Muselmann

Penulis

Minggu, 2 Juni 2013 00:00 WIB

Muselmann dalam bahasa Jerman berarti "muslim". Tak selamanya disebut dengan citra yang baik. Di masa lalu di Jerman ada sebuah nyanyian untuk anak-anak:

K-a-f-f-e-e
K-a-f-f-e-e,
trink nicht so viel kaffee!
Nicht fr Kinder ist der trkentrank
schwcht die Nerven, macht dich bla lassen und krank.
Sei doch kein Muselmann,
der ihn nicht lassen kann!

Kopi
Kopi
Jangan minum banyak kopi!
Bukan untuk anak-anak, ini minuman Turki
bikin saraf lemah, bikin sakit dan pucat pasi.
Jangan jadi muslim,
kamu nanti tak sanggup apa-apa!)

Nyanyian dari tahun 1930-an ini saya dapat dari wawancara Gil Anidjar, penulis The Jew, the Arab: A History of the Enemy, dengan Nermeen Shaikh.

Anidjar menyebutnya sebagai contoh bagaimana orang Eropa memandang Islam. Sebagaimana Yudaisme, ia diposisikan sebagai "musuh". Ketika itu Eropa sedang merumuskan dirinya sendiri, dan "musuh" diperlukan untuk mempersatukan.

Persepsi yang tak ramah itu tak terbatas pada lagu anak-anak. Kita menemukannya dalam pandangan Hegel. Pemikir Jerman yang berpengaruh itu menyebut Islam sebagai Religion der Erhabenheit, agama yang menganggap sesembahannya demikian sublim dan agung hingga para pemeluk harus patuh semata-mata kepada hukum yang tegar. Mereka memandang diri sendiri sebagai hamba, bukan subyek yang berdaya. Mereka hidup dalam alienasi.

Setelah Hegel, sikap terhadap Islam sebagai agama yang membuat orang "tak sanggup apa-apa" itu berlanjut sampai tahun 1940-an. Hitler berkuasa dan ia kirim ribuan orang ke kamp pembantaian; sebagian besar Yahudi. Tak ada orang Islam yang terdaftar di tempat-tempat itu, tapi di Auschwitz, kata "muslim" ternyata disebut.

Yang merekamnya adalah Primo Levi, sastrawan Italia keturunan Yahudi yang pada umur 25 tahun dikirim ke kamp konsentrasi Auschwitz. Levi tak lama disekap, sejak 1943 sampai dengan 1945, tahun kejatuhan Hitler. Tapi catatannya tentang kehidupan di neraka itu membekas dalam kenangan orang.

Advertising
Advertising

Se questo e un uomo terbit pada 1958 (versi Inggrisnya: If this is a man). Di dalamnya kita diperkenalkan kepada satu kategori tahanan: orang-orang yang remuk. Merekalah Muselmanner: "Orang-orang yang tenggelam massa yang tanpa nama makhluk-bukan-manusia yang berjalan dan bekerja dalam bisu." Orang ragu untuk menyebut mereka hidup, juga ragu untuk menyebut kematian mereka "kematian". Mereka terlalu lelah untuk mengerti apa arti mati.

Bahwa di kamp tahanan itu orang-orang Yahudi yang sudah remuk disebut "Muselmann" menunjukkan citra macam apa yang ada di Jerman tentang umat Islam waktu itu: manusia yang tak berguna lagi, mirip sampahorang-orang yang dikungkung dan dikekang hukum agama, orang-orang yang sebenarnya terasing dari hidup yang bergerak dan berubah terus.

Kita ingat Marx menyebut agama sebagai "candu": sesuatu yang bisa menghibur namun membuat manusia tersandar seperti lumpuh. Agaknya pengaruh Hegel membekas di sana: agama itu memperbudak. Marx pun menyerukan pembebasan, dan seluruh pemikir modern Eropa menggerakkan sekularisasi: tinggalkan titah Tuhan dan sambut kemampuan manusia; singkirkan agama dari kehidupan.

Di sini saya ingin kembali ke Anidjar. Yang menarik dari pendapatnya ialah bahwa sekularisasi justru bermula ketika agama hendak mengukuhkan kekuasaannya: di Spanyol dan Portugal, di abad ke-15.

Waktu itu kekuasaan Katolik sedang mengkonsolidasikan kemenangannya setelah kerajaan Islam terakhir jatuh. Gereja, dengan lembaga Inkuisisinya, menetapkan aturan limpieza de sangre: orang-orang yang baru menjadi Kristen harus ber-"darah-murni"; ia bukan keturunan Yahudi atau Arab.

Tapi dengan demikian ketentuan agama yang lama ditinggalkan. Sakramen tak lagi berfungsi, karena sia-sia menandai pertobatan ataupun konversi. Kekuasaan sang Inkuisitorsang pengusut yang menghakimi iman seseoranglebih efektif ketimbang ketentuan Tuhan. Tokoh Inkuisitor Agung dalam cerita Dostoyevsky yang termasyhur bahkan lebih berkuasa ketimbang Yesus.

Dan itulah awal sekularisasi.

Tapi itu berarti bahwa tak ada retakan yang dalam antara yang religius dan yang sekuler. Lambang-lambang agama tak ditinggalkan; bedanya: Tuhan telah digantikan petinggi gereja, ayatullah, majelis ulama, kementerian agama. Yang sekuler dan yang religius disatukan dalam kekuasaan duniawi.

Tapi itu bukan berarti pembebasan. Bahkan dengan kekuasaan yang dibayang-bayangi aura Tuhan, siapa saja yang di tampuk pimpinan akan gampang tergoda untuk menuntut agar selamanya ia dipatuhi dalam taklid yang sempurna. Ada Tuhan baru; ada hamba-hamba baru. Ada penindasandan dalam bentuknya yang ekstrem, di ujungnya ada Muselmann. Di sini Muselmann bukan lagi "muslim", dengan citra yang kelam. "Muslim" jadi sesuatu yang universal: siapa saja, di mana saja, kapan saja, yang tertindas.

Maka pembebasan bukan datang serta-merta karena sekularisasi. Pembebasan hanya bisa diraih melalui perlawanan terhadap represi. Dan agar tak ada kekuasaan yang akan mengulangi penindasan, perlawanan itu harus berartidan itu hanya mungkin bila pada mulanya adalah kesaksian. Bukan kesaksian orang yang hanya melihat, melainkan kesaksian orang yang menanggungkan. Para korban.

Tapi tak sembarang korban.

Dalam Quel che resta di Auschwitz (versi Inggrisnya: Remnants of Auschwitz), Giorgio Agamben mengutip Primo Levi tentang "saksi yang sejati". Saksi ini bukan orang seperti dirinya, yang keluar dari neraka. Saksi yang "lengkap" yang harus diutamakan adalah mereka yang tak bisa keluar, tenggelam, tak lagi bisa bicara: para Muselmann.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

3 menit lalu

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

Lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar

Baca Selengkapnya

Kronologi Gol Timnas U-23 Indonesia Muhammad Ferarri ke Gawang Uzbekistan yang Dianulir Wasit Shen Yinhao

5 menit lalu

Kronologi Gol Timnas U-23 Indonesia Muhammad Ferarri ke Gawang Uzbekistan yang Dianulir Wasit Shen Yinhao

Muhammad Ferarri sempat mencetak gol namun dianulir wasit saat pertandingan timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Nobar Timnas U-23, Ini Katanya Saat Garuda Muda Gagal ke Final

8 menit lalu

Sultan HB X Nobar Timnas U-23, Ini Katanya Saat Garuda Muda Gagal ke Final

Sultan HB X lesehan bersama warga dijamu bakmi godog saat nobar pertandingan semifinal Indonesia vs Uzbekistan di PIala Asia U-23.

Baca Selengkapnya

Pedagang Sembako Pasar Palmerah Keluhkan Harga Gula Pasir dan Sagu Naik

10 menit lalu

Pedagang Sembako Pasar Palmerah Keluhkan Harga Gula Pasir dan Sagu Naik

Selain gula pasir, bahan pokok lain yang dikeluhkan adalah keberadaan minyak kita yang hilang dari peredaran.

Baca Selengkapnya

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

15 menit lalu

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

Wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran dan Sukabumi memiliki sejarah kejadian gempa bumi yang sering terulang sejak tahun 1844.

Baca Selengkapnya

BRIN: Rumah di Puspiptek Punya Negara Tak Bisa Dimiliki

19 menit lalu

BRIN: Rumah di Puspiptek Punya Negara Tak Bisa Dimiliki

Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan pada BRIN Arywarti Marganingsih mengatakan perumahan Puspitek, Serpong, tak bisa jadi hak milik.

Baca Selengkapnya

Album Solo RM BTS, Wajib Militer hingga Lukisan Yun Hyong-keun

20 menit lalu

Album Solo RM BTS, Wajib Militer hingga Lukisan Yun Hyong-keun

RM BTS akan meluncurkan album solo kedua

Baca Selengkapnya

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

27 menit lalu

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

Sejumlah nama bakal calon gubernur di Pilkada 2024 sudah mulai bermunculan, termasuk 4 wajah lama ini. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

Beda Michelin Key dengan Michelin Star, Panduan Pelancong Memilih Hotel dan Restoran Terbaik

29 menit lalu

Beda Michelin Key dengan Michelin Star, Panduan Pelancong Memilih Hotel dan Restoran Terbaik

Michelin Key fokus pada penghargaan hotel, berbeda dengan Michelin Star yang fokus pada kuliner.

Baca Selengkapnya

11.091 Peserta Ikuti UTBK SNBT 2024 di Unnes, 57 Peserta Tak Hadir di Sesi I

30 menit lalu

11.091 Peserta Ikuti UTBK SNBT 2024 di Unnes, 57 Peserta Tak Hadir di Sesi I

Pelaksanaan UTBK SNBT di Unnes hari pertama, puluhan peserta belum hadir di sesi I.

Baca Selengkapnya