Politik

Penulis

Senin, 26 Mei 2014 00:00 WIB

Seperti kandil padam," kata suster yang menyaksikan kematian Vclav Havel pada pukul 09.50 pagi. "Begitu diam."

Di ranjang itu tak ada suara, memang. Tapi kita tahu: orang tak akan diam, juga setelah kematian.

Ketika berita wafat bekas presiden itu menyebar dari Hrdeek, desa kecil di timur laut Praha itu, ke seluruh Republik Cek, orang pun berhimpun. Mereka mengenangnya: sastrawan pembangkang yang memimpin gerakan menentang kediktatoran Partai Komunis. Presiden pertama yang mereka pilih. Kepala negara yang kemudian turun dari jabatannya dan menyisih ke Hrdeek. Seorang tua yang menanggung sakit sampai di pagi 18 Desember 2011 itu: wafat.

Tak jelas adakah orang yang menangis. Tapi Havel kembali didengar.

Ia hampir dilupakan. Dua puluh dua tahun jarak waktu antara hari kematian itu dan 17 November 1989, hari meletusnya demonstrasi pertama anti-pemerintah di Nrodn Tda. Dalam periode itu banyak hal terjadi: revolusi berhasil menumbangkan rezim dan ideologinya, tanpa jalan kekerasan: "Revolusi Beludru", 1989; Havel dipilih jadi presiden, pertama kali, 1990, dan demokrasi datang ke Cekoslovakia.

Advertising
Advertising

Tapi kegembiraan dengan segera disisipi kekecewaan-terutama ketika Cekoslovakia pecah menjadi Republik Cek dan Slovakia.

Selama itu, Havel, bekas pejuang kemerdekaan yang jadi kepala negara, dielu-elukan di seluruh dunia. Tapi pelan-pelan tampak, ia tak selamanya seorang pemimpin yang berhasil. Akhirnya ia meninggalkan kursinya-dengan nada muram ketika berbicara.

Bukan karena ia kehilangan kekuasaan; kekuasaan selalu dipanggulnya dengan enggan dan kikuk. Suaranya tak cerah karena ia merasa ada yang hilang.

Dulu, di tengah pergerakan pembebasan yang bergelora, Havel mengalami politik yang lain-politik yang berarti laku "melayani mereka yang ada di sekitar kita" dan "generasi yang akan datang". Tapi ketika pembebasan berhasil dan sistem demokrasi ditegakkan, ia justru menyaksikan tamasya yang mencemaskan. Masyarakat telah membebaskan diri, katanya, tapi dalam beberapa hal "berperilaku lebih buruk ketimbang ketika di dalam pasungan".

Kriminalitas meningkat, media yang tak disensor lagi jadi penyalur syahwat dan kedunguan, dan yang lebih berbahaya: kebencian menyebar di antara kaum, juga rasa curiga, rasialisme, bahkan gejala fasisme.

Di ulang tahun ke-15 "Revolusi Beludru", Havel menulis. Ia menyebut demokrasi yang akhirnya hanya jadi permainan para konsumen, dan politik yang seperti "sebuah medan perang para lobbyist" untuk kepentingan spesifik yang terpisah-pisah.

Mirip yang terjadi di Indonesia: sejak kediktatoran jatuh, demokrasi berbaur dengan kekecewaan dan politik kehilangan apa yang disebut Havel "sebuah tanggung jawab yang lebih tinggi".

Tiap kali saya menyaksikan itu, terngiang kembali kata-kata Reinhold Niebuhr itu: "Tugas sedih politik adalah menegakkan keadilan di dunia yang berdosa." The sad duty of politics is to establish justice in a sinful world.

Saya bukan seorang Protestan sebagaimana Niebuhr, theolog itu. Dunia bagi saya tak berdosa sejak diciptakan Tuhan; dunia adalah sejarah. Manusialah yang membuat sejarah bergerak antara harapan-harapan minimalis dan kekecewaan yang datang dan pergi.

Di situlah politik, seperti kata Niebuhr, sebuah "tugas". Politik bukan cuma usaha menghimpun dan menggunakan kekuasaan. Politik adalah pergulatan untuk keadilan, atau kesetaraan, yang berlangsung terus-menerus. Ranciere menyebutnya la politique. Havel menyebutnya sebuah "tanggung jawab" (atau, seperti yang dikutip di atas: "tanggung jawab yang lebih tinggi") yang dinyatakan dengan tindakan. Tindakan itu ditujukan kepada "keseluruhan" dan bagi "keseluruhan". Dengan kata lain, politik adalah pergulatan bukan untuk diri sendiri.

Itu sebabnya Havel mempertautkannya dengan sesuatu yang lebih dalam: panggilan moral. Ada "landasan metafisik", katanya, yang dimulai dengan kesadaran atau kesetengahsadaran bahwa kematian bukanlah akhir. Akan ada catatan entah di mana, ada penilaian entah di mana, mungkin di "atas kita". Ada ingatan tentang Hidup, dari Hidup, "the memory of Being". Dan kita pun merasakan "tata rahasia kosmos, alam, dari kehidupan". Ada Tuhan yang menilai.

Tapi sebenarnya tak pasti adakah "tata rahasia" itu cocok buat negeri-negeri di atas bumi. Tiap kali pergulatan berlangsung demi "tanggung jawab yang lebih tinggi", ia akan terlontar kembali ke kancah "dosa" dunia. Salah satu "dosa" itu adalah kekuasaan: sesuatu yang perlu tapi menjerat dan membusukkan manusia.

Agaknya itulah yang membuat Havel murung. Kemurungannya menjangkau kita-dan kita pun tahu apa yang salah, apa yang hilang dalam politik hari ini. Kandil itu tak sepenuhnya diam ketika padam.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

4 menit lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Ernest Regia Mahasiswa Indonesia Raih Juara 1 Olimpiade Sains di Kazakhstan

7 menit lalu

Ernest Regia Mahasiswa Indonesia Raih Juara 1 Olimpiade Sains di Kazakhstan

Ernest Regia meraih juara 1 Olimpiade Sains Mahasiswa Republik ke-16 di Universitas Buketov, Karaganda, Kazakhstan pada 25 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Bebaskan Berbicara di Berbagai Forum, Rocky Gerung Terima Kasih ke Hakim Sudah Pakai Akal Sehat

8 menit lalu

Pengadilan Bebaskan Berbicara di Berbagai Forum, Rocky Gerung Terima Kasih ke Hakim Sudah Pakai Akal Sehat

PN Jakarta Selatan menolak gugatan advokat David Tobing yang meminta hakim menghukum Rocky Gerung untuk tidak berbicara di berbagai forum.

Baca Selengkapnya

Wali Kota Helldy Paparkan Keberhasilan "Kota Baja"

12 menit lalu

Wali Kota Helldy Paparkan Keberhasilan "Kota Baja"

Kemiskinan di Cilegon alami penurunan luar biasa.

Baca Selengkapnya

Nobar Laga Semifinal Piala Asia U-23 2024 Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan Digelar di Stadion Pakansari

14 menit lalu

Nobar Laga Semifinal Piala Asia U-23 2024 Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan Digelar di Stadion Pakansari

Laga timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan pada semifinal Piala Asia U-23 2024 dijadwalkan berlangsung pada Senin, 29 April 2024, mulai 21.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Safari Politik Prabowo Usai KPU Menetapkan sebagai Presiden Terpilih

18 menit lalu

Safari Politik Prabowo Usai KPU Menetapkan sebagai Presiden Terpilih

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melakukan safari politik setelah ditetapkan KPU sebagai presiden terpilih Pilpres 2024. Ke mana saja?

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

20 menit lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

Dunia Olahraga Berlari: Berikut 4 Tips Lari Cepat yang Aman

22 menit lalu

Dunia Olahraga Berlari: Berikut 4 Tips Lari Cepat yang Aman

Berlari cepat atau sprint ternyata memiliki segudang manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar lari cepat aman

Baca Selengkapnya

Trenggono Akui Ekosistem Budi Daya Lobster Belum Terbentuk

23 menit lalu

Trenggono Akui Ekosistem Budi Daya Lobster Belum Terbentuk

Trenggono menjelaskan alasannya menggandeng negara tetangga, Vietnam untuk budi daya benih lobster. Trenggono telah membuka keran ekspor benur.

Baca Selengkapnya

Konsep Dana Pensiun dalam P2SK Rugikan Kaum Buruh

23 menit lalu

Konsep Dana Pensiun dalam P2SK Rugikan Kaum Buruh

Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar menilai, UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), merugikan kaum buruh.

Baca Selengkapnya