Caraka

Penulis

Senin, 12 Mei 2014 00:00 WIB

Hermes, yang bertugas menyampaikan pesan dewa-dewa Yunani Kuno kepada manusia, konon berjalan hanya di malam hari. Ia, sang caraka, menempuh jalur dan tikungan yang sulit.

Kearifan acap datang dalam perumpamaan; Hermes adalah salah satunya. Sebuah pesan, apalagi dari yang mahajauh, tak pernah transparan. Mungkin itu sebabnya dengan latar yang gelap dan tak lurus oknum mithologi yang misterius ini tampil dalam pelbagai awatara. Hanya ada satu identitasnya yang agak tetap: ia seorang putra Zeus, raja kahyangan itu; ia lincah dalam pelbagai hal yang berhubungan dengan kata-kata.

Nama Hermes terkait dengan ermeneus, sang penafsir. Setidaknya itu yang disebut dalam rekaman percakapan Sokrates dengan Kratylos di abad ke-4 sebelum Masehi. Sokrates, sebagaimana dikutip Plato, menjelaskan bahwa sang penafsir dianggap juga sang pembawa pesantapi juga sang "pencuri", "pendusta", dan "tukang menawar".

Dan semua awatara itu, kata Sokrates, ada urusannya dengan bahasa. Hermes adalah si cerdik dalam hal cerita dan percakapan.

"Cerdik". "Pencuri". "Pendusta". "Tukang menawar". Dengan imaji-imaji Hermes yang hanya berjalan di malam hari itu agaknya kita diharapkan mafhum bila sebuah pesan tak pernah terjamin akan transparan dan seutuhnya lurus. Bila pesan adalah ibarat utusan dari satu pihak ke pihak lain, bentrokan bukan hal yang luar biasa.

Advertising
Advertising

Ada sebuah dongeng tentang asal-usul huruf Jawa yang mengisyaratkan itu. "Ha-na-ca-ra-ka" adalah kisah tentang dua orang utusan Raja Ajisaka yang sama-sama setia, tapi akhirnya bersengketa. Yang satu diberi pesan baginda agar menjaga keris pusakanya selama ia mengembara ke tempat lain. Yang lain diberi pesan untuk mengambilnya kembali. Ajisaka yakin pesan itu punya makna yang sama: perintah yang menegaskan miliknya, titah yang harus ditaati. Tapi sang Raja keliru. Makna itu tak bisa lagi lurus ketika menempuh proses interpretasi. Kedua utusannya saling membunuh. Ajisaka ingin mencegah hal yang sama terjadi; ia bermaksud menstabilkan makna dengan mencatatnya dalam huruf hitam di atas putih.

Tapi stabilitas itu tak tercapai. Hanya mereka yang yakin bahwa manusia bisa mengandalkan rasionalitasnya yang percaya bahwa makna (karena dijaga huruf dan kata yang definitif) tak akan cair, mengalir, berubah.

Mereka salah duga. Makna lahir dalam percakapan, dan percakapan tak pernah beku.

Di sini saya akan kembali ke Sokrates. Ia, yang mengaitkan nama Hermes dengan bahasa dan juga segala sifat yang tak lurus, juga orang yang memusuhi karya manusia yang hidup dalam bahasa: puisi. Dalam Politeia, ia ingin para penyair dibuang dari negeri yang ideal.

Di satu pihak ia mengakui, puisi bisa dilihat sebagai penyalur sabda dewa-dewa ke dalam bahasa manusia; tapi di sisi lain ia menganggap puisi menyesatkan. Puisi adalah suara irasional, dan hanya intelek (nous) yang mampu menangkap kebenaran.

Tapi jika Sokrates benar mengenai Hermes, ia salah menduga bahwa kebenaran hanya tersingkap secara demikiandan bahwa puisi mendistorsikan komunikasi. Bahasa bukan cul-de-sac, bukan sebuah tabung yang terbuka di pangkal dan tertutup di ujungnya. Bahasa adalah sebuah proses tanpa ujung, tanpa tutupdan sesungguhnya ke dalamnya selalu hadir apa yang diam.

Berabad-abad kemudian sejak Plato dan Sokrates, setelah sejarah mengajarkan banyak kekecewaan dan harapan dalam komunikasi manusia, kita bisa berbicara tentang bahasa justru dengan berpegang pada puisi: ketika ke dalam diri kita sebuah sajak Rendra bisa mengungkapkan secercah makna, kita mengalaminya seperti ketika kita bertemu dengan sebuah karya Rusli atau S. Teddy. Sebuah keseluruhan makna terjadi tanpa karya itu mengekspresikannya seluruhnya, dengan garis, warna, kata. "Tiap patah kata," kata Gadamer, "sebagai sebuah kejadian di suatu saat, membawa serta apa yang tak dikatakan." Ke dalam apa yang tak dikatakan itu kata menjawab dan juga menyeru.

Seperti dalam Stanza Rendra ini:

Ada burung dua, jantan dan betina
Hinggap di dahan

Ada daun, tidak jantan tidak betina
Gugur dari dahan

Ada angin dan kapuk randu, dua-dua sudah tua
Pergi ke selatan

Ada burung, daun, kapuk, angin, dan mungkin juga debu
Mengendap dalam nyanyiku

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Rektor Paramadina Kenang Salim Said: Maestro Intelektual Paling Hebat

2 menit lalu

Rektor Paramadina Kenang Salim Said: Maestro Intelektual Paling Hebat

Menurut Didik J Rachbini, Salim Said memiliki perjalanan panjang sebagai seorang maestro intelektual yang paling hebat, paling detail, dan paling mendalam pengetahuannya tentang politik militer.

Baca Selengkapnya

Jalur Gaza Sudah Dipenuhi Tentara Israel

5 menit lalu

Jalur Gaza Sudah Dipenuhi Tentara Israel

Warga menceritakan seluruh wilayah Jalur Gaza sudah dimasuki tentara Israel, termasuk Rafah.

Baca Selengkapnya

UKT Melambung, Selain UGM dan UI di PTN Mana Lagi? Di Unsoed kenaikan hingga 300-500 Persen

7 menit lalu

UKT Melambung, Selain UGM dan UI di PTN Mana Lagi? Di Unsoed kenaikan hingga 300-500 Persen

Protes kenaikan UKT terus terjadi di sejumlah PTN, antara lain di UI, UGM, Unri, Unsoed, ITB, USU, dan IAIN Syarif Hidayatullah.

Baca Selengkapnya

Cek Rekomendasi IHSG Pekan Ini, Sentimen Harga Nikel Berlanjut

9 menit lalu

Cek Rekomendasi IHSG Pekan Ini, Sentimen Harga Nikel Berlanjut

Angga Septianus dari IPOT memperkirakan IHSG pekan ini akan dipengaruhi oleh sentimen harga nikel. Dia merekomendasikan saham-saham ini padapekan ini.

Baca Selengkapnya

Jelang Rakernas V PDIP: Api Abadi Mrapen, Tak Undang Jokowi, dan Sikap Politik ke Depan

9 menit lalu

Jelang Rakernas V PDIP: Api Abadi Mrapen, Tak Undang Jokowi, dan Sikap Politik ke Depan

PDIP akan menggelar Rakernas pada pekan ini. Berikut sederet fakta menariknya, mulai dari api abadi Mrapen, tak undang Jokowi, dan sikap politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Masuk DPO, Ini Ciri-ciri 3 Pelaku Pembunuhan Vina Cirebon

15 menit lalu

Masuk DPO, Ini Ciri-ciri 3 Pelaku Pembunuhan Vina Cirebon

Tiga dari 11 pelaku pembunuhan Vina Cirebon pada 2016 masih bebas berkeliaran. Ketiganya menjadi buron hingga saat ini. Ini ciri-ciri mereka.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta tentang Jatuhnya Helikopter Presiden Ebrahim Raisi di Iran

21 menit lalu

Fakta-fakta tentang Jatuhnya Helikopter Presiden Ebrahim Raisi di Iran

Sebuah helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negeri jatuh dalam perjalanan pulang dari Azerbaijan Timur.

Baca Selengkapnya

Kemenkes dan Starlink Jalin Kerja Sama Sediakan Akses Internet di Puskesmas Terpencil

25 menit lalu

Kemenkes dan Starlink Jalin Kerja Sama Sediakan Akses Internet di Puskesmas Terpencil

Kemenkes menjalin kerja sama dengan perusahaan Elon Musk, Starlink untuk menyediakan akses internet di puskesmas terpencil.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Undur Tenggat Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026, Apa Sebabnya?

27 menit lalu

Pemerintah Undur Tenggat Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026, Apa Sebabnya?

Pemerintah memundurkan tenggat waktu kewajiban sertifikasi halal bagi pelaku UMKM dari sebelumnya 17 Oktober 2024 menjadi 2026. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Pendanaan Kerja Sama Starlink Bersumber dari Bantuan Operasional Kesehatan

30 menit lalu

Kemenkes: Pendanaan Kerja Sama Starlink Bersumber dari Bantuan Operasional Kesehatan

Kemenkes menyebut alokasi anggaran untuk operasional internet Starlink di sejumlah puskesmas di Indonesia bersumber Bantuan Operasional Kesehatan.

Baca Selengkapnya