Editorial

Penulis

Kamis, 15 Desember 2016 23:21 WIB

Pemerintah harus mematuhi putusan Mahkamah Agung membatalkan izin lingkungan pembangunan pabrik milik PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng Utara, Rembang, Jawa Tengah. Putusan ini sebetulnya bisa dicegah jika pemerintah taat ketentuan dan mendengarkan aspirasi penduduk sejak dini.

PT Semen mendapat izin pertambangan dari pemerintah Rembang sejak 2011. Izin lingkungannya dikeluarkan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo tahun berikutnya. Lokasi eksplorasi karst dan pabrik itu ditentang penduduk sejak awal karena berada di wilayah cekungan air tanah (CAT) Watuputih.

Cekungan air tanah merupakan daerah resapan, aliran, dan pelepasan air tanah. Penambangan di kawasan itu dikhawatirkan merusak area konservasi air. Peneliti geologi asal Institut Pertanian Bogor, Untung Sudadi, menyebutkan CAT dan karst di Pegunungan Kendeng itu sangat penting bagi kawasan utara Jawa Tengah, karena menjaga pasokan air pada musim kemarau sekalipun.

Bukan hanya masyarakat sekitar yang bergantung pada sumber air Kendeng, melainkan juga Perusahaan Air Minum Daerah Rembang dan Blora. Jika Kendeng ditambang, dikhawatirkan paceklik air akan mulai terjadi pada musim kemarau karena tak ada lagi resapan air di dataran tinggi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011, sudah menetapkan kawasan Watuputih sebagai CAT. Peraturan Daerah Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 2011-2031 juga menetapkannya sebagai kawasan lindung geologi. Kalau begitu, mengapa izin pembangunan pabrik, termasuk izin lingkungannya, tetap diberikan?

Advertising
Advertising

Bibit Waluyo pernah mempertanyakan sikap penduduk yang menolak proyek itu karena tak melihat sisi baiknya, yaitu membuka lapangan kerja bagi warga lokal. Industri itu juga akan menjadi sumber dana baru bagi kas pemerintah daerah. Pertimbangan pemerintah ini bisa dimengerti, tapi kekhawatiran penduduk atas masa depannya akibat keberadaan pabrik itu juga sangat masuk akal.

Pemerintah memang harus rasional mempertimbangkan, apakah lapangan kerja yang dibuka dan pajak yang disetorkan ke kas daerah sebanding dengan kerugian akibat kerusakan lingkungan dan dampak sosial yang ditimbulkan. Dilemanya bagi pemerintah Jawa Tengah di bawah Ganjar Pranowo kini lebih besar karena pabrik dengan investasi sekitar Rp 4 triliun itu sudah berdiri, tapi putusan hakim peninjauan kembali Mahkamah Agung pada 4 Oktober 2016 lalu mendengarkan keberatan penduduk karena menemukan masalah dalam perizinannya.

Inilah dilemanya. Langkah pemerintah menghentikan proyek yang sudah telanjur mengeluarkan dana besar berpotensi menggerogoti kepercayaan dunia usaha. Namun mengabaikan putusan pengadilan juga merupakan tindakan menabrak hukum. Situasi ini sebetulnya tak akan muncul jika pemerintah taat aturan sejak awal, yaitu tak memberi izin pembangunan pabrik di daerah yang seharusnya dilindungi, dan serius mendengarkan aspirasi pihak pertama yang wajib dilayani kepentingannya: rakyat.

Berita terkait

Ini Alasan Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi

1 menit lalu

Ini Alasan Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi

Mantan calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo, menyatakan tidak akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Ganjar menyampaikan sikap itu dalam acara halalbihalal sekaligus pembubaran Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat pada Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Starlink Masuk Indonesia, Akan Ancam Penyedia Internet Lokal?

2 menit lalu

Starlink Masuk Indonesia, Akan Ancam Penyedia Internet Lokal?

Starlink bakal meramaikan persaingan dalam bisnis jasa Internet di Indonesia, namun Menkominfo menjamin tak merusak pasar pemain lokal.

Baca Selengkapnya

Liga Champions Malam Ini: PSG Usung Misi Bangkit, Luis Enrique Targetkan Gol Cepat vs Borussia Dortmund

11 menit lalu

Liga Champions Malam Ini: PSG Usung Misi Bangkit, Luis Enrique Targetkan Gol Cepat vs Borussia Dortmund

Pelatih PSG Luis Enrique mengatakan timnya harus mencetak gol lebih awal saat melawan Borussia Dortmund pada leg kedua semifinal Liga Champions.

Baca Selengkapnya

Kewarganegaraan Ganda Arcandra Tahar Pernah Jadi Persoalan, Jokowi Tunjuk sebagai Wakil Menteri ESDM

14 menit lalu

Kewarganegaraan Ganda Arcandra Tahar Pernah Jadi Persoalan, Jokowi Tunjuk sebagai Wakil Menteri ESDM

Eks Menteri ESDM, Arcandra Tahar tersangkut soal kewarganegaraan ganda hingga dicopot dari jabatan. Kkemudian diangkat Jokowi lagi jadi wakil menteri.

Baca Selengkapnya

Kapolres Jakarta Timur Tak Tahu Bangunan Masjid Al Barkah Mangkrak

15 menit lalu

Kapolres Jakarta Timur Tak Tahu Bangunan Masjid Al Barkah Mangkrak

Pekerja di Masjid Al Barkah mengaku ada polisi yang pernah datang menanyakan proyek pembangunan rumah ibadah yang mandek itu.

Baca Selengkapnya

PSG Hadapi Borussia Dortmund di Leg 2 Semifinal Liga Champions di Kandang, Luis Enrique Tekankan Timnya Mau Menang

18 menit lalu

PSG Hadapi Borussia Dortmund di Leg 2 Semifinal Liga Champions di Kandang, Luis Enrique Tekankan Timnya Mau Menang

Luis Enrique menekankan bahwa PSG harus 100 persen fokus menyerang dan bertahan saat menghadapi Borussia Dortmund di semifinal Liga Champions ini.

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah Kedokteran USU 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

21 menit lalu

Biaya Kuliah Kedokteran USU 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Deskripsi : Rincian biaya kuliah S1 Pendidikan Dokter USU 2024 untuk jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri.

Baca Selengkapnya

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

26 menit lalu

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

Presiden Jokowi menyoroti urgensi peningkatan jumlah dokter spesialis di Indonesia. Apa pesan untuk pemimpin baru?

Baca Selengkapnya

Penyebab Pemerintah Sulit Capai Target Penurunan Stunting di Indonesia

30 menit lalu

Penyebab Pemerintah Sulit Capai Target Penurunan Stunting di Indonesia

Pemerintah menurunkan target penyelesaian masalah stunting dari 14 Persen menjadi 17 persen pada 2024.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

30 menit lalu

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyanjung pemerintahan Presiden Jokowi karena pertumbuhan ekonomi RI stabil pada kisaran 5 persen.

Baca Selengkapnya