Pelan

Penulis

Senin, 6 Januari 2014 00:00 WIB

Liquor is quicker
Ogden Nash

Saya menyukai pagi: dengan gerimis atau sinar matahari, saya akan berjalan mengikuti bayang-bayang pohon sepanjang alur, atau sebaliknya, duduk tiga menit memejamkan mata di depan jendela terbuka. Ada sisa harum kemuning yang mekar semalam dan bau daun-daun yang lumat di rumput becek. Ada suara burung yang cerewetya, pagi adalah suara burung yang cerewet. Juga suara tokek, bunyi berat yang sabar satu demi satu, seakan-akan melawan kecepatan detik.

Mungkin saya menyukai pagi karena di sana saya berlindung dari kecepatan detik.

Meskipun bisa tak bertahan. Sebab jika pada menit berikutnya saya buka laptop, akan menghambur apa yang disebut "informasi"ribuan kata, suara, angka, dan gambar yang desak-mendesak, singkir-menyingkirkan: kabar dari situs dot.com, salam dan umpatan dan keluhan minta perhatian di Twitter, foto-foto pamer diri di Facebook, pesan-pesan sejenak dari teman dan orang yang tak dikenal di telepon seluler. Mereka melintas. Mereka tenggelam. Mereka diingat, tak lengkap. Mereka mungkin statemen, mungkin salah paham yang bergegas. Mereka berubah.

Di depan laptop, dunia melawan pagi.

Di depan laptop, di luar iPad, di luar kamar, kita diproyeksikan seolah-olah terancam: makhluk yang akan runtuh bila tak bergerak cepat. Klaus Schwab, pendiri World Economic Forum, menyebarluaskan kecemasan itu: "Kita bergerak dari sebuah dunia di mana yang besar memakan yang kecil ke arah dunia di mana yang cepat menelan yang pelan."

Advertising
Advertising

Saya tak ingin mengamini itu. Kecepatan itu riuh-rendah. Saya lebih menginginkan apa yang digambarkan Chesterton sebagai "the gift of loneliness, which is the gift of liberty". Kesunyian itu mengandung karunia: kebebasan.

Tapi memang ada, memang makin banyak, orang yang menampik karunia itu: mereka yang waswas bila tak melakukan apa-apa, mereka yang tak mengerti bagaimana duduk dengan mata terpejam mendengarkan bunyi hujan dan suara katak di selokanorang-orang yang mau cepat-cepat mengakhiri sunyi, orang-orang yang dikerubuti waktu yang selalu dihitung.

Saya tak pernah merasa merdeka dengan waktu yang dihitung, bukan karena tiap kali dikejar deadline, tapi mungkin karena saya datang dari generasi yang berbeda. Di waktu kecil, di malam hari, sambil terbaring di ambin, saya sering mendengarkan suara orang ura-ura membawakan Wedhatama dalam tembang. Ada kalimat "sepa sepi lir sepah samun" yang tak saya pahami artinya tapi saya rasakan sendunya. Saya juga datang dari sebuah masa ketika sehabis isya anak-anak tergolek di samping ibu, dibimbing ke mimpi dengan dongeng yang panjang.

Mungkin sebab itu saya bisa mengerti mengapa Carl Honore berubah. Ia koresponden pelbagai surat kabar, antara lain The Economist, yang menulis berita-berita luar negeri. Ia mengejar (atau dikejar?) berita dari kota ke kota asing, masuk-keluar bandara dan pesawat, terus-menerus menelepon editor dan sumber-sumber berita (dan tak lagi mendengarkan musik di Walkman-nya), tak sempat pula bercerita panjang untuk mengantar tidur anak-anaknya.

Pada suatu saat, ketika ia sedang antre di sebuah bandara, terbaca olehnya sebuah tulisan, "The One-Minute Bedtime Story". Eureka! Ia bergembira: akhirnya orang bisa membuat dongeng yang cuma satu menit panjangnya. Ia perlu kemudahan seperti itu, sebab ia tak bisa melayani permintaan anak-anaknya untuk membawakan cerita yang asyik. Hampir saban malam ia harus menulis, mengirim artikelnya, menjawab sur-el, membaca kabar, dan berdiskusi.

Tapi bagaimana membawakan dongeng Hans Christian Andersen dalam 60 detik?

Hanya dalam gerak yang pelan, kita bisa menyusuri hidup Si Thumbelina. Sebuah dongeng akan mati ketika ia jadi ikhtisar. Ia tak hidup dengan ketakjuban dari saat ke saat, sejak si tokoh alit lahir, diculik katak, diselamatkan ikan, kupu-kupu, dan tikus, dan akhirnya mendapatkan pangeran peri-bunga sebagai pasangannyaseraya si burung biru patah hati menyaksikannya pergi.

Carl Honore pun berubah. Ia menulis buku In Praise of Slowness.

Yang agak kurang ditekankan Honore ialah hubungan gerak yang tak terburu-buru dengan karunia kesunyian dan kebebasansesuatu yang telah rusak karena zaman berubah dan manusia resah untuk bekerja dan bekerja. Nietzsche pernah menyebutnya sebagai "kehausan Amerika". Bujukan-bujukan berlomba cepat ("liquor is quicker", kata penyair Amerika, Ogden Nash), juga pertukaran.

Dalam proses itu, hilang kemampuan orang menghayati waktu sebagai ketakjuban yang selalu baru. Orang pun terus-menerus berbicara soal "kurang waktu". Tak ada lagi yang hendak memasuki keheningan "vita meditativa". Tak ada renungan sebelum tindakan.

Dan lahirlah Twitter, Facebook, san-dek, yang dengan seketika menembakkan kata. Sementara dulu tiap ekspresi yang akan disiarkan harus menempuh prosedur berlapisada editor, ada penerbit, ada penyebarkini semua itu diterabas. Bersaing cepat, berlomba menarik perhatian, bersaing mau diakui, berlomba teriak. Aku menggebrak, maka aku ada.

Kecepatan dan kekuatan bisa efektif seperti peluru. Tapi peluru tak perlu nalar dan tak menumbuhkan tukar pikiran. "Media sosial" akhirnya hanya (mengutip seorang teman yang mengutip Macbeth untuk ini) "full of sound and fury, signifying nothing".

Maka saya menyukai pagi. Sesekali masih ada sisa mimpi, ingatan akan dongeng ayah, ninabobok ibu, gema di kepala dari sebuah lagu, novel yang semalam hadir dalam kesendirian dan kesunyiandalam karunia kebebasan.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Apa Itu Sigma Male?

5 menit lalu

Apa Itu Sigma Male?

Sigma male adalah pria yang memiliki kepribadian memilih untuk menjalani kehidupannya di luar struktur tatanan dominasi sosial masyarakat.

Baca Selengkapnya

KKB Intan Jaya Papua Serang Polsek Homeyo, 1 Warga Tewas

8 menit lalu

KKB Intan Jaya Papua Serang Polsek Homeyo, 1 Warga Tewas

Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz AKBP Bayu Suseno membenarkan KKB Intan Jaya menyerang Polsek Homeyo, Intan Jaya, Papua.

Baca Selengkapnya

WNI Saling Serang di Korea Selatan, Satu Orang Tewas

11 menit lalu

WNI Saling Serang di Korea Selatan, Satu Orang Tewas

Seorang pria warga negara Indonesia (WNI) ditangkap polisi Daegu, Korea Selatan setelah menikam rekan senegaranya hingga tewas dan melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Cak Imin dan Petinggi Partai Koalisi Hadiri Silaturahmi Timnas Amin di Rumah Anies

13 menit lalu

Cak Imin dan Petinggi Partai Koalisi Hadiri Silaturahmi Timnas Amin di Rumah Anies

Mantan cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, mendatangi kediaman Anies Baswedan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Para Politikus PKS Ini Balas Partai Gelora soal Gabung Prabowo-Gibran

13 menit lalu

Para Politikus PKS Ini Balas Partai Gelora soal Gabung Prabowo-Gibran

Partai Gelora menolak PKS jika bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran, karena dinilai selalu 'menyerang' saat masa kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

4 Fakta Mengenai Penyakit Asam Lambung

15 menit lalu

4 Fakta Mengenai Penyakit Asam Lambung

Asam lambung tidak bisa sembuh, namun, dapat diturunkan intensitas kambuh tidaknya dengan menjaga pola makan dan menghindari pemicunya.

Baca Selengkapnya

Ini Pertimbangan Hakim Tolak Gugatan terhadap Rocky Gerung

16 menit lalu

Ini Pertimbangan Hakim Tolak Gugatan terhadap Rocky Gerung

Hakim menilai pernyataan Rocky Gerung sebagai kritik terhadap kebijakan publik, bukan serangan personal terhadap individu.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

18 menit lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Prabowo Hadiri HUT ke-72 Kopassus, Dinyanyikan Lagu Ksatria Kusuma Bangsa oleh Prajurit

18 menit lalu

Prabowo Hadiri HUT ke-72 Kopassus, Dinyanyikan Lagu Ksatria Kusuma Bangsa oleh Prajurit

Sekitar 11 prajurit Kopassus mempersembahkan lagu Ksatria Kusuma Bangsa untuk Prabowo, yang merupakan Danjen Kopassus ke-15. L

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

20 menit lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya