Menyaksikan Kelahiran Lincoln

Penulis

Kamis, 7 Maret 2013 09:40 WIB

Film Lincoln yang menceritakan tentang drama perang sipil Amerika ini menempati posisi teratas dalam jumlah nominasi penghargaan di Golden Globe Award 3013 yang akan diselenggarakan pada 13/01-2013. telegraph.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta-



LINCOLN
Sutradara:Steven Spielberg
Skenario:Tony Kushner
Berdasarkan buku Team of Rivals: The Political Genius of Abraham Lincoln oleh Doris Kearns Goodwin
Pemain: Daniel Day-Lewis, Sally Field, David Strathairn, Joseph Gordon-Levitt, James Spader, Hal Holbrook, Tommy Lee Jones, John Hawkes
Produksi: Steven Spielberg dan Kathleen Kennedy


Kita tak akan bisa menyebut diri manusia jika kita tak menyembuhkan diri dari penyakit bernama perbudakan!"


Presiden Abraham Lincoln (Daniel Day-Lewis) menggebrak meja. Lelaki berwajah cekung, berusia 56 tahun, Presiden Amerika Serikat ke-16 yang lembut, bersuara parau, selalu tenang, dan menghadapi hujatan lawannya dengan senyum bijak itu akhirnya muntab. Di hadapan kawan-kawannya yang sebagian mulai ragu dan sesekali patah semangat dalam perjuangan meloloskan Thirteenth Amendment to the United States Constitution atau Amendemen 13, yang berisi pemberantasan perbudakan, Lincoln akhirnya kehilangan kesabaran.


Tapi itu adalah hari-hari akhir ketika mereka masih membutuhkan beberapa suara. Dan itu juga hari-hari ketika Lincoln menghadapi protes istrinya, Mary Todd (Sally Field), yang depresif atas kehilangan Willie, putra mereka, akibat penyakit tifus.


Advertising
Advertising

Lincoln bukan sebuah film biopik, sama sekali tak mengisahkan Abe dari lahir hingga tewas di tangan John Wilkes Booth. Film ini mengisahkan empat bulan terakhir perjuangan Lincoln dan partai Republiken serta pendukungnya untuk meloloskan Amendemen 13, hingga kematiannya. Film dimulai saat Amerika sudah letih didera Perang Saudara (1861-1865), ketika Amerika Utara (pihak yang membela persatuan Amerika dan ingin menumpas perbudakan), yang disebut Union, tengah menghajar pihak Negara Bagian Selatan yang memutuskan berpisah (disebut kelompok Confederate).


Sutradara Steven Spielberg tidak menggunakan adegan kilas balik atau penjelasan konteks apa pun. Dia tak peduli apakah penonton paham mengapa perang itu terjadi dan amendemen apa yang sedang diperjuangkan Lincoln. Spielberg betul-betul sengaja membiarkan penontonnya harus memahami sejarah Amerika, akar permasalahan Perang Saudara, dan posisi Abraham Lincoln sebagai sosok populer yang masih dihormati hingga akhir hayatnya. Mereka yang sama sekali tidak peduli dan tidak memahami atau bahkan tidak mau pusing untuk mempelajari latar belakang sejarah Lincoln pasti akan bosan dan menganggap ini film yang isinya cuma debat dan pidato berkepanjangan.


Tapi, jika mereka sabar sedikit, akan terlihat, di antara upaya Lincoln dan timnya meloloskan amendemen bersejarah itu, Spielberg dan penulis skenario Tony Kushner memperlihatkan sisi lain yang tak pernah kita ketahui tentang Lincoln. Selain dia adalah wajah yang menghiasi uang Amerika dan salah satu Presiden Amerika yang paling populer, Lincoln merupakan lelaki biasa yang gemar menggosok sepatunya sendiri dan menggendong anak lelakinya serta seorang ayah yang menyembunyikan rasa pedih kehilangan anak lelakinya yang lain. Lincoln juga digambarkan sebagai presiden yang turun ke medan perang, berbincang dengan tentara, dan mendengarkan keluhan dua tentara Afro-Amerika (di masa itu masih disebut "negro", yang kini tak boleh digunakan lagi) tentang perbedaan gaji serta fasilitas tentara kulit putih dan kulit berwarna. Pidato Lincoln di Gettysburg, yang menjadi salah satu pidato Presiden Amerika yang paling bersejarah, cukup digambarkan dengan salah satu tentara yang mengutipnya dengan lancar bahwa "semua manusia diciptakan sama".


Dari sini, Spielberg menggelindingkan kisahnya, bagaimana Lincoln yang tampak lembut, tenang, sesekali menyajikan anekdot di depan kawan ataupun lawan, dan cekikikan atas anekdotnya sendiri itu merentangkan strategi untuk mendapatkan 20 suara lagi untuk meloloskan amendemen tersebut. Problem utama: meski semua anggota legislasi Republiken sudah menyatakan setuju dengan Amendemen 13, mereka tetap membutuhkan beberapa suara dari kalangan Demokrat.


Inilah bagian seru dari film yang, tampaknya, terdiri atas perang verbal, debat, kasak-kusuk, dan pertengkaran di dalam gedung parlemen. Lincoln ternyata seorang pemimpin yang tak keberatan untuk memanipulasi lawan dan melakukan kesepakatan politik di bawah meja demi mengejar cita-cita penghapusan perbudakan di tanah Amerika.


Di rumah, Lincoln harus menghadapi sang istri, Mary Todd—yang mendapat sebutan mesra Molly dari sang Presiden—yang semakin murka kepada suaminya karena dia menganggap sang suami membiarkan putra sulung mereka ke medan perang untuk kemudian meregang nyawa. Pertengkaran dalam keluarga yang intens dan penuh rasa sakit ini tidak hanya menyentuh, tapi juga membuat kita paham apa yang dilalui sang Presiden yang kehilangan putranya yang kecil dan menghadapi istri yang menuduhnya tak cukup berkabung.


"Aku ingin bergulung ke dalam tanah, ke dalam peti mati anak kita. Bahkan hingga hari ini…," jawab Lincoln dengan suara bergetar. "Setiap hari, aku masih merasakan itu. Jadi jangan kautuduh aku tak berkabung."


Monolog yang perih, yang sekaligus memperlihatkan bahwa sesungguhnya Lincoln adalah penyendiri yang tahu, betapapun kawan-kawannya mendukung cita-cita Amerika yang membela hak asasi manusia, dia tetap seorang ayah yang sendirian, berkabung atas kepergian anaknya.


Daniel Day-Lewis adalah sebuah anu­ge­rah. Tokoh Lincoln semula akan diperan­kan Liam Neeson. Namun aktor yang meng­alami musibah pribadi itu memutuskan mundur dari proyek film besar ini dan tawaran diberikan kepada Daniel Day-Lewis, yang langsung saja masuk ke sosok Lincoln.


Bukan saja skenario Tony Kushner berhasil menciptakan dialog yang memancarkan zamannya, para politikus yang menggunakan kosakata dari bahasa Inggris formal di abad ke-19 sekaligus mampu menerobos ruang dan waktu agar penonton masa kini bisa melahapnya dengan nikmat. Dan Day-Lewis mengucapkan rangkaian kalimat demi kalimat itu dengan penuh kedalaman dan emosi yang intens, yang membuat penonton mengikat diri pada sosoknya hingga akhir film.


Meski pemain lain, seperti James Spader (sebagai William N. Bilbo yang menekan para anggota legislatif agar memilih Amendemen 13), David Strathairn (sebagai Secretary of State William H. Seward), dan Tommy Lee Jones (sebagai Thaddeus Stevens), tampil dengan segala sinar, fokus kita memang tetap pada Daniel Day-Lewis, yang berhasil meniupkan roh ke dalam Abraham Lincoln, yang selama ini hanyalah nama dalam buku sejarah Amerika.


Akhir dari film ini, yang sengaja tidak memvisualkan adegan penembakan Lincoln saat ia tengah menyaksikan pertunjukan teater, justru menarik karena merupakan sebuah keputusan yang menghindari eksploitasi fisik dan darah pada sosok yang sangat dicintai warganya itu. Di tangan Spielberg, di tubuh Daniel Day-Lewis, Lincoln yang tewas kemudian lahir kembali.

Leila S. Chudori


Berita terkait

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

2 hari lalu

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

Film drama biopik Glenn Fredly The Movie mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis, 25 April 2024

Baca Selengkapnya

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

3 hari lalu

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

4 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".

Baca Selengkapnya

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

10 hari lalu

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be

Baca Selengkapnya

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

11 hari lalu

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.

Baca Selengkapnya

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

13 hari lalu

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.

Baca Selengkapnya

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

15 hari lalu

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.

Baca Selengkapnya

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

17 hari lalu

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal

Baca Selengkapnya

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

18 hari lalu

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.

Baca Selengkapnya

Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

19 hari lalu

Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

Selain terkenal sebagai komika, Babe Cabita juga pernah membintangi beberapa judul film, berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya