Kisah Duka Lara Tafsir Hanny Saputra

Penulis

Senin, 5 September 2011 09:46 WIB

Film Di Bawah Lindungan Ka'bah

TEMPO Interaktif, Jakarta-


DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH


Sutradara : Hanny Saputra
Skenario : Titien Wattimena dan Armantono
Berdasarkan novel karya Hamka
Pemain : Laudya Cintya Bella, Herjunot Ali, Didi Petet, Widyawati, Jenny Rachman
Produksi : MD Pictures


Ketika layar berjanji mengirim kita ke Padang di tahun 1920, kita kemudian berharap bertemu dunia yang diciptakan Hamka (Haji Abul Malik Karim Amrullah), sastrawan angkatan Balai Pustaka. Nun di sebuah kampung di Sumatra Barat kita mengenal pasangan Zainab dan Hamid yang jatuh cinta. Tetapi cinta itu tak mungkin terwujud. Zainab, putri Engku Jafar datang dari strata sosial yang lebih tinggi daripada Hamid. Ibu Hamid bekerja pada keluarga Engku Ja’far. Engku Ja’far bahkan mengirim Hamid ke sekolah HIS dan MULO. Lebih jauh lagi, Zainab juga sudah dijodohkan dengan seorang pemuda lain dari Jawa.

Plot ini tentu menunjukkan zamannya. Percintaan yang terhadang oleh perbedaan kelas dan diwarnai dengan sejumlah kematian pada ujung cerita.

Apa boleh buat, roman karya Hamka yang hanya setebal 60 halaman ini dituang ke atas layar lebar dengan pengembangan plot. Perubahan dan pengembangan cerita dari novel ke film tentu saja sah, karena dua medium itu berbeda. Tetapi problem film ini bukan hanya sekadar pengembangan plot, melainkan tafsir sineas yang sejak awal sudah berbeda dari harapan kita, para pembaca karya Hamka.


Di tengah film, pengembangan plot itu menampilkan adegan tokoh Zainab (Laudya Cyntia Bella) tercebur sungai dan Hamid (Herjunot Ali) memberikan bantuan pernapasan buatan. Perbuatan ini lantas membuat orang-orang desa tertegun dan merasa harus bertindak. Hamid diadili karena dianggap telah berbuat tak senonoh dan diusir dari desa.


Advertising
Advertising

Bukan saja subplot ini berlebihan, tetapi juga tidak realistis mengingat bahwa teknik pernapasan buatan baru ditemukan sekitar 40 tahun kemudian. Adegan pengadilan dan protes orang desa setempat yang bahkan meludahi wajah Hamid itupun menimbulkan tanda tanya: meski ini sebuah dunia imajinasi, dunia rekaan, bisakah kita yakin dan percaya hal ini terjadi? Apakah Hanny Saputra dan timnya serta produsernya tengah membuat sinetron TV dengan ongkos yang tinggi atau sebuah film yang diangkat dari karya sastrawan Hamka?


Film ini memang sudah menggunakan tata artistik yang luar biasa, yang mencoba menyajikan setting Sumatera Barat 1920-an. Sepeda, kereta api, kostum, gerobak berhasil mengirim kita pada imaji Sumatera Barat di masa kolonial Belanda.


Di tangan sutradara Hanny Saputra dan penulis skenario Titien Wattimena dan Armantono, Belanda hanyalah latar belakang nun jauh di ujung sana yang hanya berseliweran seperti bayang-bayang. Berlawanan dengan tafsir Asrul Sani dalam film “Para Perintis Kemerdekaan” (1981) yang terinspirasi oleh novel karya Hamka dan mengembangkannya dengan jauh hingga kepada tema revolusi, Hanny Saputra justru mengutamakan kisah kasih tak sampai antara Hamid dan Zainab.


Karena tema utama adalah cinta dan kesengsaraan hati, maka tak heran sepanjang film yang kita temukan adalah dua hal : Pertama, adegan tertawa cekikikan berkepanjangan antar sejoli yang dilanda cinta; kedua, ratapan duka lara mereka yang ditinggal mati.


Nah, adegan nomor satu itu menjadi lucu. Kita menemukan sosok Hamid (Herjunot Ali) yang cekikikan “hi hi hi hi” dan Zainab (Laudya Cyntia Bella) yang membalasnya dengan “hi hi hi hi” di atas perahu, di bawah hujan, di antara dinding. Pokoknya itulah ekspresi cinta mereka: “hi hi hi hi”


“Hi hi hi hi” di antara kedua remaja yang kasmaran ini begitu berkepanjangan dan melelahkan hingga kita mulai bertanya-tanya, bukankah remaja Sumatera di masa itu gemar berpantun dan bermain kata saat mereka menyatakan cinta? Mengapa Hamid dan Zainab rekaan Hamka jadi penuh dengan “hi hi hi hi” di layar lebar yang tata artistiknya sudah begitu susah payah dibangun dengan ongkos produksi sakhohah?

Omong punya omong soal tata-artistik yag bagus, ada lagi gerundelan para penonton lain. Di antara kerja keras tim artistik untuk mengirim penonton ke Sumatera Barat tahun 1920, tiba-tiba menyeliplah dialog dan rekaman gambar kacang, pembasmi nyamuk dan camilan masa kini. Kini penonton yang mengeluarkan “hi hi hi hi”.

Sekarang kita bicara soal nomor dua: teriakan duka lara karena kematian tokoh-tokohnya. Soal kematian demi kematian memang salah satu ciri roman Balai Pustaka. Seperti juga novel-novel Inggris abad 19 yang selalu saja melibatkan serangkaian kematian dan tragedi para tokohnya, para sastrawan kita pun melalui fase kesusastraan seperti itu. Yang menarik adalah pola penggambaran adegan kematian dalam film ini selalu saja sama persis. Si tokoh yang akan mati itu berpesan terbata-bata di pelukan tokoh lain (misalnya ibu Hamid yang sudah sakit berat berpesan di atas gerobak sembari dipeluk putranya). Dan bukannya Hamid memanggil dokter atau tabib, tentu saja Hamid bertangis-tangis pilu. Setelah memperlihatkan emas permata yang dikumpulkan sang bunda, maka melayanglah nyawa ibunda. Lantas kita melihat Hamid yang menjerit histeris. Karena adegan kematian ada beberapa, maka adegan serupa ini terjadi berkali-kali. Capek deh.

Jika sejak awal film ini memang dimaksudkan untuk menampilkan kisah cinta remaja yang ringan, yang berisi tawa “hi hi hi hi” dan bergalon air mata, sebetulnya tak perlu bersusah-payah mengangkat novel sastra. Kasihan para sastrawannya. Ciptakan saja tokoh-tokoh baru dengan kisah cinta yang mendayu. Upaya dan kerja keras serta uang ongkos produksi yang begitu tinggi pada akhirnya tak terasa. Sayang sekali.


Leila S.Chudori

Berita terkait

Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

4 April 2018

Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

Film Arini mampu menerjemahkan kisah dalam novel dengan baik dalam konteks kekinian

Baca Selengkapnya

Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

17 Oktober 2017

Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

Film Ismail Basbeth ini diputar perdana pada A Window on Asian Cinema. Memperkenalkan film-film pilihan dari Most Talented Asian Filmmaker of The Year

Baca Selengkapnya

Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

13 Oktober 2017

Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

Menggarap film Posesif, menurut Edwin, sama sekali tidak mengorbankan idealismenya sebagai sutradara film selama ini.

Baca Selengkapnya

Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

9 Oktober 2017

Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

Lucasfilm telah secara resmi mengumumkan bahwa trailer film Star Wars: The Last Jedi akan tayang pada hari Selasa, 10 Oktober 2017.

Baca Selengkapnya

Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

22 September 2017

Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

Shiraz Higgins ingin bicara soal adanya ketakadilan
pendapatan antara perempuan dan laki-laki di Kanada

Baca Selengkapnya

Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

22 September 2017

Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

Di film Pengabdi Setan, Joko Anwar membutuhkan ada pemain
yang bisa menerjemahkan cerita melalui gestur. Ia melibatkan
dua seniman di Pengabdi Setan

Baca Selengkapnya

Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

15 September 2017

Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

Film Gerbang Neraka digadang sebagai film horor yang dikemas
lain dari gaya film horor sebelumnya

Baca Selengkapnya

Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

31 Juli 2017

Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

Ratusan warga mendesak DPRD untuk menunda penayangan film Banda yang disutradari Jay Subyakto.

Baca Selengkapnya

Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

15 Juli 2017

Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

Harry Styles mendampingi Pangeran Harry di karpet merah premier film Dunkrik karya Christopher Nolan.

Baca Selengkapnya

Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

31 Mei 2017

Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

Aktris Israel, Gal Gadot yang jadi Wonder Woman disebut-sebut menjadi anggota militer Israel.

Baca Selengkapnya