Gramsci

Penulis

Senin, 28 Oktober 2013 00:00 WIB

Tadi malam saya baca satu adegan dalam hidup Antonio Gramsci. Pada senja hari 8 November 1926, tokoh Partai Komunis ini ditangkap pemerintah Fasis Italia, dan dua tahun kemudian hukuman 20 tahun penjara dijatuhkan. Hari itu jaksa berkata, "Untuk selama 20 tahun harus kita hentikan otak ini berfungsi."

Banyak cara buat menghentikan pikiran, banyak penjara dan bukan penjara, terkadang efektif, terkadang gagal. Penegak hukum itu gagal. Setelah disekap dalam sel Regina Coeli di Roma, Gramsci akhirnya dikurung di penjara Turi, hampir di ujung selatan Italia, dengan kesehatan yang kian memburuk. Ia meninggal karena perdarahan di otak pada umur 46 tahun, 27 April 1937. Namun kemudian diketahui, dari 11 tahun di dalam sel sendirian itu lahir ribuan catatan, berisi pikiran-pikirannya, di samping sekitar 500 pucuk surat untuk keluarga dan teman-temannya.

Catatan-catatan itu kemudian dikumpulkan dalam tiga jilid (versi Inggrisnya: Prison Notebooks) yang kemudian jadi sumber yang segar dalam perdebatan tentang revolusi dan Marxisme. Memang ada jaksa dan Mussolini, tapi tak ada kurungan pikiran bagi Gramsci. Meskipun tak dengan sendirinya ada kemerdekaan.

Catatan-catatannya baru bisa diterbitkan dengan leluasa beberapa tahun setelah Perang Dunia II. Di sana tampak kemampuannya secara orisinal meninjau pokok-pokok Marxismedi samping kita temukan renungannya tentang hal-hal lain, tentang bahasa, misalnya. Namun semua itu baru diketahui luas setelah Stalin meninggal. Sebelumnya, teman-teman seperjuangannya menyiarkannya dengan hati-hati. Bukan hanya karena rezim Mussolini. Hubungan Gramsci dengan Stalin, pengendali gerakan komunisme internasional yang bertakhta di Kremlin, tak selamanya lurus. Pemimpin PKI (Partai Komunis Italia) yang lain, termasuk Togliatti, kawan dekatnya sejak satu sekolah, bisa dengan jinak menerima titah dari "pusat". Gramsci tak bisa patuh pada saat ketika ia harus patuh. Andai tak dipenjarakan Mussolini, ia mungkin akan dihabisi Stalin seperti ratusan orang revolusioner lain.

Barangkali karena ada dua sosok Gramsci. Keduanya bisa dibedakan, tapi tak terpisahkan. Sejarawan Marxis Eric Hobsbawm pernah menulis: berbeda dengan Lenin, Gramsci seorang intelektual sejak awal. Ia "seseorang yang hampir-hampir secara fisik tergugah hanya karena daya tarik ide-ide". Dalam tergugah, tak ada yang bisa memerintah. Tapi pada saat yang sama, ia pemimpin Partai. Partai adalah ide, program, kerja, disiplin. Ia, seorang Marxis sejati, yang selalu berada di tengah konfrontasi, tak hanya hendak menafsir dunia, tapi juga mengubahnya. Ia memihak. Vivo, sono partigiano. "Aku hidup, aku seorang partisan. Aku merasakan denyut aktivitas negeri masa depan yang dibangun mereka yang berdiri di pihakku."

Advertising
Advertising

Seorang partisan sering harus meringkas ide jadi doktrin dan mengemas doktrin jadi pedoman. Peta masa depan harus dibuat jelas, langkah harus dibikin pasti. Gramsci tentu pernah lebih memilih cara yang efektif itu ketimbang melanjutkan pemikiran yang dalam.

Tapi tak selalu demikian agaknya. Ia bisa berubah sebagaimana tafsir tentangnya berubah. Februari 1934, di sebuah berkala Partai seseorang melukiskan profil Gramsci dengan kagumtapi memperlihatkannya sebagai penyabar yang selalu mempertanyakan segalanya, seperti Sokrates. Ia, kata sang penulis, bukan jenis tokoh Partai yang selalu cepat memberi jawab. Dengan kata lain, bagi Gramsci, tak selalu ada jawab yang siap pakai.

Tulisan itu tampaknya satu kritik terselubung terhadap kecenderungan PKI yang makin doktriner. Tak mengherankan sang penulis dengan segera dikecam. Bagi para pembesar Partai, Gramsci bukan seorang Sokrates yang bertanya. Dalam kegalauan ideologis masa itu, ketika di Moskow Stalin mengubah dasar-dasar yang ditegakkan Lenin, PKI harus punya Gramsci yang stabil.

Tapi dalam selnya, Gramsci merasa ada yang bisa berubah dalam dirinya:

Aku merasa, andaikata aku dibebaskan dari penjara sekarang, [A]ku akan terus hidup dengan otakku semata-mata... melihat orang-orang, bahkan yang seharusnya kuanggap dekat, bukan sebagai makhluk yang hidup, melainkan sebagai teka-teki yang harus dipecahkan.

Bertahun-tahun terasing dari gemuruh perdebatan dan keasyikan kebersamaan, seorang pemikir memang mudah terseret ke dalam sunyi Cartesian: liyan akan hanya hadir sebagai obyek analisis. Manusia ada untuk dirumuskan. Doktrin akan kian menentukan pandangan sang pemikir, bukan hubungan yang tak terduga antarmanusia.

Bagi Gramsci, di situlah kematian seorang pejuang revolusi. "Berapa kali aku bertanya-tanya sendiri, bagaimana mungkin menjalin hubungan dengan orang banyak ketika kita tak pernah punya simpati yang kuat kepada siapa pun, bahkan kepada orang tua kita sendiri: seakan-akan kita sanggup punya kebersamaan sementara tak ada orang-orang yang mencintai kita."

Mencintai dan dicintai sering jadi banal dan tak pernah disebut dalam teori revolusi. Tapi kita ingat Gramsci dalam sel: menulis, menulis, menulis. Ia menjangkau mereka yang bukan obyek analisis yang bisa dirumuskan. Tiap kata yang ia pakai mengandung ucapan orang lain yang entah di mana pernah memakainya dan akan memakainya. Kata adalah kesepakatan, benturan, kesalahpahaman, pergulatan. Tak bisa sendiri. Bahasa, meskipun memihak, bisa hanya sepihak. Ia bukan produk ketidakpedulian.

"Aku benci ketidakpedulian," tulisnya. "Ketidakpedulian dan apati sama dengan benalu, sikap pengecut."

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Tim Piala Uber Capai Final, Greysia Polii: Ini Kemenangan Perempuan Indonesia yang Selalu Diremehkan

9 menit lalu

Tim Piala Uber Capai Final, Greysia Polii: Ini Kemenangan Perempuan Indonesia yang Selalu Diremehkan

Greysia Polii merasa, meski kalah melawan China, pencapaian tim Uber Indonesia 2024 ini merupakan kemenangan bagi para perempuan Indonesia.

Baca Selengkapnya

5 Hotel Strategis Dekat Lokasi Konser Sheila On 7 di Bandung, Bisa Ditempuh Jalan Kaki

12 menit lalu

5 Hotel Strategis Dekat Lokasi Konser Sheila On 7 di Bandung, Bisa Ditempuh Jalan Kaki

Temukan lima hotel terdekat dari Stadion Siliwangi, Bandung, lokasi konser Sheila on 7. Mulai dari hotel bintang 4 hingga bintang 2, semua berjarak kurang dari satu kilometer dari stadion.

Baca Selengkapnya

Universitas Syiah Kuala Sediakan Kuota 35 Persen untuk Jalur Seleksi Mandiri

12 menit lalu

Universitas Syiah Kuala Sediakan Kuota 35 Persen untuk Jalur Seleksi Mandiri

Pendaftaran seleksi mandiri Universitas Syiah Kuala atau USK dibuka hingga 20 Juni 2024 pukul 16:00 WIB.

Baca Selengkapnya

Makanan Bergizi yang Tak Menggugah Selera Padahal Luar Biasa buat Tubuh

15 menit lalu

Makanan Bergizi yang Tak Menggugah Selera Padahal Luar Biasa buat Tubuh

Makanan yang bisa bikin Anda bergidik seperti serangga justru diklaim sehat dan bergizi tinggi. Berikut makanan bergizi yang disarankan ahli diet.

Baca Selengkapnya

Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

26 menit lalu

Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

Ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv menuntut Benjamin Netanyahu menerima proposal gencatan senjata Hamas demi dibebaskannya sandera

Baca Selengkapnya

Deretan 5 Fakta Mengenai Banjir di Sulawesi Selatan

27 menit lalu

Deretan 5 Fakta Mengenai Banjir di Sulawesi Selatan

Kepala Pusat Data, Informasi BNPB, Abdul Muhari mengatakan 14 warga yang meninggal dunia akibat banjir dan longsor di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan

Baca Selengkapnya

Alasan UPI Bandung Tidak Menaikkan UKT Mahasiswa Baru

28 menit lalu

Alasan UPI Bandung Tidak Menaikkan UKT Mahasiswa Baru

Ketetapan tarif UKT yang sama baru berlaku untuk mahasiswa yang lolos Seleksi Nasional Berbasis Prestasi dan Tes atau SNBP dan SNBT 2024.

Baca Selengkapnya

Mahalini Jalani Upacara Mepamit, Didampingi Rizky Febian dan Keluarga di Bali

30 menit lalu

Mahalini Jalani Upacara Mepamit, Didampingi Rizky Febian dan Keluarga di Bali

Mahalini dan Rizky Febian mulai melangsungkan rangkaian pernikahan adat Hindu di Bali, menjelang pernikahan mereka.

Baca Selengkapnya

Pengunjung Selalu Padat, Lukisan Mona Lisa di Museum Louvre Paris akan Dipindahkan

36 menit lalu

Pengunjung Selalu Padat, Lukisan Mona Lisa di Museum Louvre Paris akan Dipindahkan

Mona Lisa karya seni yang paling banyak dikunjungi di dunia, 10 juta orang datang ke Museum Louvre untuk melihat lukisan itu setiap tahunnya.

Baca Selengkapnya

Bidan Diduga Malpraktik Viral di Medsos, Polres Prabumulih Lakukan Penyelidikan

40 menit lalu

Bidan Diduga Malpraktik Viral di Medsos, Polres Prabumulih Lakukan Penyelidikan

Polres Prabumulih sudah melakukan penyelidikan soal dugaan malpraktik seorang bidan yang viral di media sosial.

Baca Selengkapnya