Air Kelapa

Penulis

Senin, 9 Juni 2014 00:00 WIB

Ada sesuatu yang menarik bila kekuasaan bermula dari cerita tentang kata dan air kelapa.

Kita menemukannya dalam dongeng Jawa tentang pendiri Kerajaan Mataram.

Tersebutlah pada suatu pagi Ki Ageng Giring, seorang peladang, memanjat pohon nyiur di halamannya untuk memetik sebutir kelapa. Ia ingin membuat santan. Tapi di pucuk pohon itu tiba-tiba terdengar suara: "Barang siapa yang meminum air kelapa yang kaupegang itu, akan ia turunkan anak-cucu yang berkuasa di kerajaan masa depan."

Dengan gemetar Ki Ageng Giring memetik nyiur itu, meluncur turun, dan pulang. Tapi hari masih pagi; ia belum haus. Buah kelapa itu hanya ia lubangi untuk bisa direguk airnya nanti, lalu ia letakkan di para-para dapur. Ia pun kembali ke kebun untuk mencangkul.

Tak disangka-sangka, tetangga dan sahabat karibnya, Ki Ageng Pemanahan, yang baru saja sibuk membersihkan semak-semak, mampir. Karena haus tak tertahan, melihat nyiur yang sudah disiapkan di dapur itu, ia mengambilnya dan mereguk airnya.

Advertising
Advertising

Dan demikianlah jadinya: Ki Ageng Pemanahan adalah progenitor pendiri Kerajaan Mataram. Anaknya, seorang pemuda cerdik dan pemberani, Sutawijaya, menjadi seorang prajurit yang makin lama makin dipercaya di Kerajaan Pajang. Ia berhasil menewaskan Arya Penangsang, seorang bangsawan yang tak mau takluk. Atas jasanya, Sutawijaya diberi gelar Panembahan Senapati dan sebentang wilayah. Berangsur-angsur, daerah itu ia kembangkan jadi kerajaan yang disebutnya dengan nama "Mataram", seperti kerajaan Jawa dari zaman keemasan sebelum Islam. Ia memerintah dari 1584 sampai meninggal pada 1601.

Bagi saya, yang penting dalam cerita itu adalah sepatah kata dalam kalimat yang didengar Ki Ageng Giring: "Barang siapa...". Tak ada nama tertentu yang disebut. Kekuasaan pada hakikatnya sebuah peruntungan yang terbuka. Tak ada pintu tertutup bagi orang atau kaum tertentu. Jika Ki Ageng Pemanahan yang mendapatkan karunia itu, itu berarti asal-usul kekuasaan bermula pada nasib yang tak eksplisit dan sebuah kebetulan. Kata-kata gaib dan air kelapasebagai bagian awal cerita tentang kejayaan dan kejatuhan raja-raja Jawaagaknya untuk pengingat bahwa kekuasaan sekaligus mengandung misteri dan hal sehari-hari.

Dengan kata lain, tak ada fondasi yang kukuh kekal yang menentukan seseorang untuk berada di atas takhta atau di bawahnya. Sumber legitimasi kekuasaan ibarat datang dari sebuah liang tambang tua yang kosong tapi penuh kabut. Sejarah kekuasaan adalah sejarah kecemasan.

Itu sebabnya kekuasaan perlu punya aura, dan aura perlu mithos. Harus ada sesuatu yang akan memberi alasan bahwa ia sah, bahwa ia patut diterima siapa saja kapan saja. Itu berarti, dalam kecemasannya, kekuasaan tak bisa cuma sebuah monolog. Ia butuh Liyan yang mengakuinya. Dengan demikian sebenarnya ia mengakui bahwa ada pihak lain yang dianggap setara, atau lebih luhur, yang punya daya untuk memberi pengakuan atau menolaknya.

Di zaman demokrasi, Liyan itu "rakyat": himpunan yang tak sepenuhnya dapat dihadirkan selain secara simbolis. Di abad ke-16 itu, Liyan itu dilambangkan secara lain: seorang ratu gaib dari laut selatan. Salah satu dongeng terkenal tentang Panembahan Senapati adalah hubungannya dengan Nyai Roro Kidul. Dikisahkan, pada suatu saat putri alam gaib itu mendatangi Baginda. Mereka bercintaan. Tapi pada saat yang sama dikatakan juga bahwa Nyai Roro Kidul menyerah ke dalam wibawa sang penguasa Mataram: sor prabawa lan wong agung ngeksiganda.

Kekuasaan Senapati dan auranya, takhta, dan legitimasinya menjadi menguat dengan dongeng itu. Tapi tampak: seorang penguasa harus berjuang secara rumit dan subtil buat memperoleh hegemoni.

Dongeng di atas bisa ditafsirkan untuk menggugat thesis bahwa perjuangan hegemoni sepenuhnya ditandai antagonisme. Sebab yang terjadi adalah jalin-menjalin yang tegang antara persaingan dan pertalian. Memang ada konflik yang tersamar, tapi hegemoni tak mungkin hanya dicapai dengan keris yang berdarah.

Kita tahu apa yang terjadi. Kekuasaan penerus dinasti Mataram, Amangkurat I (1646-1677), praktis adalah titah yang berdarah. Babad Tanah Jawi mengisahkan suasana kerajaan yang muram dan menakutkanyang segera disusul sebuah akhir yang dramatis. Riwayat Kerajaan Mataram tamat ditutup pemberontakan Trunajaya. Legitimasi hilang, hegemoni runtuh.

Para pendongeng kemudian berkisah, dalam perjalanan melarikan diri dari istananya, Amangkurat I mati karena meminum air kelapa yang beracun. Mungkin ini juga sebuah tamsil: rasa haus akan kekuasaan di saat yang tepat akan berhasil; rasa haus kekuasaan di saat yang salah akan membuat binasadan orang tak selalu tahu kapan saat yang salah itu.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Polres Metro Depok Tangkap 2 Kurir Narkoba Modus Tempel dan Bungkus Permen

1 jam lalu

Polres Metro Depok Tangkap 2 Kurir Narkoba Modus Tempel dan Bungkus Permen

Dari kedua kurir narkoba itu, polisi juga mengamankan 6 botol liquid ganja cair dan alat hisap.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Alasan Keluarga Tak Mau Jenazah Brigadir RA yang Tewas Bunuh Diri Diautopsi

1 jam lalu

Polisi Ungkap Alasan Keluarga Tak Mau Jenazah Brigadir RA yang Tewas Bunuh Diri Diautopsi

Brigadir RA disebut bunuh diri dengan menembakkan senjata api HS Kaliber 9mm ke aras kepalanya saat berada di dalam mobil Alphard.

Baca Selengkapnya

Kompolnas Turun Tangan Selidiki Motif Bunuh Diri Brigadir RA dalam Mobil Alphard

1 jam lalu

Kompolnas Turun Tangan Selidiki Motif Bunuh Diri Brigadir RA dalam Mobil Alphard

Polisi telah menutup kasus tewasnya Brigadir RA dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang. Disebut bunuh diri.

Baca Selengkapnya

KPK Eksekusi Eks Kadis PUPR Papua Gerius One Yoman ke Lapas Sukamiskin Bandung

1 jam lalu

KPK Eksekusi Eks Kadis PUPR Papua Gerius One Yoman ke Lapas Sukamiskin Bandung

Hakim memvonis eks Kadis PUPR Papua, Gerius One Yoman dengan hukuman empat tahun delapan bulan penjara dan uang pengganti Rp 4,5 miliar.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

1 jam lalu

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil berkolaborasi untuk memformulasikan upaya mencegah peningkatan insiden penyakit Arbovirus seperti DBD

Baca Selengkapnya

Hakim Izinkan Kasdi Subagyono Hadir di Sidang Etik Nurul Ghufron di Dewas KPK

1 jam lalu

Hakim Izinkan Kasdi Subagyono Hadir di Sidang Etik Nurul Ghufron di Dewas KPK

Majelis hakim memberikan izin kepada bekas Sekretaris Jenderal Kementan Kasdi Subagyono untuk mengikuti sidang Dewas KPK tentang kasus Nurul Ghufron.

Baca Selengkapnya

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo, Program Studi Produksi Media Gelar Bedah Film

2 jam lalu

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo, Program Studi Produksi Media Gelar Bedah Film

Dalam acara ini, ditayangkan film karya mahasiswa Politeknik Tempo yang berjudul Kala: Rahasia Fana.

Baca Selengkapnya

KPK Sita Rp 48,5 Miliar dari Berbagai Rekening Orang Kepercayaan Mantan Bupati Labuhanbatu

2 jam lalu

KPK Sita Rp 48,5 Miliar dari Berbagai Rekening Orang Kepercayaan Mantan Bupati Labuhanbatu

KPK melakukan operasi tangkap tangan pada Januari 2024 lalu terhadap Erik Adtrada Ritonga yang saat itu menjabat Bupati Labuhanbatu

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Jaksa KPK Buka Kemungkinan Hadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang soal Kebocoran BAP

2 jam lalu

Jaksa KPK Buka Kemungkinan Hadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang soal Kebocoran BAP

Jaksa KPK mengatakan bisa saja menghadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang soal kebocaran BAP

Baca Selengkapnya