Religio

Penulis

Senin, 30 Desember 2013 00:00 WIB

Agama adalah monster: beberapa dasawarsa menjelang kelahiran Isa Almasih, Lucretius, penyair dan pemikir Romawi, menggambarkan religio sebagai makhluk mengerikan yang menindas manusia.

di seluruh negeri,
hidup manusia rusak terlindas
di bawah beban berat agama,
yang menampakkan kepalanya,
dari lapis langit,
mengancam manusia yang fana
dengan wajah yang menakutkan.

Lucretius menuliskan itu di pembukaan De Rerum Natura ("Tentang Kodrat Benda-benda"). Ia menuliskannya ketika Republik Romawi berkecamuk oleh revolusi dan kontrarevolusi, tahun 145-130 sebelum Masehi.

Sampai hari ini, kita hampir tak tahu apa-apa tentang Lucretius, kecuali karyanya itu. Kita hanya bisa memperkirakan bagaimana suasana dalam periode yang disebutnya sebagai "masa rusuh tanah air kita" itu, dan bagaimana agama berperan.

De Rerum Natura menggambarkan betapa gelap dan gairahnya hasrat manusia untuk masyhur dan berkuasa-gelap dan sia-sia. Seraya orang-orang mendaki ke puncak kehormatan, mereka selalu dalam bahaya. "Rasa iri, bagaikan sambaran petir, terkadang melontarkan mereka dari puncak hingga terperosok ke dasar Tartarus yang busuk."

Dalam pandangan Lucretius, ambisi dan kecemburuan itu akan berakhir ke titik yang kosong. Sisyphus membawa batu berat itu ke puncak, tapi tiap kali batu itu terlontar kembali ke kaki gunung. Tiap kekuasaan-seperti ditunjukkan dalam sejarah Romawi-segera berakhir.

Maka manusia, kata Lucretius, jika harus memilih, sebaiknya "tinggal diam", ketimbang punya kuasa dan mahkota.

Advertising
Advertising

Yang hendak ditawarkan Lucretius sebenarnya ajaran Epicurus, seorang pemikir Yunani yang dikaguminya. Bagi Epicurus, tujuan hidup adalah kenikmatan, dalam arti yang khusus: kenikmatan yang tenang tenteram, justru dengan cara meniadakan hasrat yang berlebihan.

Tapi manusia takut. Ia takut mati. Dalam ketakutan itu-ketakutan yang tak berdasar, sebab mati harus diterima sebagai bagian dari hidup-orang-orang menghimpun harta, kalau perlu dengan "pertumpahan darah di antara sesama warga". Dengan rakus mereka "menggandakan kekayaan", "menumpuk pembantaian di atas pembantaian".

De Rerum Natura-yang terdiri atas enam buku-ditulis dengan keinginan untuk membebaskan zamannya dari semua itu. "Kita harus mengusir ketakutan dalam jiwa ini, kegelapan ini," tulis Lucretius, "bukan dengan sinar surya atau anak panah hari yang bercahaya, melainkan dengan nalar dan tatapan alam."

Memakai nalar, menelaah alam: Lucretius, sebagaimana Epicurus, adalah pendahulu ilmu modern dan filsafat "serba-zat". Ia menjelaskan terjadinya wabah-yang dilukiskan dengan sangat mengerikan di Buku VI-bukan sebagai tulah dari langit, melainkan akibat "partikel-partikel yang beterbangan sekitar manusia yang membawa penyakit dan kematian". Baginya, yang ada hanya "atom dan kehampaan", zat dan ruang. Atom tak bisa dihancurkan; tiap kehancuran sebenarnya hanya perubahan bentuk. Atom (Lucretius menyebutnya dengan primordia, elementa, atau semina) saling bertaut membentuk kombinasi yang tanpa henti, dan bergerak terus-menerus, tanpa wujud akhir yang disiapkan.

Maka kematian bukanlah titik putus. Tak ada akhirat. Neraka ada di dunia ini sebagai akibat kebodohan dan keserakahan. Surga ada di dunia dalam bentuk sapientum templa serena, "kuil-kuil tenteram para aulia".

Dari sajak panjangnya, bisa dilihat Lucretius bukan seorang atheis. Tapi baginya Tuhan, atau dewa-dewa, tak terlibat dengan hidup kita. Mereka bukan pencipta makhluk, bukan sebab-musabab kejadian. Alam menjalankan roda hidupnya sendiri. Maka tak ada gunanya bersikap salih seperti yang dilembagakan agama:

"Kesalihan bukan karena kita sering menundukkan kepala yang bercadar ke arah batu-batu," demikian tertulis dalam De Rerum Natura. "Bukan karena kita menghampiri semua altar, bukan dengan bersujud di kuil para dewa, bukan pula karena kita membasahi altar dengan darah hewan korban." Kesalihan adalah kesanggupan kita menatap semua hal "dengan pikiran yang damai".

Pikiran yang damai itu-dengan menghalau "teror dan kemuraman jiwa"-tumbuh bila manusia bisa menangkis "ancaman nabi-nabi". Lucretius menyatakan bahwa ia menulis De Rerum Natura untuk "membebaskan pikiran manusia dari belenggu agama yang menjerat".

Dengan sikap yang seperti itu, tak mengherankan bila berabad-abad kemudian, setelah teks De Rerum Natura ditemukan pada tahun 1417, muncul tangkisan demi tangkisan, terutama dari Gereja Katolik. Tapi tak mengherankan pula bila pandangannya disambut orang di zaman "Pencerahan", yang merayakan kemerdekaan berpikir-sebuah zaman yang, seperti dikatakan Kant, didukung Frederick II. Penguasa Prusia ini, yang berteman dengan Voltaire, berkata pada tahun 1741: agama adalah "monster kuno".

Tapi agama tak mati-mati. Mungkin karena tak seluruhnya Lucretius benar bahwa agama "mengarahkan manusia ke dalam mala dan kekejian". Mungkin karena proyek pencerahan Lucretius gagal.

Pada tahun 1771 Voltaire mengarang surat-menyurat imajiner yang membicarakan penyair Romawi itu. Di sana disebutkan Lucretius mati bunuh diri. Kita ingat De Rerum Natura yang dibuka dengan semangat berpendar-pendar diakhiri dengan deskripsi suram tentang Athena yang kena sampar. Sang filosof tak kunjung menemukan "kuil-kuil tenteram para aulia". Yang ia lihat hanya neraka: kebodohan, kerakusan. Meskipun sesekali ada secercah kemerdekaan.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Piala Asia U-23, Serba-serbi Peluang Timnas Indonesia menuju Final

7 menit lalu

Piala Asia U-23, Serba-serbi Peluang Timnas Indonesia menuju Final

Timnas Indonesia akan menghadapi Uzbekistan laga semifinal Piala Asia U-23, pada Senin, 29 April 2024

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Minta Kampus Taati Perjanjian Penguatan dan Perlindungan Pers Mahasiswa

55 menit lalu

Dewan Pers Minta Kampus Taati Perjanjian Penguatan dan Perlindungan Pers Mahasiswa

Sengketa jurnalistik pers mahasiswa kini ditangani oleh Dewan Pers. Kampus diminta taati kerja sama penguatan dan perlindungan pers mahasiswa.

Baca Selengkapnya

Yang Perlu Diperhatikan Pasien Diabetes kala Cuaca Panas Ekstrem

57 menit lalu

Yang Perlu Diperhatikan Pasien Diabetes kala Cuaca Panas Ekstrem

Berikut tips tetap terhidrasi dan sehat selama cuaca panas ekstrem bagi pasien diabetes yang mungkin mengalami respons dari obat.

Baca Selengkapnya

RM BTS Siapkan Konten Jelang Rilis Album Solo Kedua Right Place, Wrong Person

1 jam lalu

RM BTS Siapkan Konten Jelang Rilis Album Solo Kedua Right Place, Wrong Person

Album solo kedua RM BTS akan dirilis pada 24 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Jenazah Brigadir RA yang Tewas di dalam Alphard Tidak Diautopsi, Langsung Diserahkan ke Keluarga

1 jam lalu

Jenazah Brigadir RA yang Tewas di dalam Alphard Tidak Diautopsi, Langsung Diserahkan ke Keluarga

Brigadir RA yang tewas dengan luka tembak di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang tercatat berdinas di Polresta Manado.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Liverpool Ditahan West Ham United 2-2, Kian Tertinggal dalam Persaingan Juara

1 jam lalu

Hasil Liga Inggris: Liverpool Ditahan West Ham United 2-2, Kian Tertinggal dalam Persaingan Juara

Liverpool ditahan imbang 2-2 oleh West Ham dalam pertandingan pekan ke-35 Liga Inggris.

Baca Selengkapnya

Kunci Cegah Flu Singapura, Kebersihan dan Imunitas Tubuh

1 jam lalu

Kunci Cegah Flu Singapura, Kebersihan dan Imunitas Tubuh

Pakar kesehatan kebersihan dan kekuatan imunitas tubuh dapat mencegah tertular flu Singapura. Ini yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Hadiri Wrap Party Queen of Tears, Kim Ji Won dan Kim Soo Hyun Kaget Banyak Penggemar

1 jam lalu

Hadiri Wrap Party Queen of Tears, Kim Ji Won dan Kim Soo Hyun Kaget Banyak Penggemar

Kim Ji Won, Kim Soo Hyun dan Park Sung Hoon menghadiri wrap party jelang penayangan episode akhir Queen of Tears

Baca Selengkapnya

Profil Kota Ternate, Berdiri Sejak 27 April 1999 Sesuai UU Otonomi Daerah

1 jam lalu

Profil Kota Ternate, Berdiri Sejak 27 April 1999 Sesuai UU Otonomi Daerah

Hari ini, 27 April 1999, adalah berdirinya Kota Ternate berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.

Baca Selengkapnya

Pawai Rimpu Mantika di Bima Diikuti Puluhan Ribu Peserta, Ada Fashion Show

1 jam lalu

Pawai Rimpu Mantika di Bima Diikuti Puluhan Ribu Peserta, Ada Fashion Show

Pawai rimpu merupakan acara puncak dari Festival Rimpu Mantika Kota Bima 2024.

Baca Selengkapnya