Zhuangzi

Penulis

Minggu, 24 Maret 2013 00:00 WIB

Apa yang terjadi setelah rasa kecewa kepada politik?

Saya kebetulan mendapatkan sebuah anekdot yang dipetik dari Cina abad ke-4 sebelum Masehi, di masa ketika perang berkecamuk selama hampir dua abadsebuah periode yang dibentuk darah dan ambisi. Dalam era Zhngu Shdi itu, para penguasa dari tujuh wilayah saling menyerang, dengan ribuan tentara yang direkrut dari anak-anak petani, dengan kesengsaraan yang seakan-akan tanpa akhir. Pada masa itulah muncul para filosof, terutama di kota Lo-yang. Di antaranya Zhuangzi. Anekdot itu mengenai dirinya.

Selama antagonisme politik yang ganas itu, seseorang menjadi filosof karena ia mau tak mau merenungkan apa yang terjadi. Bahkan ia akan berpikir keras mencari jalan keluarkalaupun ada jalan keluardari penderitaan manusia di sekitarnya.

Salah seorang dari mereka yang termasyhur adalah Mengz. Ia yakin, sebuah negeri bisa jadi baik bila rajanya berpikir lurus, tak buas dan serakahdengan cara mendapatkan nasihat yang benar. Mengz pun mendatangi istana-istana, sebagai konsultan. Meskipun tak selamanya diterima (ia pernah diusir), penerus Konghucu ini akhirnya hidup dengan kehormatan kerajaan.

Dalam hal Zhuangzi, ceritanya berbeda.

Di sekitar tahun 310 SM, pemikir ini sudah termasyhur dengan tulisannya yang tajam dan cemerlang, paduan antara satire dan perenungan; tapi ia tak hendak datang mendekati raja-raja.

Menurut cerita, Raja Wei dari Negeri Chu mengirim dua pejabat tinggi untuk membujuk agar sang filosof bersedia jadi perdana menteri. Mereka menemui Zhuangzi yang sedang memancing. Tanpa menengok ke arah tamunya, si tuan rumah berkata, "Saya pernah mendengar, di Chu ada seraut kulit penyu yang bertuah. Penyunya telah mati 3.000 tahun yang lalu, dan Baginda menyimpannya di kuil nenek moyang beliau. Tapi lebih baik mana: kura-kura itu mati dan kulitnya dihormati sedemikian rupa, atau ia hidup dan menyeret ekornya di lumpur?"

Pilihan Zhuangzi jelas. Ia lebih baik menyeret ekornya di lumpur ketimbang hidup dengan kekuasaan yang melibatkan dirinya. Ia ingin bebas. Ada yang mengatakan, dialah anarkis paling awal dalam sejarah.

Setidaknya Zhuangzi melihat, betapa sia-sianya (dan betapa destruktifnya) kekuasaan yang terus-menerus dihimpun. Buat kemegahan? Apa arti kemegahan? Ada perumpamaan sungai dan lautan. Di banjir musim gugur, sungai menuju ke muara dengan arus yang cepat dan congkak, tapi ketika sampai ke samudra yang seperti tak terbatas, ia sadar betapa kecil dirinya. Namun lautan itu juga demikian. Seperti diakuinya kepada sungai: jika dilihat letaknya di alam semesta ini, dirinya hanya secercah.

Dalam sejarah filsafat Cina, Zhuangzi pernah disebut sebagai pembawa "perspektivalisme": hal-ihwal, juga nilai-nilai, dicerapkan berbeda-beda oleh manusia, tergantung posisi dan sudut pandangnya. Tak ada yang absolut. Saya lebih suka menyebut pemikirannya "kontekstualis". Sungai dan lautan itu masing-masing tak berdiri sendiriselalu dalam hubungannya dengan yang lain, selalu dalam sebuah konteks.

Itu juga yang dikatakan Zhuangzi tentang bayang-bayang: "Dengan cahaya dan matahari aku muncul, dengan kegelapan dan malam aku menyingkir. Bukankah aku tergantung pada substansi dari mana aku dilontarkan? Dan substansi itu juga tergantung pada sesuatu yang lain."

Tergantung pada sesuatu yang lain, itu pula yang berlaku pada legitimasi kekuasaan. "Penguasa turun takhta dalam kondisi yang berbeda-beda, dinasti berlanjut dalam kondisi yang tak sama," kata Zhuangzi. Dan dalam konteks yang berlainan, si penguasa bisa disebut patriot atau perebut takhta.

Dari sinilah kita tahu, kenapa sang filosof menolak untuk masuk ke kekuasaanyang seperti ia lihat di masa hidupnya, terbangun dari kerakusan dan kebengisan yang hendak diberi legitimasi. Legitimasi itu berdasarkan apa yang "benar", bukan yang "salah". Tapi bagi Zhuangzi, keduanya bukan saling melenyapkan. Alam semesta menghadirkan "yang benar" sebagai partner "yang salah". Bukannya kita tak tahu dan tak peduli mana yang benar dan mana yang salah, tapi kita perlu meletakkan diri sebagai subyek-dalam-poros.

Poros, dalam metafora Zhuangzi, adalah sesuatu yang stabil dalam pusaran perubahan dan sekaligus jadi penyambung dua bagian yang berlawananseperti pada sepasang roda pedati. Pada poros, yang positif dan negatif tak bertabrakan; keduanya "berbaur dalam persatuan yang tak terhingga".

Di sini Zhuangzi sebenarnya kembali ke pemikiran tradisional Cina yang sudah beratus tahun umurnya: di balik semuanya, ada kesatuan kosmis. Semesta adalah harmoni. Ia memang menolak pemikiran Mo Tzu seratus tahun sebelumnya, yang menghendaki kesatuansesuatu yang ditandai kekuasaan, organisasi, dengan tertib hukum. Tapi dalam arti tertentu ia tak jauh dari ajaran Guru Mo: seperti "Mo-isme" ia tak menghendaki politik, karena politik bukanlah kon-sensus, melainkan dis-sensus.

Itu sebabnya Zhuangzi memilih tiadanya tindakan, juga untuk perubahan ke arah hidup yang lebih baik. "Tiadanya tindakan Langit adalah kemurniannya; tiadanya tindakan di Bumi adalah kedamaiannya."

Bisa dimengerti bila Hui Tzu, seorang filosof sezamannya, berkata kepadanya, "Semua yang kamu ajarkan berpusat pada apa yang tak berguna."

Benartapi Zhuangzi punya jawab. "Hui Tzu," begitulah ia kurang-lebih berkata, "kamu tak bisa menghargai apa yang tak berguna, sesuatu yang sebenarnya terbentang luas di muka bumi." Lebih luas ketimbang yang berguna, lebih luas ketimbang politik.

"Sebab suwung, sunyi, ketenteraman, tanpa rasa, kebisuan, dan tanpa-laku, itu adalah akar dari semua hal."

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Bahlil Lahadalia: Saham Pemerintah di Freeport hingga Lahan untuk Sukanto Tanoto

24 detik lalu

Bahlil Lahadalia: Saham Pemerintah di Freeport hingga Lahan untuk Sukanto Tanoto

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, rencana pemerintah menambah kepemilikan saham sebanyak 10 persen

Baca Selengkapnya

Prediksi PSG vs Borussia Dortmund di Leg 2 Semifinal Liga Champions Selasa Malam Ini

6 menit lalu

Prediksi PSG vs Borussia Dortmund di Leg 2 Semifinal Liga Champions Selasa Malam Ini

Simak kabar terbaru kedua tim serta perkiraan susunan dan prediksi pertandingan PSG vs Borussia Dortmund di leg kedua semifinal Liga Champions.

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Pileg 2024 di MK Dilanjut, Hari Ini Periksa 63 Perkara

7 menit lalu

Sidang Sengketa Pileg 2024 di MK Dilanjut, Hari Ini Periksa 63 Perkara

MK kembali menggelar sidang sengketa PHPU hasil Pileg 2024. Agenda hari ini akan memeriksa 63 perkara dengan sistem tiga panel dengan masing-masing tiga hakim konstitusi.

Baca Selengkapnya

Khasiat Akar Kuning yang Dipakai Orang Utan untuk Obati Luka

7 menit lalu

Khasiat Akar Kuning yang Dipakai Orang Utan untuk Obati Luka

Khasiat akar kuning yang mujarab tak hanya dikenal manusia, orang utan pun bisa memanfaatkannya.

Baca Selengkapnya

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

9 menit lalu

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

Pemberintah Belanda mengaku ingin melihat langsung kondisi di IKN sebelum mereka berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Ada Bibit Siklon 91P, BMKG Prakirakan Hujan Guyur Mayoritas Kota Besar

12 menit lalu

Ada Bibit Siklon 91P, BMKG Prakirakan Hujan Guyur Mayoritas Kota Besar

Bibit siklon tropis 91P berdampak hujan sedang hingga lebat dan angin kencang di sekitar wilayah bibit siklon tersebut.

Baca Selengkapnya

Tradisi Seba Badui Digelar 16-19 Mei 2024 di Rangkasbitung, Ditargetkan Didatangi 1,5 Juta Wisatawan

14 menit lalu

Tradisi Seba Badui Digelar 16-19 Mei 2024 di Rangkasbitung, Ditargetkan Didatangi 1,5 Juta Wisatawan

Seba Badui dilakukan dengan memberikan hasil pertanian ladang selama setahun kepada pemerintah daerah sebagai bentuk syukur.

Baca Selengkapnya

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba Sejak September 2023

14 menit lalu

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba Sejak September 2023

Polisi juga telah menangani 10 kasus narkoba menonjol sejak 14 Maret hingga 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

14 menit lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah UNS 2024/2025 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

24 menit lalu

Biaya Kuliah UNS 2024/2025 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Rincian biaya kuliah jalur SNBP, SNBT, dan seleksi mandiri UNS tahun akademik 2024

Baca Selengkapnya