Kampanye

Penulis

Minggu, 23 Maret 2014 00:51 WIB

Putu Setia

Saya terlambat datang ke padepokan Romo Imam karena jalanan macet. Romo memaklumi. "Ini kampanye partai yang sukses. Ukurannya, jalanan sampai macet," kata Romo penuh maklum. "Betul sekali, kampanye sebelumnya sepi, orang malas datang ke alun-alun mendengarkan pidato," kata saya.

"Kenapa ada kampanye yang sepi dan ada yang meriah?" tanya Romo. Saya harus menjelaskan panjang-lebar situasi masyarakat saat ini. Sepi dan meriahnya sebuah kampanye bukan karena partai, melainkan karena masalah dana. Apakah partai itu dan para calon legislatornya mau mengerahkan massa atau tidak untuk pencitraan semu. Kalau mau, maka para caleg itu mencari "biro jasa" pengerahan massa. Makelar kampanye, begitu julukan "biro jasa" ini, banyak ada. Saya tidak tahu berapa tarif yang dikenakan sang makelar kepada caleg, tetapi saya tahu setiap orang dibayar oleh makelar Rp 100 ribu. Rinciannya, untuk membeli Premium empat liter, makan-minum seadanya, dan sisanya sekitar Rp 60 ribu sama dengan upah terendah sehari buruh bangunan di pedesaan. Bagi peserta yang mendapat tugas memegang bendera partai dan di alun-alun harus berdiri dekat podium, bayarannya ditambah Rp 25 ribu.

"Mereka kader partai di desa?" tanya Romo. "Bukan, mereka tak berurusan dengan partai. Mereka orang upahan," jawab saya cepat. Saya jelaskan, peserta itu betul-betul "masa mengambang", mereka bisa digunakan oleh partai apa saja. Sekarang kampanye untuk partai ini, besoknya bisa untuk partai itu. Cuma, sang makelar bijak. Yang memegang bendera dan berdiri dekat podium dibagi, kelompok ini untuk partai itu, kelompok itu untuk partai ini. "Pertimbangan makelar supaya beda orangnya, siapa tahu disorot kamera televisi, biar tak ketahuan peserta bayaran," kata saya.

"Itu haram, politik uang," kata Romo. Saya tertawa. Romo mungkin pura-pura saja menyebut itu haram, seolah tak tahu situasi masyarakat saat ini. Siapa lagi yang mau kampanye dengan kesadaran sendiri saat ini? Dua puluh lima tahun yang lalu, saya ikut kampanye ke Jakarta. Dari Ciputat naik bus dan dihadang di Pondok Cabe, karena warga Jawa Barat tak boleh berkampanye di Jakarta. Dari Pondok Cabe berjalan kaki ke Senayan untuk "memerahkan Jakarta". Tak ada yang menyuruh dan tentu tak ada pula yang membayar. Kemacetan menjadi suatu kenikmatan karena bisa saling melempar yel-yel dan mengibarkan bendera partai. Sekarang? Macet lantaran kampanye justru mendapat caci-maki dari pengguna jalan.

"Kalau begitu, tak ada pengaruhnya kampanye sekarang ini," kata Romo bergumam. Saya menyahut, "Jangankan kampanye ke alun-alun mendengarkan pidato, menonton berita kampanye di televisi saja membuat orang mual. Yang memasang baliho di jalanan itu pun hanya menghabiskan uang, hampir tak ada pengaruhnya."

Advertising
Advertising

"Harus ada terobosan baru untuk memikat masyarakat pada partai," kata Romo bak seorang makelar politik-julukan kerennya konsultan. Saya malas menjawab pernyataan yang "standar" ini. Terobosan apa? Terobosan itu konotasinya gerakan instan. Situasi anti-partai saat ini tak bisa main terobos, ini harus kerja keras berkesinambungan membangun kepercayaan. Reformasi sesungguhnya memberi kesempatan kepada partai untuk kembali hidup setelah dikerdilkan di era Orde Baru. Sayangnya, puluhan partai yang berdiri ternyata tidak memiliki pemimpin yang kuat, mereka memanfaatkan eforia itu untuk kepentingan pribadi. Organisasi tidak ditata dengan baik, di atas terjadi saling sikut dan di bawah kaderisasi macet. Ditambah korupsi, lantas siapa yang mau percaya kepada partai?

Berita terkait

Main Malam Ini, Pelatih Irak Puji Performa Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2024

1 menit lalu

Main Malam Ini, Pelatih Irak Puji Performa Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2024

Pelatih timnas Irak U-23 Radhi Shenaishil memuji performa timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Champions Leg 1 Semifinal: Borussia Dortmund Kalahkan PSG 1-0 Berkat Gol Niclas Fullkrug

10 menit lalu

Hasil Liga Champions Leg 1 Semifinal: Borussia Dortmund Kalahkan PSG 1-0 Berkat Gol Niclas Fullkrug

Borussia Dortmund menang tipis 1-0 atas Paris Saint-Germain (PSG) dalam laga leg pertama semifinal Liga Champions 2023/24.

Baca Selengkapnya

Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Kenya Menewaskan 181 Orang

13 menit lalu

Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Kenya Menewaskan 181 Orang

Banjir bandang ini telah berdampak pada negara tetangga Kenya yakni Burundi dan Tanzania

Baca Selengkapnya

Pencurian Kambing Modus Sisakan Jeroan di Kandang Terjadi Lagi di Depok, 17 Ekor Kambing Hilang Sekaligus

40 menit lalu

Pencurian Kambing Modus Sisakan Jeroan di Kandang Terjadi Lagi di Depok, 17 Ekor Kambing Hilang Sekaligus

Pemilik heran karena tidak mendengar pencurian kambing itu terjadi, padahal dia dan warga lain nongkrong usai nobar timnas U-23 hingga pukul 02.00.

Baca Selengkapnya

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

1 jam lalu

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

Gugatan praperadilan Bupati Sidoarjo itu akan dilaksanakan di ruang sidang 3 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pukul 09.00.

Baca Selengkapnya

Kapolri Lantik Brigjen Dwi Irianto Sebagai Kapolda Sulawesi Tenggara

1 jam lalu

Kapolri Lantik Brigjen Dwi Irianto Sebagai Kapolda Sulawesi Tenggara

Pelantikan Kapolda Sulawesi Tenggara yang baru itu dipimpin langsung oleh Kapolri dan dihadiri pejabat utama Mabes Polri di Rupatama, Mabes Polri.

Baca Selengkapnya

Aplikasi Soal UTBK Sempat Mati pada Hari Pertama, Bagaimana Kemungkinannya Hari Ini?

1 jam lalu

Aplikasi Soal UTBK Sempat Mati pada Hari Pertama, Bagaimana Kemungkinannya Hari Ini?

Hari kedua Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sebagai jalur kedua penyaringan masuk perguruan tinggi negeri dijadwalkan Kamis, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

1 jam lalu

Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

Bapak satu anak itu nekat merampas ponsel siswi SMP di Depok itu hingga korban jatuh dan terseret, setelah gagal transaksi HP secara COD.

Baca Selengkapnya

Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

3 jam lalu

Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

Jenazah Brigadir RA dijemput tiga perwakilan keluarga dan komandannya di Polresta Manado.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Wanita dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Hubungan Korban dan Pelaku

4 jam lalu

Pembunuhan Wanita dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Hubungan Korban dan Pelaku

Polisi masih mendalami identitas pria yang diduga sebagai pelaku pembunuhan dalam kasus mayat dalam koper itu.

Baca Selengkapnya