Babi Yar

Penulis

Senin, 2 Juni 2014 00:00 WIB

Pada 1961, Yevgeny Yevtushenko menulis sajak tentang orang-orang yang terbunuh di jurang panjang yang suram di timur laut Sungai Dnieper:

Akulah tiap orang tua
yang di sini
ditembak mati
Akulah tiap anak
yang di sini
ditembak mati

Dua puluh tahun sebelumnya, di jurang di Ukraina itu, di Babi Yar, hampir 34 ribu orang Yahudi-termasuk anak-anak, orang tua, perempuan-dibunuh pasukan Jerman hanya dalam waktu dua hari, 29-30 September 1941.

Yevtushenko bukan Yahudi; sajak itu, "Babi Yar", menyatakan, "dalam diriku tak ada darah Yahudi." Tapi ia menggugat apa yang terjadi di tempat itu sebagai kebuasan yang sedang dilupakan-dan dengan demikian juga kebuasan lain di masa lalu yang tak diakui. Penyair Rusia ini menuliskan sajaknya setelah Stalin mangkat dan orang bisa membacanya sebagai pengingat kekejaman yang pernah terjadi di masa lalunya sendiri-sebagaimana kita di Indonesia akan bisa membacanya dengan ingatan yang mirip.

Tentu, pembantaian Jerman terhadap orang Yahudi tak terbandingkan-karena tiap kekejaman sebenarnya tak bisa dibandingkan. Seperti yang di Babi Yar itu. Seorang sopir truk pasukan Jerman yang berada di tempat itu menceritakan kesaksiannya:

Setelah ditelanjangi, orang-orang Yahudi itu digiring ke dalam jurang, melalui dua atau tiga celah masuk. Ketika mereka sampai di dasar, para petugas Schutzpolizei mendorong mereka agar berbaring di atas mayat orang-orang yang baru saja ditembak. Semua terjadi dengan cepat. Mayat itu berlapis-lapis. Seorang polisi datang dan menembak leher tiap orang Yahudi di tempat ia terbaring dengan senapan semi-otomatis. Begitu satu orang Yahudi tewas, si penembak akan berjalan melintasi tubuh orang mati itu untuk menembak korban yang lain. Ini berlangsung tanpa henti, dan semua-laki-laki, perempuan, anak-anak-dihabisi. Anak-anak dibaringkan dekat ibu mereka dan ditembak bersama-sama.

Tapi, dengan kekejaman yang membunuh hampir 34 ribu orang dalam dua hari, yang tak terbandingkan itu tetap memergoki kita dengan pertanyaan tentang manusia pada umumnya: sebuas itukah makhluk ini?

Advertising
Advertising

Dari sejarah Jerman, jawabnya bisa bermacam-macam. Ada kebencian rasial kepada mereka yang berbeda, dan sejak sekian abad yang lalu yang berbeda itu berarti Yahudi. Ada perasaan bangsa yang terhina dan rakyat yang menderita setelah kekalahan dalam Perang Dunia I, disertai kerinduan akan negara kuat, pemimpin yang kuat, dengan dendam yang berkobar.

Tapi, dengan sebab-musabab yang khas Jerman seperti itu, Hitler dan rezimnya tetap ingin diakui sebagai bagian dari sesuatu yang universal. Sang Fhrer percaya bahwa kehidupan pada dasarnya bengis: "Hukum kehidupan di dunia," kata Hitler dalam sebuah jamuan siang 10 Oktober 1941, "mengharuskan pembunuhan yang terus-menerus, agar mereka yang mutunya lebih baik bisa hidup."

Yang merisaukan adalah bahwa pembunuhan memang terjadi di tempat lain, dilakukan bangsa lain-seakan-akan sejarah tak bisa berubah, manusia pada dasarnya bengis, dan Hitler membawakan tata normatif yang benar: "hukum"-nya layak sebagai hukum, bersifat kekal, dan berlaku di mana saja.

Tapi kita ingat: ia menyebut "kehidupan". Kehidupan berubah. Beberapa kekejaman yang terjadi bukanlah sekadar versi baru dari thema yang itu-itu juga. Hitler sendiri berada dalam zaman yang lain dari zaman Genghis Khan, misalnya, dengan ambisi dan hasrat yang lain dan cara-cara melaksanakan hasrat yang lain pula.

Maka ketika ia mengemukakan bahwa pembunuhan adalah "hukum kehidupan", ia sesungguhnya mencoba menghalalkan kekejaman dan pembinasaan yang dirancang dan dilaksanakannya. Ia seperti hendak mengatakan, "Aku tak bersalah, aku hanya menjalankan apa yang sudah ada dan akan ada terus dalam sejarah manusia."

Yang tak diakuinya ialah bahwa ia perlu mengajukan apologi itu (atas nama "hukum kehidupan") karena ada sesuatu yang lain, yang berada di luar "kehidupan" yang dilihatnya: ada suatu tata normatif yang berbeda, sesuatu yang belum ditaklukkannya.

Dan itulah yang kemudian terbukti. Tata normatif Hitler tak bisa bertahan, bukan hanya karena ia kalah perang. Sajak Yevtushenko menuturkan: bila kekejaman menemukan sekutunya di masa lain, di tempat lain, demikian juga sang korban. Sang "aku" yang merasa senasib dengan mereka yang dibantai di jurang Babi Yar juga melihat dirinya di tempat pembunuhan yang jauh, di sebuah hari yang jauh:

Dan di sini, pada salib, aku mereka musnahkan dalam siksa,
Dan sisa paku itu di tubuhku masih ada

Dengan kata lain, kepada kekejaman baru akan selalu ada gugatan baru. Juga orang-orang yang berkata "tidak" secara baru.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Delegasi World Water Forum Akan Ditunjukkan Ritual Cara Bali Memuliakan Air

1 menit lalu

Delegasi World Water Forum Akan Ditunjukkan Ritual Cara Bali Memuliakan Air

Pemerintah Provinsi Bali akan mengenalkan kearifan lokal Segara Kerthi dan Tumpek Uye kepada delegasi World Water Forum ke-10

Baca Selengkapnya

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

8 menit lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Jejak Kontroversi Wasit Majed Mohammed Al Shamrani yang Bakal Pimpin Laga Timnas Indonesia U-23 Lawan Irak

12 menit lalu

Jejak Kontroversi Wasit Majed Mohammed Al Shamrani yang Bakal Pimpin Laga Timnas Indonesia U-23 Lawan Irak

Simak rekam jejak wasit Majed Mohammed Al Shamrani yang akan memimpin laga timnas Indonesia U-23 vs Irak U-23 pada Kamis malam ini.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

12 menit lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

14 menit lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Hardiknas, Mahasiswa UGM Demo Tolak UKT yang Memberatkan

15 menit lalu

Hardiknas, Mahasiswa UGM Demo Tolak UKT yang Memberatkan

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

PTUN Minta PDIP Perbaiki Gugatan terhadap KPU

18 menit lalu

PTUN Minta PDIP Perbaiki Gugatan terhadap KPU

PDIP mengajukan gugatan ke PTUN karena menganggap KPU melakukan perbuatan melawan hukum.

Baca Selengkapnya

Jerome Polin Luluskan Permintaan, Unggah Foto Dukung Irak Melawan Timnas U-23

20 menit lalu

Jerome Polin Luluskan Permintaan, Unggah Foto Dukung Irak Melawan Timnas U-23

Jerome Polin meluluskan permintaan netizen untuk memberikan dukungan kepada Irak agar Timnas U-23 menang lantaran dianggap pembawa sial.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Yordania Komplain ke Israel karena Truk Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Diserang

20 menit lalu

Kementerian Luar Negeri Yordania Komplain ke Israel karena Truk Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Diserang

Warga Israel yang tinggal di wilayah pendudukan, menyerang dua konvoi kendaraan pembawa bantuan kemanusiaan untuk warga di Jalur Gaza dari Yordania.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

21 menit lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya