Katniss dan Peeta Menjelang Revolusi

Penulis

Kamis, 28 November 2013 08:24 WIB

Poster film The Hunger Games: Catching Fire



TEMPO.CO
, Jakarta -Bagian kedua dari trilogi The Hunger Games memasuki pertandingan yang jauh lebih keji dan berdarah. Peserta pertandingan veteran yang lebih berpengalaman,eksentrik dan berdarah dingin.

***

Selamat datang ke pertandingan Hunger Games ke 75.
Sebuah dunia yang kelam karena kau harus membunuh untuk bertahan hidup dan gerak-gerikmu diawasi oleh seluruh pimpinan dan warga Distrik.
Kini, Srikandi kita, Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) pulang ke Distrik 12 menemui Ibu, adiknya Primrose (Willow Shields) dan kekasihnya Gale (Liam Hemswerth). Katnis kini digempur rasa marah, sedih, luka hati akibat seluruh pengalaman berdarah selama pertandingan Hunger Games ke 74. Ditambah lagi sandiwara cintanya bersama Peeta (Josh Hutcherson) yang sebetulnya semakin membingungkan-- karena kini dia merasa mencintai Gale dan Josh secara bersamaan-Katniss menjadi gadis yang bukan saja pemarah, tetapi penuh dendam dan pemberontakan terhadap pemerintahan Presiden Snow.
Di dalam dunia novel trilogi Suzanne Collins, Presiden Snow adalah Big Brother ala novel Georgel Orwell 1984. Rakyat yang mengeritik, melawan dan memberontak Snow akan disiksa dan ditumpas habis oleh tentara "Penjaga Perdamaian". Sang Presiden yang rambutnya memang seputih salju itu (diperankan dengan lezat dan menggigit oleh Donald Sutherland) dengan tenang menyampaikan dia mengetahui hubungan Katniss dengan Gale. Atas perintah Snow, Katniss harus meneruskan sandiwara cinta dengan Peeta di hadapan warga sepanjang tur Victory yang menghampiri 12 distrik. Di beberapa distrik, pemberontakan sudah mulai memanas karena tersulut atas keberanian Katniss si Gadis Api.
Reality show gaya di dalam dunia dystopia ini tentu saja bukan menyajikan gemerlapnya kisah cinta Katniss dan Peeta, menjadi perjalanan pemberontakan (diam-diam) Katniss. Diberi pidato yang sudah konsep sejak awal, Katniss malah menuturkan kepedihannya di hadapan Distrik 11 atas kematian Rue, si kecil yang sudah seperti adik sendiri yang tewas. Gara-gara skenario pidato itu melenceng, warga distrik 11 serentak mengacungkan tiga jari dan terdengar siulan mockingjay di udara. Inilah simbol antara Rue dan Katniss saat mereka bekerja sama bertahan diri pada pertandingan sebelumnya, dan burung ini pula yang menjadi simbol perlawanan seantero 12 distrik. Bisa dibayangkan bagaimana murkanya Presiden Snow.
Dengan sutradara Francis Lawrence, sekuel ini adalah sebuah loncatan ke level yang lebih tinggi lagi. Film ini mempersembahkan babak berikut pertandingan yang jauh lebih keji dan garang. Kali ini, kepala pertandingan dijabat oleh Plutarch Heavensbee (Philip Seymour Hoffman) yang jauh lebih politis dan penuh intrik daripada pendahulunya Seneca Crane yang sudah diganjar hukuman mati. Kali ini para peserta dipaksa bersekutu karena tantangan yang dihadapi jauh lebih mengerikan: kabut beracun; serombongan monyet jadi-jadian (tentu saja dengan bantuan CGI) yang ganas menyergap para peserta yang terdampar di sebuah pulau buatan. Jika pada pertandingan Hunger Games ke 74 para peserta adalah remaja, kini para peserta lebih variatif: ada pasangan ilmuwan, nenek sepuh, pasangan pecandu narkotik yang semuanya tak bisa dipandang enteng oleh pasangan Katniss dan Peeta. Tetapi yang paling menonjol adalah Finnick Odair (Sam Claflin) dan Johanna Mason (Jenna Malone). Finnick adalah jagoan tampan seperti burung merak yang tahu keanggunannya di daratan maupun di bawah laut; sedangkan Johanna adalah pembawa kapak, pemberontak anarkis yang tak jeri untuk memaki Presiden Snow di mana saja,kapan saja.
Bersama pasangan ilmuwan Beetee (Jeffrey Wright) dan Wiress (Amanda Plummer), Katniss dan Peeta, serta Odick dan Johana mencoba bertahan dan saling membantu memecahkan kapan dan di mana tantangan berikutnya akan ditumpahkan oleh Plutarch. Tetapi di antara kerjasama itu, mereka tahu mereka tak bisa saling percaya sepenuhnya karena pada satu saat mereka harus saling membunuh.
Dari sisi teknologi, apalagi di bioskop Indonesia yang menggunakan sistem dolby yang menggedor-gedor dari seluruh sisi; ditambah penyuntingan yang rapi dan plot yang jauh lebih intens, film ini lebih superior secara sinematografis dan seni peran dibanding pendahulunya. Katniss berkembang menjadi perempuan muda yang penuh kemarahan dan dendam; alangkah asyiknya menyaksikan dia dengan busur dan anak panahnya beraksi menumpas serangkaian musuh bayangan saat latihan. Jennifer Lawrence mungkin satu dari sedikit aktris yang sama-sama dicintai pada layar film indie (Winter's Bone, 2010) maupun layar film komersial seperti serial Hunger Games. Dia hampir selalu mampu tampil bersinar pada setiap film yang dibintanginya.
Josh Hutcherson sebagai Peeta, pacar yang tidak berstatus pacar tapi berlaku seperti pacar versus Liam Hemsworth sebagai Gale sang pacar resmi yang kali ini tampil sebagai korban yang disiksa tentara Penjaga Perdamaian, adalah cinta segitiga yang ditampilkan sewajar mungkin dan seperlunya sesuai dengan fitrah jalan cerita (baca: tidak memuakkan seperti cinta segitiga yang terus menerus dieksploitasi dalam Twilight Saga).
Tentu saja film The Hunger Games akan selalu melekat di benak kita, karena sutradara Gary Ross menghidupkan tokoh-tokoh Suzanne Collins itu untuk pertama kalinya. Ada gerak-gerik kecil yang seolah tidak signifikan, tetapi justru menguatkan adegan-adegan Ross: Peeta yang menyentuh kepang rambut Katniss ketika mereka memutuskan menelan berry beracun; Cinna (Lenny Kravitz) yang menyematkan pin burung Mockingjay pada baju Katniss atau rasa cinta Katniss luarbiasa pada adiknya, Prim. Ini semua hal-hal yang nampaknya biasa dan senantiasa muncul dalam seri The Hunger Games sebagai simbol: cinta, kebebasan dan perlawanan.
The Hunger Games saya anggap sebagai novel dan film remaja (industri penerbit menyebutnya kategori young adults) yang berhasil memperkenalkan politik dalam bentuk sebuah kehidupan masyarakat yang tertekan di bawah pemerintahan otoritarian. novel dan film ini berhasil. Kekejian dan serangkaian pembunuhan dalam film ini memang tidak digambarkan dengan rinci dan grafik seperti film Jepang Battle of Royale (Kinji Fukasaku, 2010). Tetapi itu bukan alasan anda membawa anak-anak di bawah umur untuk ikut menyaksikan film bunuh-bunuhan ini.
Film yang diakhiri dengan kejutan luar biasa: siapa kawan dan siapa lawan terungkap dengan cara yang meledakkan emosi Katniss. Sebuah akhir yang sudah pasti akan membuat para penggemar fanatik serial ini dengan harap cemas menanti adaptasi novel yang terakhir: Mockingjay yang akan menggambarkan gerakan bawah tanah Distrik 13 dan ledakan revolusi.

Leila S.Chudori

The Hunger Games: Catching Fire
****
Sutradara : Francis Lawrence
Skenario : Simon Beaufoy dan Michael Arndt
Berdasarkan novel kedua dari trilogi karya Suzanne Collins
Pemain : Jennifer Lawrence, Liam Hemsworth, Josh Hutcherson, Woody Harrelson, Donald Sutherland, Philip Seymour Hoffman, Stanley Tucci, Jena Malone, Elizabeth Banks, Sam Claflin

Berita terkait

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

2 hari lalu

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

Film drama biopik Glenn Fredly The Movie mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis, 25 April 2024

Baca Selengkapnya

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

3 hari lalu

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

4 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".

Baca Selengkapnya

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

10 hari lalu

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be

Baca Selengkapnya

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

11 hari lalu

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.

Baca Selengkapnya

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

13 hari lalu

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.

Baca Selengkapnya

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

15 hari lalu

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.

Baca Selengkapnya

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

17 hari lalu

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal

Baca Selengkapnya

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

18 hari lalu

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.

Baca Selengkapnya

Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

19 hari lalu

Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

Selain terkenal sebagai komika, Babe Cabita juga pernah membintangi beberapa judul film, berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya