Doa Lintas Batas di Altar Olahraga

Penulis

Jumat, 9 September 2016 09:55 WIB

Imam Nahrawi
Menteri Pemuda dan Olahraga

Sejak lama saya yakin bahwa olahraga memiliki kekuatan sangat dahsyat bagi sebuah bangsa. Keyakinan saya ini menemukan momentumnya ketika lifter Sri Wahyuni meraih medali perak untuk kontingen Indonesia dalam Olimpiade di Rio de Janeiro, Brasil, Agustus lalu. Rakyat Indonesia merasa bangga dan haru atas prestasi Sri. Kebanggaan ini menjadi berlipat ganda ketika lifter Eko Yuli Irawan juga meraih medali perak.

Ketika bendera Merah Putih dikerek untuk Sri dan Eko Yuli, saya yakin ada doa yang mengalir dari jutaan rakyat Indonesia, "Sebentar lagi pasti dapat emas!"

Dan, benar saja. Tepat pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, doa seluruh rakyat Indonesia dikabulkan Tuhan. Kegembiraan dan kebanggaan itu disempurnakan oleh pasangan ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, dengan mengembalikan tradisi medali emas Olimpiade dari cabang bulu tangkis.

Semua mata yang menatap babak final bulu tangkis saat itu nyaris tak berkedip ketika Tontowi/Liliyana mengalahkan pasangan ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dua set langsung dengan skor telak, 21-14, 21-12. Saya rasa dada semua penduduk negeri ini pun turut bergidik saat menyaksikan bendera Merah Putih berkibar di puncak tertinggi dalam Olimpiade Rio 2016. Senang, bangga, haru.

Pada Hari Olahraga Nasional hari ini, kita patut melihat olahraga sebagai sebuah fenomena sosial yang luar biasa. Banyak hal yang identik dengan kemustahilan tiba-tiba luruh begitu saja. Jarak geografis, perbedaan budaya, dan sekat-sekat sosial disatukan oleh satu bahasa bernama olahraga. Saya yakin semua pihak yang mendoakan Tontowi/Liliyana malam itu tidak pernah bertanya lebih dulu apa agama, suku, ras, dan dari mana mereka berasal. Semua doa dipanjatkan dengan tulus.

Olahraga juga mampu melipat jarak ribuan kilometer sehingga tak menjadi masalah bagi seorang suporter sepak bola. Harga tiket pertandingan tidak menyurutkan langkah. Usia pun tidak jadi soal. Semua berbaur dalam euforia bersama untuk sebuah laga olahraga.

Mantra sakti olahraga terbukti ampuh menyatukan perbedaan suku, ras, dan agama di sejumlah negara. Sejarah mencatat bagaimana sepak bola Amerika (American football) mampu menyatukan warga Virginia, yang terjebak dalam konflik rasisme pada 1971. Herman Boone, pelatih berkulit hitam di T.C William High School, dapat mencairkan konflik ras yang sudah mengeras bertahun-tahun. Boone berhasil mengeliminasi tindakan diskriminatif dan rasisme dengan mengangkat asisten pelatih berkulit putih, Bill Yoast, dan mengantarkan tim sepak bola Amerika sekolah tersebut menjadi juara liga. Kisah yang kemudian diangkat dalam film Remember the Titans ini mengilhami banyak pihak soal bagaimana olahraga mampu menjadi jembatan dalam penyelesaian konflik-konflik sosial.

Kasus serupa juga pernah terjadi di sini. Pada 1996, Sani Tawailenna, mantan pemain timnas U-15 asal Tulehu, Maluku, menyelamatkan anak-anak muda di kotanya dari konflik berdarah yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun melalui sepak bola. Bersama temannya, Rafi, Sani mendirikan sekolah sepak bola Tulehu Putra. Di sekolah ini, Sani sengaja merekrut anak-anak muda dengan latar agama berbeda dalam satu tim. Kerja keras Sani membuahkan hasil. Selain menjauhkan anak-anak muda dari konflik, ia berhasil menanamkan nilai-nilai toleransi dan keberagaman pada tim itu.

Saat ditunjuk menjadi pelatih timnas U-15, Pengurus Provinsi PSSI Maluku, Sani, berhasil mengantarkan timnya meraih juara nasional dalam kompetisi Piala Medco antar-pengurus provinsi se-Indonesia pada 2006. Timnya beranggotakan pemain-pemain muda berbakat lintas agama.

Kemenangan tersebut disambut dengan sukacita oleh seluruh warga Maluku dan mampu merekatkan hati yang sempat terpecah-belah. Sepak bola terbukti mampu mengikis ingatan mereka akan perbedaan pendapat, dendam, dan konflik. Kisah ini pun diangkat ke layar lebar oleh produser Glenn Fredly dan Angga dengan judul Cahaya dari Timur: Beta Maluku, yang terpilih sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia 2014.

Kisah dalam Remember The Titans dan Cahaya dari Timur hanyalah sepenggal dari sekian banyak cerita tentang bagaimana olahraga mampu mengatasi perbedaan sosial, suku, ras, dan agama. Bukankah olahraga mampu memberikan tempat terhormat bagi Afrika Selatan sehingga berdiri sejajar dengan bangsa lain saat mereka dipercaya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010? Bukankah olahraga pula yang berhasil "memaksa" negara super-protektif seperti Korea Utara menjadi lebih terbuka dan bergaul dengan negara-negara lain?

Karena itu, saya sangat prihatin dan tentu saja kecewa ketika menyaksikan masih ada sentimen ras serta tawuran antar-suporter, antar-pemain, bahkan antar-ofisial di dunia olahraga. Olahraga, yang seharusnya menjadi perekat sosial, justru menjadi sumber konflik sosial. Kita mesti belajar kembali ke kampung-kampung, ke pelosok-pelosok negeri ini, yang saya yakin memiliki banyak sekali cerita tentang bagaimana olahraga mampu mempertemukan perbedaan, menjadi perekat sosial, dan menumbuhkan cinta antar-sesama.

Bukankah baru kemarin kita disatukan dalam doa yang sama untuk pahlawan olahraga kita, pasangan ganda campuran yang jelas-jelas secara agama dan etnis berbeda? Dan kita menerima perbedaan itu dengan ikhlas, tanpa reserve. Selain atas nama kemanusiaan, menurut saya, mungkin hanya di altar olahraga kita bisa berdoa bersama-sama menurut agama kita masing-masing. Selamat Hari Olahraga Nasional.

Berita terkait

GOR Tempat Firli Bahuri dan Syahrul Yasin Limpo Bertemu Eksklusif untuk Kalangan Tertentu

6 Oktober 2023

GOR Tempat Firli Bahuri dan Syahrul Yasin Limpo Bertemu Eksklusif untuk Kalangan Tertentu

Lapangan bulu tangkis tempat pertemuan Firli Bahuri dan Syahrul Yasin Limpo biasa dipakai pengusaha dan atlet

Baca Selengkapnya

Penjaga GOR Benarkan Pertemuan Syahrul Yasin Limpo-Firli Bahuri: Tanpa Main Bulu Tangkis

6 Oktober 2023

Penjaga GOR Benarkan Pertemuan Syahrul Yasin Limpo-Firli Bahuri: Tanpa Main Bulu Tangkis

Penjaga GOR Tangki, Jakarta Barat, membenarkan adanya pertemuan antara Ketua KPK Firli Bahuri dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Gagal Bangun 14 Gelanggang Remaja, PSI: Anggaran Rp 432 Miliar

21 Oktober 2022

Anies Baswedan Gagal Bangun 14 Gelanggang Remaja, PSI: Anggaran Rp 432 Miliar

Rehabilitasi 14 gelanggang remaja gagal terealisasi pada tahun 2022 sampai masa jabatan Gubernur Anies Baswedan berakhir pada 16 Oktober 2022 lalu.

Baca Selengkapnya

Festival Olahraga Rakyat Kembali Digelar setelah 2 Tahun Vakum

8 Juni 2022

Festival Olahraga Rakyat Kembali Digelar setelah 2 Tahun Vakum

Pemerintah Kota Jakarta Pusat kembali menggelar Festival Olahraga Rakyat setelah vakum dua tahun.

Baca Selengkapnya

Dampak Lelang Akhir Tahun, DPRD: Banyak Proyek Mangkrak di Kabupaten Bogor

27 Desember 2021

Dampak Lelang Akhir Tahun, DPRD: Banyak Proyek Mangkrak di Kabupaten Bogor

Pada saat ini ada beberapa proyek Pemkab Bogor yang mangkrak, seperti pembangunan Gelanggang Olahraga Masyarakat di Cisarua dan Gunung Putri.

Baca Selengkapnya

GOR Akan Dibangun di Tiap Kecamatan Kota Bogor Tahun Depan

17 Juli 2021

GOR Akan Dibangun di Tiap Kecamatan Kota Bogor Tahun Depan

Usul pembangunan GOR disampaikan untuk dicantumkan pada APBD Kota Bogor tahun 2021.

Baca Selengkapnya

Saat GOR Jakarta Jadi Penampungan PMKS di Masa Corona

28 April 2020

Saat GOR Jakarta Jadi Penampungan PMKS di Masa Corona

Pemprov DKI menyiapkan gelanggang olahraga untuk menampung PMKS selama Ramadan dan masa wabah Corona.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buka Kembali Tujuh GOR Setelah Direvitalisasi

15 Februari 2019

Anies Baswedan Buka Kembali Tujuh GOR Setelah Direvitalisasi

Anies Baswedan berharap dengan fasilitas yang dimiliki saat ini, GOR tak akan menjadi tempat yang membosankan untuk dikunjungi masyarakat.

Baca Selengkapnya

Stadion Mandala Krida yang Jadi Markas PSIM Yogyakarta Kini Megah

10 Januari 2019

Stadion Mandala Krida yang Jadi Markas PSIM Yogyakarta Kini Megah

Pembangunan Stadion Mandala Krida yang berada di pusat Kota Yogyakarta akhirnya rampung. Stadion ini biasanya jadi markas PSIM Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Asian Games 2018: GOR Bulungan dalam Tahap Pemasangan Plafon

12 Agustus 2018

Asian Games 2018: GOR Bulungan dalam Tahap Pemasangan Plafon

Gelanggang Olahraga Bulungan yang akan dipakai untuk bola voli Asian Games 2018 saat ini dalam tahap pemasangan langit-langit atau plafon gedung.

Baca Selengkapnya