Theokrasi

Penulis

Minggu, 2 Desember 2012 00:00 WIB

kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
Rendra

Kelaparan adalah iblis, tapi ia tak datang sendirian. Ada suatu saat ketika kediktatoran dan kelaparan berkait dan sekitar 30 juta manusia mati dalam waktu beberapa belas bulan saja. Itu tahun 1958 dan 1960, di Cina: masa Snnin d jhung, tahun-tahun "kelaparan yang dahsyat".

Beberapa hari yang lalu, di Guangzhou, saya bertemu dengan seorang seniman-aktivis yang menunjukkan satu tulisan tentang masa itu, oleh Yang Jisheng, yang kemudian dimuat dalam versi Inggris di The New York Times 13 November. Kalimat awalnya: "36 juta orang mati di Cina, termasuk pamanku, yang membesarkanku sebagai seorang ayah; mereka terhantar kelaparan sampai meninggal antara 1958 dan 1960."

Seniman-aktivis di Guangzhou itu bercerita bahwa Yang Jisheng adalah orang Cina pertama yang menggali data sejarah yang tragis (dan brutal) itu. Dulu Yang reporter yang beriman setia kepada Partai Komunis. Tapi ketika para mahasiswa yang memprotes ditindas dengan kekerasan di Lapangan Tiananmen pada 1989, ia berubah. "Darah anak-anak muda itu membersihkan otakku dari semua dusta yang aku terima selama puluhan tahun."

Dan ia ke Xinjiang. Ia pernah mendengar yang disebut "Insiden Xinjiang", dan ia ingin tahu lebih jauh. Lalu ia menemukan cerita untuk bukunya, Mubei: Zhongguo liushi niandai dajihuang jiushi (Nisan: Sejarah yang sebenarnya tentang Kelaparan Besar di Cina tahun 1960). Bab awalnya menggambarkan yang terjadi di wilayah itu. Satu dari delapan orang mati kekurangan makan. Orang berjatuhan tanpa nyawa di tepi-tepi jalan, putus asa di mana-mana, anggota keluarga memakan satu sama lain dalam kanibalisme yang menakutkan. Rakyat tak punya jalan keluar. Polisi mencegah orang pergi mengungsi.

Seniman Ghougzhou itu mengutip sebuah ilustrasi kecil (tapi bukan dari buku Yang) yang ia bacasebuah laporan yang lugas dan faktual:

Advertising
Advertising

Tanggal: Februari 1960. Tempat: Desa Zhangzigou di komune Hanji. Nama pelanggar hukum: Yi Wucheng. Status: Petani miskin. Jumlah korban: Empat. Kejahatan: Membakar jasad para korban dan memakan daging mereka. Alasan: Untuk bisa hidup.

Hasil reportase Yang Jisheng sendiri impresif, meskipun saya tak mengerti bahasanya: terdiri atas dua jilid dan 1.800 halaman lebih. Yang bisa membacanya mengatakan buku itu, seperti banyak karya Cina lain, tak mengalami proses penyuntingan. Penulisannya seperti air bah yang menerabas bendungan. Tapi sejak terbit pada 2008, Mubei tak ayal jadi bacaan para cendekiawanmeskipun dilarang beredar di Cina, dicetak di Hong Kong dan masuk ke Guangzhou dengan sembunyi-sembunyi. Kebetulan dua bulan sebelumnya saya memperoleh versi Inggrisnya, Tombstone: The Great Chinese Famine, 1958-1962, terbitan Farrar, Straus and Giroux. Sebuah versi pendek: tapi tetap 629 halaman.

Yang Jisheng memang yang memulai keberanian membongkar apa yang disebutnya "aib besar Cina" itu. Dengan jelas ia menunjukkan siapa yang harus disalahkan: Mao Zedong, pemimpin besar RRC itu, orang-orang dekatnya, dan kekuasaan Partai Komunis. Sebab pada mulanya adalah sebuah impian modernisasi yang tergesa-gesa.

Empat puluh tahun yang lalu, soal ini telah dipaparkan dalam Mao and China Stanley Karnow: pada 1957 Mao memutuskan, seluruh rakyat Cina harus membangun dengan bergegas untuk mencapai tingkat industrialisasi yang melebihi Inggris. Mula-mula jangka waktu yang jadi patokan 15 tahun. Tapi setahun kemudian, Mao menyatakan, Cina harus dapat mengalahkan Inggris hanya dalam tempo 12 bulan.

D yu jn, "Besar ke Depan", itu adalah optimisme sebuah semangat, tanpa disertai skeptisisme pikiran. "Aku telah saksikan energi yang gemuruh dari massa rakyat," kata Mao. "Atas dasar ini tugas apa pun akan dapat dilaksanakan."

Dan anggaran industrialisasi dinaikkan. Dan tanah, yang di awal Revolusi dibagikan ke para petani, diambil Negara dijadikan pertanian kolektif. Jutaan manusia dikerahkan menyumbangkan tenaga untuk berdirinya pabrik-pabrik bajajuga dengan membuat "tanur" di pekarangan dan melebur besi apa pun yang mereka temukan. Hampir semua dimobilisasi buat ikhtiar ini, hingga produksi pertanian terabaikan. Panen gagal di mana-mana. Kekurangan makan mulai, dan kelaparan meluas. Sementara Yang Jisheng memperkirakan 36 juta yang mati, sejarawan lain menghitung ada 45 juta. Para pembesar Partai tak mau mengakui itu. Mereka bikin laporan yang bengkok. Mao mengiyakan bahwa yang terjadi adalah akibat "bencana alam".

Tak ada yang berani membantah. Mao tak pernah salah. Di kalangan para pemimpin Partai, mereka yang mempersoalkan idenya disingkirkan. Di lapis bawah, misalnya di Xinyang, tindakan lebih brutal. Para peragu direnggutkan rambutnya dan dipukuli berhari-hari sampai mati. Ada yang digantung dan dibakar. Orang takut akan disebut tak bersemangat jika tak menyiksa para pendosa secara berlebihan.

Yang Jisheng menyebut sistem yang fanatik itu "theokrasi sekuler", sebuah istilah yang aneh tapi menunjukkan satu hal: seperti dalam theokrasi lain, pusat kekuasaan adalah pusat kebenaran. Yang mahakuasa, Mao, berada di atas ukuran kebaikan dan kekejiandan lakunya, bahkan yang menimbulkan kesengsaraan, tak perlu dipahami, tapi selalu diberi apologi.

Maka siapa yang merasa dekat dengan dia, atau ingin dekat dengan dia, juga akan meletakkan diri di atas ukuran kebaikan dan kekejiandan menghalalkan diri sendiri. Mereka bisa menyiksa, membiarkan orang banyak mati, atau berkorban habis-habisan. Theokrasi akhirnya membinasakan manusiabisa sampai 36 juta korbannyadengan mematikan pikiran dan pertimbangan ethis sesama.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Penjelasan Lengkap Jubir Prabowo Soal Presidential Club

59 detik lalu

Penjelasan Lengkap Jubir Prabowo Soal Presidential Club

Presidential club adalah istilah yang bisa disematkan untuk silaturahmi para mantan presiden dengan presiden yang sedang menjabat.

Baca Selengkapnya

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

3 menit lalu

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta petani manfaatkan alokasi pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

12 menit lalu

Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

Pabrik sepatu Bata di Purwakarta tutup karena merugi. Bata pernah menjadi salah satu industri sepatu terbesar di dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Paling Ditunggu, Young K dan Day6 Sapa Penggemar Indonesia Setelah 5 Tahun di SHI 2024

15 menit lalu

Paling Ditunggu, Young K dan Day6 Sapa Penggemar Indonesia Setelah 5 Tahun di SHI 2024

Pada acara musik tahunan itu, idol K-Pop Kang Young Hyun alias Young K menjadi musisi yang paling sibuk.

Baca Selengkapnya

Chipset Snapdragon 8 Gen 4 Disebut akan Diluncurkan Pertengahan Oktober Ini

19 menit lalu

Chipset Snapdragon 8 Gen 4 Disebut akan Diluncurkan Pertengahan Oktober Ini

Detail baru yang dibagikan oleh tipster mengungkapkan bahwa Snapdragon 8 Gen 4 memiliki arsitektur inti "2+6".

Baca Selengkapnya

Manfaat Menjaga Hubungan dengan Teman Masa Kecil, Sahabat Sejati

23 menit lalu

Manfaat Menjaga Hubungan dengan Teman Masa Kecil, Sahabat Sejati

Tak semua orang mampu menjaga hubungan dengan teman masa kecil. Padahal, mereka adalah bagian dari perjalanan kehidupan kita.

Baca Selengkapnya

Ketahui Apa Itu Mitokondria dan Gangguan Metabolik

29 menit lalu

Ketahui Apa Itu Mitokondria dan Gangguan Metabolik

Contoh gangguan mitokondria termasuk penyakit mitokondria, gangguan neurodegeneratif, dan gangguan metabolik.

Baca Selengkapnya

Mengenal Ipswich Town, Klub Pemain Timnas Indonesia Elkan Baggott yang Promosi ke Premier League

43 menit lalu

Mengenal Ipswich Town, Klub Pemain Timnas Indonesia Elkan Baggott yang Promosi ke Premier League

Kontrak Elkan Baggott di Ipswich Town diketahui hingga 2025. Dengan begitu, Baggot punya peluang bermain di Premier League.

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Tersangka Pemerasan Investor, Kejati Bali Bakal Periksa Pihak Lain

46 menit lalu

Bendesa Adat Tersangka Pemerasan Investor, Kejati Bali Bakal Periksa Pihak Lain

Kejati Bali akan mengembangkan penyidikan perkara tersangka berinisial KR, Bendesa Adat yang memeras investor agar mendapat rekomendasi.

Baca Selengkapnya

Simak Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji 2024

47 menit lalu

Simak Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji 2024

Jemaah haji dijadwalkan untuk mulai diberangkatkan secara bertahap mulai 12 Mei 2024.

Baca Selengkapnya