Anthony Sinisuka Ginting mengungkapkan penyebab kekalahannya atas Shi Yu Qi di final Piala Thomas 2024 saat Indonesia menghadapi Cina.

Baca Selengkapnya

Pelaksanaan UTBK 2024 di Universitas Jambi Diikuti 9.412 Peserta

1 jam lalu

Pelaksanaan UTBK 2024 di Universitas Jambi Diikuti 9.412 Peserta

Universitas Jambi atau Unja menyediakan fasilitas ujian untuk UTBK sebanyak 16 laboratorium dan dilaksanakan dalam dua sesi setiap harinya.

Baca Selengkapnya

Kementerian Perhubungan Klaim Keselamatan Pelayaran Indonesia Diakui Dunia

1 jam lalu

Kementerian Perhubungan Klaim Keselamatan Pelayaran Indonesia Diakui Dunia

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengklaim bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran kapal Indonesia telah diakui dunia internasional.

Baca Selengkapnya

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

1 jam lalu

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas kepatuhan dan peran aktif mitra Ditjen PKRL dalam penyelenggaraan KKPRL sekaligus sebagai wujud nyata dukungan terhadap keberlanjutan pemanfaatan ruang laut.

Baca Selengkapnya