Menguji Visi-Misi Calon Gubernur Jakarta  

Penulis

Selasa, 14 Februari 2017 01:46 WIB

Tulus Abadi
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia


Besok pagi, warga Jakarta akan menggelar pesta demokrasi. Sebuah pesta yang bernuansa pemilihan presiden, bahkan lebih panas. Dengan dinamika politik yang jauh lebih dominan, pesta ini sampai lupa membincangkan program dan visi-misi pasangan calon.


Saya ditunjuk oleh Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta sebagai salah satu panelis untuk debat calon gubernur edisi kedua, akhir Januari lalu. Temanya, "Reformasi Birokrasi, Layanan Publik, dan Penataan Kawasan Perkotaan". Dari situlah saya mencoba "memelototi" visi-misi kandidat, baik saat debat maupun dari dokumen tertulisnya.


Ada beberapa catatan mengenai hal tersebut. Pertama, meminjam istilah Gunawan Tjahyono, guru besar arsitek Universitas Indonesia yang juga menjadi panelis, visi-misi mereka masih berfokus pada sisi mekanis bak seorang insinyur, bukan pilot. Padahal yang dibutuhkan Jakarta adalah pilot, yang bisa menentukan arah dan tujuan DKI ke depan.


Kedua, pada konteks isu yang digagas, tampaknya kandidat masih terjebak pada persoalan hilir, bukan persoalan hulu. Padahal kompleksitas persoalan Kota Jakarta lebih banyak permasalahan di hulu. Jadi, sebagus apa pun visi-misinya, jika masih berfokus pada sisi hilir, tidak akan mampu menyelesaikan inti persoalannya. Sebagai contoh, kebijakan inkumben dalam hal reformasi birokrasi dengan cara menaikkan gaji PNS secara signifikan. Mampukah hal itu menjadi daya dorong ke arah budaya kerja yang lebih sehat dan produktif? Tampaknya hal itu belum terbukti. Kepatuhan PNS Jakarta tampak didominasi rasa takut terkena sanksi, bukan karena kesadaran dan kebutuhan.


Advertising
Advertising

Dalam soal layanan publik, seperti penanganan sampah, pasokan air bersih, pelayanan angkutan umum, dan sektor kesehatan, pandangan ketiga pasangan calon tampak belum tajam. Pertama, soal sampah, semua kandidat masih melihat sampah sebagai sumber masalah yang membebani anggaran. Belum satu pun pasangan yang berbicara bahwa sampah bukan masalah, tapi justru bisa menjadi sumber pendapatan baru.


Kedua, program pelayanan angkutan umum dan mengatasi kemacetan. Semua pasangan masih normatif, belum punya ide radikal untuk menyelesaikannya. Padahal inilah masalah paling akut dari Kota Jakarta. Memang program semua calon ingin memperkuat peran angkutan umum, baik dari sisi akses maupun tarif. Namun, sayangnya, keberadaan Transjakarta belum mendapat perhatian serius. Misalnya, bagaimana memperkuat peran Transjakarta?


Benar, pasangan nomor dua berbicara akan menambah armadanya. Namun mereka tidak menyorot bagaimana membuat jalur Transjakarta benar-benar steril dari intervensi kendaraan bermotor pribadi. Keduanya juga gagal mendorong upaya migrasi warga Jakarta dari pengguna kendaraan pribadi menjadi pengguna Transjakarta.


Ketiga, masalah pasokan air bersih. Pasangan nomor tiga tampak lebih bagus: dari sisi hulu ingin membuat zero run off. Jadi, air hujan tidak langsung hanyut ke laut, tapi meresap ke dalam tanah, menjadi tabungan air. Namun tidak ada upaya untuk memperkuat peran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). PDAM DKI hingga kini hanya mampu memasok 55 persen dari total populasi warga Jakarta. Mayoritas pelanggannya hanya menjadikan air PDAM sebagai aktivitas mandi-cuci-kakus. Padahal seharusnya air PDAM DKI langsung bisa diminum dari keran.


Keempat, pelayanan kesehatan. Semua pasangan calon berfokus pada perbaikan infrastruktur kesehatan, seperti membangun rumah sakit, merevitalisasi puskesmas menjadi rumah sakit, memperbarui alat-alat kesehatan, bahkan menambah tenaga kesehatan. Ini semua kebijakan yang bagus. Namun, sekali lagi, ini masalah hilir. Program mereka berkutat pada sisi kuratif saja. Sedangkan dari sisi hulu, sisi preventif-promotif, agar masyarakat tidak sakit, tidak ada yang menyentuhnya.


Kota Jakarta membutuhkan pemimpin visioner, bahkan seorang futurolog yang bisa membawa DKI lebih terarah, manusiawi, dan nyaman ditinggali. Analogi dengan sebuah pesawat terbang, yang dibutuhkan Kota Jakarta adalah seorang pilot, bukan teknisi. Jika dilihat dari visi-misi dan program-programnya, para pasangan calon Gubernur DKI Jakarta masih memerankan diri mereka sebagai seorang insinyur.


Persoalan dan solusi yang ditawarkan masih sebatas isu hilir, pinggiran, dan bukan hulu. Pelayanan publik yang sangat vital, seperti angkutan umum, penanganan sampah, jaminan kesehatan, dan pasokan air bersih, belum menjadi jaminan akan membaik signifikan selama lima tahun ke depan, siapa pun gubernurnya.


Namun, pada akhirnya, warga Jakarta harus memilih salah satu pasangan calon dengan segala plus-minusnya sebagai bentuk pengejawantahan hidup berdemokrasi dan bernegara. Selamat memilih.

Berita terkait

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

27 November 2023

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menjawab tuduhan soal penggunaan politik identitas saat Pilkada DKi 2017 pada acara Indonesia Milleninial and Gen-Z Summit 2023.

Baca Selengkapnya

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

30 September 2023

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

Anies menuturkan mahalnya biaya kampanye bukan berarti ketika menjadi pejabat harus balik modal

Baca Selengkapnya

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

14 Februari 2023

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menyebut ada dua pendekatan untuk menciptakan persepsi ini.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

11 Februari 2023

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

Anies Baswedan menegaskan tidak ada utang yang hari ini harus dilunasi.

Baca Selengkapnya

Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

11 Februari 2023

Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

Ada juga poin yang menyatakan jika Anies-Sandi menang, maka Anies Baswedan bebas dari utang tersebut.

Baca Selengkapnya

Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

6 Februari 2023

Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

Sandiaga belum mau menanggapi soal utang Anies Baswedan ke dirinya saat Pilkada DKI 2017.

Baca Selengkapnya

Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

6 Februari 2023

Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

Fadli Zon mengakui membikin draft perjanjian antara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat Pilkada DKI 2017. Soal utang, Fadli tak mau bicara.

Baca Selengkapnya

Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

31 Januari 2022

Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

Anies Baswedan bercerita tentang dukungan yang diberikan Haji Lulung kepadanya dalam Pilkada DKI 2017.

Baca Selengkapnya

MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

20 November 2021

MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

Taufik menyampaikan penyerang ini selalu mengatakan bahwa Anies Baswedan memenangkan Pilkada, karena politik identitas.

Baca Selengkapnya

Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

20 Mei 2021

Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

Rizieq Shihab mengklaim perkara yang menjeratnya bukanlah kasus hukum melainkan politik. Ia kemudian berkisah tentang Pilkada DKI.

Baca Selengkapnya